06 | Om Gantengnya Zora

4.9K 759 254
                                    

Aku up setelah 600 vote & 400 komen ya
.
.

Malam itu, di Rumah Klandestin, suasana kamar Haikal diselubungi keheningan yang nyaman setelah makan malam. Haikal duduk memeluk erat gulingnya, merasakan kelembutan bahan kain itu. Reihan berbaring di sampingnya, membiarkan kenyamanan tempat tidur meresap ke dalam tubuhnya. Sementara Aji duduk dengan santai di tepi tempat tidur menatap ke luar jendela, wajahnya terpancar dalam cahaya redup lampu.

"Ini nggak mau ngobrol gitu? Kayak baru kenal aja dah, kayaknya tadi kalian pelukan di dapur gue liat."

Dalam suasana hening, Haikal melemparkan celetukan yang membuat Reihan dan Aji kompak memandangnya tanpa suara. Dengan ekspresi bertanya, mereka saling berpandangan saat Haikal melirik ke arah mereka secara bergantian. Pemuda itu mengerlip dengan matanya yang berbinar sambil menyembunyikan wajahnya di balik guling. "Apa? Malah ngeliatin gue begitu," katanya sambil tersenyum.

"Lah, dia salting," gelak Reihan menggema di ruangan, disusul oleh tawa kecil yang merayap dari bibir Aji.

Dengan wajah gemas, Haikal menarik lembut tangan Reihan untuk membangunkannya, lalu meraih Aji untuk mendekat. Dalam kebahagiaan yang meluap, Haikal memeluk keduanya dengan erat, perasaannya terpancar jelas dalam pelukan itu. "Gue sayang kalian," ucapnya penuh kehangatan.

Aji, tersenyum, lalu membalas, "Gue juga."

Reihan yang baru saja bangun, menimpali dengan tawa, "Juga apa? Ngomong yang lengkap."

Aji tanpa ragu menjawab, "Juga sayang kalian. Jangan pergi, ya."

"Iya," jawab Haikal dan Reihan dengan kompak.

Setelah pelukan meriah usai, Reihan dengan santai kembali berbaring, seolah tubuhnya tidak memiliki penyangga untuk tetap duduk dengan tegak. "Lunak banget tulang punggung lo, kayak kerupuk seblak," cibir Haikal dengan nada jenaka.

Tanpa ragu, Reihan menendang lutut Haikal yang duduk bersila di sampingnya, "Njir," desisnya. Haikal berakhir mengaduh sambil memegang lututnya yang baru saja menerima serangan tak terduga, diiringi tawa kecil dari mereka bertiga.

"Naik yuk, Bang. Udah jam 9 nih," ajak Aji seraya bangkit dan berniat menarik Reihan. Namun, sayangnya Reihan tak berminat untuk bergerak.

"Gue tidur sini aja, deh," rengek Reihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue tidur sini aja, deh," rengek Reihan.

Aji masih berusaha membujuk Reihan untuk bangun, "Kan kamar lo lama nggak dipake, ayo, ke kamar lo sendiri aja."

Namun, Reihan tetap bersikeras, "Justru itu, karena lama gak dihuni, pasti nggak bisa tidur gue nanti di sana. Besok gue yasinan dulu deh, baru gue tempatin," jawabnya dengan nada santai.

Haikal menengahi dengan bijak, "Ya udah sih, tidur di sini aja semua, lo juga ji."

Tanpa ada rencana untuk mengelak, Aji dengan cepat menepuk punggung Reihan agar sedikit menggeser tubuhnya, memberi tempat bagi mereka bertiga. "Oke deh," jawab Aji dengan enteng. Haikal dan Reihan tertegun sejenak oleh respons yang begitu langsung. Namun, malam itu tetap berakhir dengan mereka tidur bertiga di kamar Haikal.

Eternal Flutter (SIDE STORY) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang