BAB 9

157 15 0
                                    

Setelah kepergian Gata dan lainnya, kini di rumah itu hanyalah tersisa Pak RT serta istrinya, Dania, Rania dan Kakek Rangga yang masih belum sadarkan diri setelah diberi infus oleh seorang dokter yang dipanggil oleh pak RT. 

“Kapan kakek Langga bangun kakak ? Kasihan kakek Langga balu juga sehat cudah sakit lagi gala-gala meleka… “ ucap Rania lirih. 

Bahkan dirinya sudah tidak memperdulikan sosok yang dipanggil sang kakak “Ayah” yang dirinya tahu adalah kedua orang tuanya sudah meninggal sehingga membuat mereka datang ke kota J untuk mencari kehidupan baru dan juga bertemu dengan Kakek Rangga yang bukan kakek kandung mereka. 

Dania yang diajak bicara oleh Rania tidak merespon bahkan saat ini pikirannya tengah berperang karena tindakan seseorang yang baru saja dirinya panggil “Ayah “.

“ Bunda, apa ayah sejahat itu tak mengenali Dania dan Rania… “ ucapnya dalam hati. 

“Dania tidak salah mengenalnya bunda, hanya penampilan ayah sekarang berbeda jauh dari penampilannya dulu.. Jika benar itu ayah, apakah ayah selama ini berkhianat dari bunda selama merantau maka dari itu ayah menghilang tanpa kabar ? “ ucap Dania dalam hati. 

“Bunda, tolong Dania… “

Bu RT yang melihat keterdiaman Dania pun, mengusap bahu gadis itu dengan lembut. “Sudah jangan dipikirin, emang mereka itu seperti itu semenjak istri kakek Rangga meninggal dunia.. Mereka gencar ingin menjual rumah beserta toko sembako untuk dijadikan dana usaha mereka, “

“Jadi jangan heran, mereka akan datang tiga bulan sekali ke rumah ini, bahkan tega menyakiti kakek Rangga agar mau menjualnya, “ lanjutnya. 

Dania menoleh dan menatap bu RT dalam, “ apa mereka setega itu bu, seharusnya mereka memberikan kasih sayang kepada kakek Rangga, beliau sudah sangat tua untuk usianya sekarang. Bahkan, ketika beliau sakit anak-anaknya tidak ada yang menjenguknya. Apa itu pantas ? “ ucap Dania kesal saat membicarakan anak-anak l4kn4t itu. 

“Huft, kami juga sama jengkelnya denganmu, nak. Apalagi Mba Gata anak kedua kakek Rangga semenjak menikah lagi tiga tahun lalu, dia semakin berani menentang nasehat kedua orang tuanya. Bahkan dua menantu perempuan kakek Rangga juga semakin berani menginjak harga diri beliau, “ ucap Bu RT geram mengingat kejadian tiga tahun yang lalu. 

“Jahat sekali, “ ucap Dania lirih. 

“NDA BICA DIBIALKAN ITU BU ELTE, NDA BAIK ITU ! HALUS DIBASMI OLANG-OLANG SEPELTI MELEKA, KASIAN KAKEK LANGGA HIKS ! “ ucap Rania menangis seolah mengerti perlakuan mereka terhadap kakek Rangga. 

“Kalau bukan karena kakek, mungkin Dania dan Rania masih berada di jalanan bu. “ ucap Dania mengingat bagaimana kedatangannya pertama kali dulu di kota J ini. 

“Maka dari itu, bantu dan tolong kakek Rangga untuk menjaga rumah dan toko ini, nak. Kami percayakan padamu dan adikmu Rania untuk menjaga kakek Rangga beserta warisan ini.. “ ucap Pak RT setelah lama mendengar pembicaraan istrinya dan Dania. 

Dania mendongak menatap Pak RT yang tersenyum kepadanya, “ Iya nak, ibu juga percaya kepada kalian berdua…  rawat kakek Rangga seperti kakek kandung kalian sendiri, jangan biarkan mereka mengambil paksa rumah dan toko untuk mereka jual, “ timpal Bu RT. 

Dania tersenyum saat kedua sepasang suami istri memberikannya petuah, dalam hatinya Dania akan melakukan apapun caranya ia akan menjaga dan merawat kakek Rangga sepenuh hati. 

“Baiklah, Dania akan merawat dan menjaga Kakek Rangga karena beliau sudah baik kepada Dania dan Rania untuk tinggal secara gratis disini… “  jawabnya mantap. 

꒷꒦꒷Girl's First Love꒷꒦꒷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang