Dia keluar dari kamar mandi, memijat pelipis nya sembari duduk di bibir ranjang. Tangan nya meraih kalender di meja nakas, memandang nya dengan sangat lama.
Hembusan nafas berat bersamaan dengan tubuh nya yang ia hempaskan ke kasur. Tak perduli dengan tatanan rambut gelombang nya yang sudah ia tata sedemikian rupa memakan waktu hingga satu jam lama nya, juga pakaian yang ia pilih dan ia tentukan sejak tadi malam.
Pikiran nya kemana-mana, entah apa yang terjadi sehingga pada bulan ini Yessica di datangi dua kali oleh bulan merah. Baru satu minggu yang lalu dia terbebas dari mood nya yang tak teratur dan sakit perut yang berlebih itu, hari ini chika harus kembali merasakan ketidaknyamanan yang sungguh mengganggunya.
Dia kembali duduk, meletakkan kembali kalender di atas meja nakas, kemudian meraih handphone nya. Ada satu pesan yang membuat nya langsung berdiri dan berjalan cepat keluar dari kamar. Tergesa-gesa menuruni anak tangga hingga tiba lah di anak tangga yang terakhir, Yessica berhenti dan menoleh ke sisi kanan nya.
"Chika dapat pesan kata nya Ashel udah di kantor, pagi ini. Abi yang suruh?" Nada bicara nya datar, raut wajah nya pun datar, menatap sang ayah yang tengah sibuk membelai rambut sang Adik.
"Masih pagi, Yessica.." Sang ayah terkekeh pelan."Iya Abi yang suruh karena Ashel belum menentukan kelanjutan pendidikan nya. Daripada enggak punya kegiatan, mending dia ikut ke kantor sekalian belajar."
Chika menghela nafas panjang."Enggak bisa gitu dong, Bi.."
"Bisa, Yessica." Jawab Puccho dengan santai, tak ia lihat bahwa raut wajah anak sulung nya itu sudah merah karena ingin sekali meledakkan amarah nya.
Puccho atau biasa di sapa Abi oleh Yessica, adalah seorang ayah dari dua istri. Dan Chika adalah anak dari istri yang pertama, memiliki Adik bernama Christy. Sedang nama Ashel yang di sebut, merupakan Anak semata wayang dari istri yang kedua. Entah apa yang terjadi pada Chika dan sang Ibu sehingga terjadi lah pernikahan kedua ini pada saat Chika berusia lima tahun. Sudah delapan belas tahun, Chika hidup dengan kasih sayang sang Ayah yang terbagi-bagi. Tapi Chika cukup bersyukur bahwa hingga ia tumbuh besar seperti sekarang, dia belum pernah kekurangan kasih sayang.
"Ashel lebih suka ngurus butik, bilangin ke mommy Anin." Hidup bersama selama delapan belas tahun, Chika tentu nya sudah hafal dengan berbagai sifat manusia terdekat nya, termasuk lah istri kedua sang Ayah. Memang, selama ini Chika tak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari Ibu tiri nya, tapi ya, bisa ia lihat dari mata ketika mereka saling bertatapan. Bola mata milik Anin seakan memberitahu bahwa ada ketidakpuasan dan rasa tak pernah cukup dalam diri nya. Chika bisa melihat nya, tapi sebisa mungkin ia menghapus segala pikiran yang menggiring nya ke arah sana.
Belum lama ini Chika diberitahu kalau Anin mendapat suntikan dana dari Puccho untuk membuka butik. Sedangkan Mami, perlu waktu dan tabungan yang banyak agar bisa membuka usaha nya sendiri. Ini sudah jelas ketidakadilan, tapi Aya-sang Mami mengatakan bahwa tidak apa-apa dan tidak ada masalah. Sebagai seorang anak yang sudah mengerti tentang hidup, tentu lah Chika protes dan merasa bahwa Puccho hanya mementingkan segala kegiatan Istri kedua nya tanpa melihat betapa susah nya Sang mami berjuang sendirian.
Dari umur lima tahun, Chika diberi hak untuk mengambil satu perusahaan sang kakek yang di pegang oleh Puccho. Mendengar hal itu Anin kemudian mendorong dan memaksa Ashel untuk ikut andil dalam perusahaan itu. Padahal Ashel sering kali bercerita pada Chika bahwa suatu saat ia sangat ingin memiliki butik. Dari sini saja sudah kelihatan apa yang di inginkan oleh Ibu tiri nya itu.
Chika menyunggingkan senyum nya."Kenapa Abi diam?" Chika kemudian turun dari anak tangga yang terakhir itu, berjalan ke meja makan kemudian mengambil cangkir berisi air putih."Udah lah, Chika mau berangkat."
![](https://img.wattpad.com/cover/361978685-288-k895368.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewasa Itu Sepi, Ya
Hayran KurguSekitarku ramai, mereka ramai, namun aku tetap kesepian.