11 | Orang dari Masa Lalu

3.9K 585 293
                                    

Apa aku boleh memohon? Tembusin 500 vote sama 300 komen yuk guys, tapi kalo di skip ya udah sih😂
.

Di sudut kantin sekolah yang ramai, terdengar gemerisik tawa dan obrolan para siswa yang menikmati istirahat siang mereka. Albirru duduk santai di salah satu meja bersama teman-temannya yang asik menyantap makan siang, sementara dirinya dengan hening menikmati buah anggur muscat yang dibawa dari rumah. Suasana penuh keceriaan terasa, dengan aroma makanan yang menggoda dan candaan ringan yang mengisi udara. Mereka berbagi cerita seputar pelajaran, tertawa, dan menciptakan momen berharga di tengah jam makan siang.

"Albirru." Gadis bersurai panjang terkepang rapi di sebelah kiri terlihat sedikit ragu mendekati tempat duduk Albi. Bibirnya tampak berusaha menampakkan senyuman. Sementara sebutir anggur baru saja mendarat di mulutnya, Albi menoleh tanpa sepatah kata, tatapan matanya seolah mewakili mulutnya untuk menanyakan tujuan gadis itu menghampirinya.

Teman-teman Albi pun dengan kompak menatap bingung dan heran pada gadis tersebut. Suasana menjadi hening sejenak.

"Lo Keira anak IPS 1, kan?" Vino bersuara.

"Keira? Tau dari mana? Sok kenal lu, ya?" sahut Caden.

"Cewek gue satu kelas sama dia."

Bibir Caden langsung membulat. "Oooh."

Setelah beberapa saat, Caden dan Vino kembali melanjutkan makan siang mereka.

"Ada perlu apa?" tanya Albi pada Keira dengan tatapan penasaran. Gadis itu langsung tergagap, mencoba menemukan kata-kata yang tepat.

Dengan gugup, ia mengeluarkan sebuah surat dari sakunya. "Gu-gue cuma mau ngasih ini," katanya, lalu dengan terburu-buru, Keira meletakkan suratnya di depan Albi sebelum ia melarikan diri dengan cepat. Albi dan teman-temannya terdiam, meninggalkan tanda tanya di udara, mencoba mencerna kejadian yang tiba-tiba meruncing di antara mereka.

"Apa-apaan deh tuh cewek?" celetuk Caden sedikit tak jelas sebab mulutnya masih penuh dengan bakso yang baru saja ia santap.

Seraya mengaduk es teh miliknya, Nolan menyunggingkan senyum miring. "Gue tebak itu surat cinta."

"O ya?" Albi meraih surat di atas meja dan membolak-balik benda itu beberapa saat.

"Nggak mau dibaca dulu, Al? Mau lo bolak-balik amplopnya doang? Ampe kapan?" tanya Caden secara beruntun.

"Apa gue perlu ngelakuin itu?" tanya Albi sambil menoleh pada Caden. "Gue rasa enggak. Vino, buat lo," lanjutnya. Ia mengoper surat di tangannya pada Karvino tanpa beban sedikitpun.

Vino menerimanya sambil berdecih. "Dasar manusia anti romantic!"

"Gue sekolah butuhnya ilmu, bukan surat cinta," ujar Albirru, ia kemudian lanjut menikmati anggur miliknya.

"Kakak Suami!"

"Ya?" Albi tersentak ketika istrinya memberikan goncangan lembut pada bahunya. Matanya mencari-cari fokus, menyadari bahwa dirinya telah tenggelam dalam kenangan masa lalu.

Albirru memijat keningnya perlahan. "Argh, Sayang, maaf, aku nggak liat kamu dateng," ucap Albi.

"Kakak tumben banget ngelamun. Mikirin apa?" lanjut Naisha seraya duduk di sisi suaminya.

Pria itu menggeleng. "Nggak ada kok. Zora mana?"

"Tidur."

"Ke sini." Dengan lembut, Albi menarik Naisha untuk bersandar padanya.

Eternal Flutter (SIDE STORY) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang