Chapter 19

21.8K 861 1
                                    

"Dill..." panggil Kayla saat mereka sudah berada di meja makan untuk makan siang,matanya belum sepenuhnya terbuka lebar akibat masih mengantuk karena kelelahan beberapa hari ini menyibuki dirinya berkutat dengan gaun untuk acara pernikahan Aldo yang tinggal empat hari lagi.

"Hmm" guman Dilla dengan kepala menunduk,senyuman jahil menghias di bibirnya untuk membangun kan Dilla.percikan air mengenai wajah Dilla,sontak matanya langsung terbuka dengan lebar.

Pletak!

Kayla menyentil dahi Dilla sehingga wanita itu meringis kesakitan,rasa kantuk yang menyerbunya tadi kini hilang sekejab saja,Dilla mengusap dahinya yang memerah terkena korban sentilan tangan Kayla yang sakit.

Ugh! Lihat saja nanti! umpatnya kesal sambil mendelik kesal ke arah Kayla yang memukulnya tadi malah menyengir kuda merasa tidak bersalah.

"Masih ngantuk?" Tanya Kayla dengan senyum jahilnya.

"Gak,udah hilang!" Katanya kesal menatap kayla tajam,Kayla tertawa keras puas melihat Dilla yang berwajah kesal.

"Yaudah makan yuk" ajaknya,Dilla hanya mengomel tidak jelas kemudian mengikuti Kayla yang sudah terlebih dahulu ke meja makan.

"Suami kamu gimana Dil?" Tanya Kayla memecahkan keheningan di antara mereka. Dilla berhenti menyuapkan makanannya begitu mendengar pertanyaan kayla.

"Gimana apanya?" Tanyanya balik kebingungan dengan pertanyaan Kayla yang tidak jelas. Kayla mengaduk makanannya dengan kesal berhadapan dengan sahabatnya yang polosnya dari dulu tidak hilang,ingin sekali ia menjitak kepala Dilla namun di urungkannya takut Dilla kesal lagi.

"Suami kamu gimana kalau kamu tinggali dia sendirian di apartemen,kan sayang tu dia tidak ada temen tidur dengan temen makan" jelas Dilla mengulangi pertanyaan yang sempat membingungkan Dilla,untuk apa Rio menanyakan kehadirannya?setiap hari Rio selalu pulang tengah malam dan sibuk mengerjakan urusan kantor yang di bawa di apartemen,Rio bahkan tidak peduli dengannya,akhir-akhir ini mereka hidup seperti dua orang asing.

"Ya kalau tidak ada temen,pulang saja ke rumah ibu,gitu saja susah" jawab Dilla cuek kembali menyuapkan nasi ke dalam mulut.Sekarang giliran kayla yang kebingungan mendengar jawaban dari Dilla.

"Kamu bertengkar dengannya?" Tanyanya lagi kepada Dilla.
Aku selalu bertengkar dengannya kay.batin Dilla.

"Tidak" jawabnya singkat,Kayla menghela nafasnya menghadapi sikap Dilla,tidak biasanya ia seperti ini,Dilla yang lembut dan selalu tersenyum kini di gantikan dengan Dilla yang dingin dan acuh dengan keadaan.
Kayla mengurungkan semua pertanyaannya,percuma saja ia bertanya dengan keadaan Dilla yang terlihat badmood.

Setelah makan siang,Kayla mengajak Dilla ke taman rumahnya yang di tumbuhi dengan bunga dan beberapa pohon.Mereka duduk di temani dengan secangkir teh dan biskuit.

"Dill,jujur deh ke aku,kamu itu sebenarnya kenapa?" Tanya Kayla tidak tahan memendam pertanyaannya,ia harus tahu ada apa dengan sahabatnya itu.
Dilla menghela nafas berat tatapannya kosong dengan sorot yang menyedihkan.

"Aku capek Kay,Aku capek dengan semuanya" kata Dilla yang sedari tadi hanya diam. Kayla menatap sedih ke arah sahabatnya itu.

"Mm,Aku ingin bertanya kepadamu,tapi kamu harus menjawab jujur kepadaku" Dilla mengangguk setuju dengan perkataan sahabatnya yang sedang serius.

"Luka memar di pipi mu waktu itu kenapa? Apa itu terkena tamparan?" Dilla terkaget,kenapa sahabatnya ini mempertanyakan soal yang tidak ingin di jawabnya dan tentang memar di pipi itu bagaimana pun ia sekeras mungkin mengatakan itu adalah bekas jatuh sahabatnya ini seperti tidak percaya.

"Kan sudah ku katakan aku terjatuh" jawabnya setenang mungkin menutupi kegugupannya.

"Aku tidak bodoh Dil,mana ada jatuh memarnya seperti kena tamparan" katanya menyelidiki Dilla yang sedang gugup.

"Kayla,aku sudah mengatakannya tadi kalau memar itu bekas aku jatuh" jelasnya lagi.

"Cobalah jujur dengan ku Dil,mata mu itu menyiratkan kebohongan" Dilla mengigit bibirnya gusar,sahabatnya ini pintar sekali mengetahui bahwa dirinya berbohong.

Dilla mendesah,saat ini tidak ada alasan lagi ia harus berkilah dengan segala macam alasan yang selalu ia tutupi kebenarannya bagaimana pun juga sahabatnya ini memang dari awal mencium bau curiga tentangnya.

Ia memulai bercerita keadaan rumah tangga mereka dan pukulan demi pukulan yang selalu di dapatkan untuknya sesekali Kayla mendengus kesal,tangannya mengepal dengan kuat menyiratkan kemarahan yang di tahan.Dilla hanya menunduk sedih dengan reaksi sahabatnya yang mengomel dirinya habis-habisan,Dilla hanya mengucapkan kata maaf untuk meredakan emosi kayla yang tiba-tiba meledak.

"Sudah ku katakan,jika kamu mempunyai masalah cerita dengan ku,tidak usah di pendam sendiri dan kamu membiarkan laki-laki brengsek itu memukuli mu! Bahkan ia sangat jelas tidak menghargai mu sebagai istrinya!" Dilla hanya menunduk takut melihat bentakan keras dari sahabatnya,baru kali ini ia melihat Kayla semarah itu biasanya kayla bisa mengontrol emosinya dengan mengomel panjang lebar tidak seperti ini kayla membentak dirinya.Dilla mengakui dirinya memang bersalah menutupi semuanya,ia tidak marah dengan emosi kayla yang meledak-ledak.

Tidak ada satu pun sahabat yang bisa melihat sahabat nya yang sedang mengalami masalah.
Huh,hari yang panjang.batin Dilla dalam hati.

Kayla mengatur nafasnya yang memburu akibat emosi tadi,Dilla mencoba menenangkan diri Kayla dengan mengusap punggung kayla dengan lembut.

"Maafkan aku Kay,aku bukan bermaksud menyembunyikan semua masalah ku tapi aku sadar aku tidak ingin menjelek-jelekan suami ku" ucap Dilla dengan tenang berbeda sekali dengan jantungnya yang berdebar dengan kencang seperti ingin loncat.

"Kamu tidak perlu menjaga nama baik suami itu,dia sangat tidak punya hati memukul mu habis-habisan!" kata Kayla masih dengan marah.

"Aku terima semua perlakuannya berharap ia bisa memafkan ku tentang kejadian masa lalu kami" bujuk Dilla kembali dengan sikap tenangnya.Ya kayla mengetahui semua tentang masa lalu Dilla yang begitu menyedihkan.Dilla yang menceritakan semuanya sewaktu mereka SMA dulu.

"Dilla,kamu jangan terima begitu saja,mana ada suami yang tega memukul istrinya,kamu tidak perlu merasa bersalah lagi atas masa lalu itu,perbuatannya yang memukul mu sudah terbayar sudah,lagian kamu kan tidak sengaja waktu itu!" jelas Kayla dengan wajah kesal,di antara Dilla dan Kayla yang paling cepat emosian adalah dia,apa lagi masalah yang menyangkut tentang Dilla dan masa lalu, ia bisa meledak-ledak tidak jelas mengetahui sahabatnya sudah terlalu lama di siksa oleh suaminya.

"Aku hanya ingin di maafkan itu saja kay,dia satu-satunya laki-laki yang aku cintai selama ini" kata Dilla mencoba meluluhkan emosi kayla berharap ia mengerti tentang ku kali ini. Helaan nafas berat di keluarkan olehnya,ia seperti keberatan atas ucapannya tadi.

"Baiklah,tapi jika dia berbuat kasar lagi padamu beri tahu aku jangan pernah untuk di tutupi lagi,sekuat apapun kamu menyembunyikannya akan tercium juga oleh ku" ucap Kayla tegas,kali ini ia tidak main-main dengan perkataannya,Dilla hanya bisa mengangguk pasrah tidak mau melihat Kayla meledak-ledak seperti tadi,bisa ribet urusannya nanti.

Lorcin

Bury Sense[Completed] (SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang