BAB 11

141 17 0
                                    

“Bapak curiga ini ulah anaknya sendiri, siapa lagi kan yang punya niat seperti itu, “ ucap Pak RT. 

Dania terdiam mendengar ucapan Pak RT yang menurutnya bisa jadi ulah ketiga orang itu. 

“Maaf pak, kami dari kepolisian ingin meminta penjelasan terkait meninggalnya bapak Rangga, “ ucap komandan polisi. 

“Oh, baik pak ! “. jawabnya tegas. 

“ Begini pak, salah satu dari warga sini mendengar suara gaduh di dalam rumah kakek Rangga, kemudian memanggil saya dan kami datang beramai ke rumah beliau. Setelah itu saat kami panggil nak Dania pintu terkunci dan tidak ada kedatangan Dania maupun Rania untuk membukakan kami pintu. Kemudian, warga yang mendengar suara gaduh itu mengintip di sela gorden ia melihat sepasang kaki terus kami mencoba lewat belakang rumah ternyata disana pintu belakang sudah terbuka lebar sehingga kami pun langsung masuk dan tiba dikamar beliau sudah berlumuran darah, “ jelas Pak RT. 

“Baik, kami akan memeriksa TKP hari ini dan kita akan mengotopsi jenazah terlebih dahulu sebelum dimakamkan, “ ucap komandan polisi. 

Pak RT mengangguk, berharap pelakunya cepat ditemukan. 

Beberapa jam setelah otopsi, jenazah kakek Rangga segera dimakamkan. Komandan polisi dan anak buahnya meninggalkan tempat pemakaman dan akan datang setelah hasil otopsi keluar. 

“Semoga pelakunya segera ditemukan ya pak, “ ucap Pak RT bersalaman dengan komandan. 

“Iya pak, kami akan segera menemukan pelaku pembunuhan kakek anda ! “ jawab komandan tegas. 

Tak lama setelah kepergian polisi, anak-anak kakek Rangga datang melayat membuat semua orang disana menatap bingung bahkan dari mereka tidak ada yang ingat untuk mengabari anak-anak dari kakek Rangga. 

“Bapakkkk !! “ teriak si bungsu menangis histeris memanggil sang bapak. 

“Bapakkkk, niat adek  membahagiakan bapak belum kesampaian, kenapa bapak secepat itu pergi ninggalin adek. Maaf adek jarang temui bapak !! “ teriaknya histeris. 

Dania yang mendengar ucapan anak bungsu kakek Rangga sedikit aneh, bahkan dari mereka berenam hanya si bungsu yang terlihat kehilangan sedangkan kelimanya hanya menetes air mata, bahkan terlihat seperti dibuat-buat. Namun, ada satu hal yang membuat Dania heran, salah satu dari ketiga wanita itu hanya satu wanita yang terlihat takut dan gelisah. 

Bahkan dengan langkah gugup dan takut ia menghampiri anak bungsu kakek Rangga. 

“Citu siapana kakek Lania ? “ tanya Rania terisak, bahkan gadis kecil itu enggan bergeser memberi ruang kedua beda kelamin. 

“Dia…  bapakku, “ jawab laki-laki itu. 

“Nda ucah bohong, dicini kubulanna banyak. Citu salah olang kali ! Anakna kakek Langga mana pelnah datang kelumah jengukin kakek ! “ sentak Rania tak percaya. 

“Aku udah lama nggak jenguk bapak, karena pekerjaanku yang menuntut aku harus keluar kota.. Tapi istriku sering kok jengukin bapak, iyakan yang ? “ ucap si bungsu kepada istrinya Nella.

“Ii—iya kok yang sering aku jengukin bapak, “ jawab Nella gugup. 

“Percayakan, istriku sering jengukin bapak “ ucapnya pada Rania.

Rania yang tahu jika istri pria itu berbohong pun berdecak kesal. “Citu tau nda istlina bohong ?”

“Bohong kenapa ? “ tanya pria itu bingung. 

“Aku setiap bulan memberikan istriku uang dan sebagian gajiku aku minta istriku memberikannya kepada bapak. Mana mungkin istriku bohong, “ elaknya masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan anak kecil yang berada disampingnya. 

꒷꒦꒷Girl's First Love꒷꒦꒷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang