Happy Reading...
Salsa Azzahra. Nama yang terdengar indah, seindah gadis yang menyandangnya. Ia adalah siswi kelas sembilan di SMP Dharma Kusuma, sekolah yang sudah lama ia impikan. Namun, perjalanan pendidikannya tak semulus yang ia bayangkan—kedua orang tuanya ingin ia masuk pesantren setelah lulus SD.
Salsa menolak.
Bukan karena ia menentang keinginan orang tuanya. Bukan pula karena ia tak ingin mendalami agama. Ia hanya ingin menikmati masa SMP-nya terlebih dahulu, mengenakan seragam yang ia idamkan, berjalan di lorong sekolah seperti remaja pada umumnya. Namun, janji tetaplah janji. Sebentar lagi ia akan lulus, dan setelah itu, tak ada pilihan lain selain melangkahkan kaki ke pesantren, seperti yang diinginkan ayah dan ibunya.
Salsa adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dengan jarak usia lima tahun di antara mereka. Kakaknya, Muhammad Raffasya Aditya, seharusnya sudah kuliah, tetapi memilih untuk mondok terlebih dahulu sebelum melanjutkan pendidikannya. Sedangkan adiknya, Muhammad Azril, masih duduk di bangku kelas lima SD. Kedua orang tua mereka, Muhammad Ridho dan Latifah Azzahra, membesarkan anak-anak mereka dalam kesederhanaan, tetapi penuh dengan nilai-nilai kehidupan.
Salsa dikenal sebagai gadis pendiam. Ia bukan tipe yang suka menonjolkan diri atau mencari perhatian. Namun, ketika bersama orang-orang terdekatnya, senyumnya lebih sering terlihat, tawanya lebih tulus terdengar.
Satu hal yang paling menonjol darinya adalah keistiqomahannya dalam berhijab.
Sejak kecil, ia sudah diajarkan untuk menutup aurat. Bukan sekadar kain yang menutupi kepala, tetapi sebuah keyakinan yang tertanam kuat di hatinya. Pernah, saat usianya enam tahun, beberapa tetangga menggodanya dengan pertanyaan yang terdengar sepele, tetapi cukup mengusik.
"Salsa, kamu nggak kepanasan pakai hijab terus? Sesekali dibuka, dong!"
Dengan mata bulatnya yang penuh keyakinan, ia menjawab, "Aku nggak mau membukanya. Aku takut di akhirat nanti kepalaku digantung dan mendidih di api neraka."
Jawaban itu membuat orang-orang tertawa kecil, menganggapnya hanya ucapan polos seorang anak kecil. Namun, bagi Salsa, itu adalah prinsip. Prinsip yang ia pegang erat hingga kini.
Sering kali, teman-temannya masih mempertanyakan keputusannya berhijab. Mereka bertanya, mengapa ia tak pernah mencoba gaya rambut yang sedang tren, mengapa ia selalu menutupi dirinya seolah ada yang harus disembunyikan.
Salsa hanya tersenyum. Baginya, hijab bukan belenggu, melainkan perlindungan. Hijab bukan sekadar kain, tetapi kehormatan.
Di sekolah, ia memiliki tiga sahabat yang selalu ada di sisinya: Keyla Putri Rinjani, Kania Clarista, dan Natasya Amelia.
Keyla, atau yang akrab disapa Key, adalah sahabat sekaligus kerabatnya. Sikapnya absurd, tetapi masih tahu kapan harus menyesuaikan diri. Ia juga orang yang paling sering menjadi tempat Salsa berbagi cerita.
Kania, atau Nia, lebih ekstrem lagi. Tingkahnya absurd, mulutnya ‘lemes’, sering kali membuat orang di sekitarnya geregetan. Namun justru karena itulah, suasana selalu terasa lebih hidup saat ia ada.
Sementara itu, Natasya, atau Asya, memiliki sifat yang hampir mirip dengan Salsa—pendiam, tetapi tetap bisa nyambung dalam berbagai obrolan. Bedanya, Asya lebih to the point dan tidak suka bertele-tele. Cara bicaranya terkesan sedikit tomboy, meskipun penampilannya tetap feminin.
Mereka bertiga selalu ada untuk Salsa. Ke mana pun ia pergi, mereka selalu mengikuti.
Kecuali, tentu saja, kalau ke kamar mandi. Masa iya, ikut juga?
To be continued...
Mohon kritik dan saran🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam (Revisi)
Novela JuvenilTypo bertebaran, Revisi nanti setelah tamat🙏 Di larang Plagiat✋🏻 --- Salsa Az-Zahra, seorang gadis pendiam yang cantik mempesona dengan balutan hijabnya. Kecantikannya tak hanya terlihat dari luar, tetapi juga dari sikapnya yang lembut dan penuh k...