꒷꒦꒷Bab 1꒷꒦꒷

310 19 0
                                    

Peluh keringat mengalir membasahi permukaan wajah  gadis cantik berusia 17 tahun. Gadis yang masih mengenakan seragam kerjanya tengah menunggu angkutan umum untuk kembali ke kontrakannya. 

Sudah dua bulan lamanya ia tinggal di kota J, tempat dimana ayah kandungnya merantau. Berbekal foto lama ayahnya, Dania memberanikan dirinya membawa seta sang adiknya Rania pergi merantau ke kota J. 

Dania tak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, ia bertekad untuk bekerja dan menyekolahkan sang adik di kota itu. 

Tak berapa lama, angkutan umum yang Dania tunggu tiba, ia segera naik meninggalkan halaman depan perusahaan tempatnya bekerja. 

“Huft, Bunda kemana Dania harus mencari ayah ? Apa tidak ada petunjuk selain foto ini… “ gumam Dania mengusap pelan foto ayah kandungnya. 

“Bunda, Dania kangen bunda. Apa Dania kuat menjalani hidup berdua dengan Rania… “ ucapnya sendu. 

Beberapa menit kemudian, Dania mengetuk atap angkutan umum. Ia memberikan sejumlah uang kepada supir angkot lalu turun dengan perlahan. Dania melanjutkan perjalanannya menuju rumah kontrakannya yang tak jauh dari jalan raya. 

“Ayah, dimana pun ayah berada, Dania harap ayah juga mencari keberadaan Dania dan Rania… “ doanya. 

Sebelum ke kontrakannya, Dania mampir ke warteg  membeli makanan untuk dirinya dan juga adiknya serta sang kakek Rangga. 

“Bu, beli sayur sama ayamnya ya dibungkus seperti biasa… “ ucap Dania. 

“Oke siap Dania, di tunggu ya sebentar ! “ sahut ibu warteg. 

“Iya bu… “

*

*

*

*

“BELIIIIIIIIII !! “ teriak seorang pembeli memanggil pemilik warung sembako. 

Mendengar teriakan pembeli, bocah gembul berlari keluar dan siap melayani pembeli. 

“Mau nyali apa ? “ tanya sopan. 

“Mau beli minyak goreng satu kilo, gula setengah kilo, sama beras lima kilo ! “ ucapnya kepada bocah gembul dihadapannya. 

“Oke sebental ya, Lania cali balangna dulu ! “

“Oke siap Rania cantik ! “ sahut bu RT. “Bu Elte ada maunya manggil Lania cantik, “

“HEHE… Kak Dania belum balik ya ? “ tanya Bu RT basa-basi. “Belum bu, “.

“ Minyak goleng catu kilo, gula cetengah kilo, belas lima kilo… “ ucap Rania mencari barang yang disebutkan Ibu RT. 

“Minyak goleng catu kilo, “ Rania meletakkan minyak goreng satu kilo diatas etalase. Kemudian, mengambil setengah kilo gula dan diletakkan disamping minyak goreng. 

“Belas lima kilo, cebental ! “ ujarnya turun dari kursi plastik menuju kotak beras. 

“Bu Elte mau belas yang halga dua belas libu atau empat belas libu ? “ tanya Rania yang sudah memegang gayung penimba beras. 

“Yang harga empat belas ribu dong… “ jawab Bu RT terkekeh geli. 

Rania mengangguk dan segera mengambil kantong kresek berwarna hitam dan memasukan lima gayung beras kedalam kantong kresek tersebut. 

“Catu gayung … “

“Dua gayung … “ dan seterusnya. Ibu RT sigap membantu Rania untuk mengangkat berat lima kilo beras. 

꒷꒦꒷Girl's First Love꒷꒦꒷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang