09 | Dokter Zora & Galeri Ch'Art

4.2K 644 221
                                    

Masih mau cerita ini lanjut gak?

Btw kalo aku bikin season 2 buat Albi-Naisha aja pada mau gak? Kalo ini kan side story, selingan aja.
.
.

Reihan duduk dengan gagah di ruang tamu, mengenakan setelan jas yang pas di tubuhnya. Warna hitamnya kontras dengan kulitnya yang cerah. Dengan santai ia memegang ponselnya, tatapannya fokus pada layar.

"Haikal!" panggil Reihan saat melihat Haikal melintas di depan matanya dengan cara berjalan yang tak biasa.

"Hng?" toleh pemuda itu. Matanya berputar sekejap, menatap Reihan di belakangnya tanpa menggerakkan tubuhnya.

"Itu apa yang ngegantung di leher lo? Ini mau acara formal, ya, bukan pertemuan ketua geng, lepas kalungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu apa yang ngegantung di leher lo? Ini mau acara formal, ya, bukan pertemuan ketua geng, lepas kalungnya."

Matanya kenapa liat aja sih? Padahal gue udah sengaja jalan miring biar dia gak liat, pikir Haikal di balik wajah merengutnya.

"Kal," tegur Reihan.

"Aaa~ kan keliatan keren, Rei. Biarin aja, ya," pinta Haikal memohon dengan sedikit rengekan.

"Nggak ada!"

"Aa!"

"Lepas deh, lo udah lulus kuliah masih aja bandel, ya, Kal."

Haikal akhirnya melepaskan kalungnya dengan ekspresi enggan. "Gue aduin Nana, lu, Rei," ucapnya seraya masuk ke dalam kamar dengan wajah merengut.

"Nana gak ada. Lo mau ngadu ke siapa di kamar itu? Gak usah drama deh, buruan keluar kalo udah siap, kita berangkat." Reihan menjeda sebentar untuk menoleh ke arah lantai 2. Aji udah belum?!"

"Bentar! Pake parfum!" balas Aji.

Seraya berjalan keluar rumah, Reihan bersuara lagi, "Gue tunggu di mobil, ya, anak-anak!"

✨✨✨

Naisha keluar dari dapur dengan aroma harum sarapan yang masih menyelimuti dirinya. Langkahnya ringan saat masuk ke dalam kamar yang sunyi. Di sana, Albi tertidur kembali setelah bangun beberapa waktu lalu, dan di sampingnya, bayi kecil mereka, dengan mata yang berbinar terlihat tenang memegangi jari ayahnya. Senyum Naisha merekah, melihat kedamaian di ruangan itu, seperti lukisan cinta yang tergambar begitu indah.

 Senyum Naisha merekah, melihat kedamaian di ruangan itu, seperti lukisan cinta yang tergambar begitu indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eternal Flutter (SIDE STORY) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang