Chapter 8

22.2K 950 10
                                    

Dilla mengelus pipinya yang masih terasa sakit di depan cermin kamarnya,hari ini ia cepat pulang kerena sekujur tubuhnya memerah akibat makan masakan jepang tadi siang, Seperti niatnya tadi pagi ia menginap di rumah yang sudah di rindukannya beberapa hari ini terlebih kepada ayah dan bundanya untuk menenangkan hatinya dan ia tidak ingin menghadapi sifat Rio yang sekarang sangat kasar kepadanya.

Dilla meringis melihag memar di pipinya begitu terlihat di kulit nya yang putih,bagaimana ia makan malam bersama ayah dan bundanya dengan keadaan pipi yang semakin memar? Untung saja warna merah di sekujur tubuhnya sudah agak berkurang karena ia cepat meminum obat alergi. Di dalam hati Dilla sedikit merutuk dirinya sendiri karena memakan seafood tadi,Agh!

Suara ketukan pintu membuat Dilla terpaksa menoleh dan meraih gagang pintu kamarnya, Bundanya sudah berada di depan pintu kamarnya dengan tersenyum yang selalu di sukainya,nyaman dan teduh khas seperti ibu-ibu lainnya.

"Masuk bunda" ucap nya lembut mempersilahkan bundanya masuk ke dalam kamar nya dan duduk di tepi ranjang Dilla yang besar. Dilla mengikuti bundanya dan duduk juga di samping bundanya ingin menanyakan kenapa bundanya ke kamarnya.

"Bun...." belum sempat ia memanggil bundanya,Maura sudah berkata terlebih dahulu kepada Dilla.

"Apakah Rio tahu kamu berada di sini?"Dilla mengehela nafasnya mengapa Rio lagi yang di tanyakan oleh bunda?  Saat ini ia tidak ingin berbicara tentang suaminya,itu mengingatkanya kejadian semalam.

"Tahu kok bun" jawabnya bohong kepada bundanya agar bunda tidak mempertanyakan lebih jauh lagi tentang Rio,kepulangannya Dilla ke rumahnya memang tidak diketahui oleh Rio karena Dilla ingin beristirahat dengan hati yang damai sebelum kembali kerumah mertuanya dan bertemu dengan suaminya yang tampak tidak menginginkannya.

"Bagaimana dengan rumah tangga mu?" Tanya ibu lagi yang membuat hati Dilla menjadi sakit namun di tutupinya dengan senyuman hangatnya sambil mengelus tangan bundanya dengan lembut.

"Alhamdulillah sangat baik bunda,Dila beruntung mempunyai suami seperti mas Rio yang sangat pengertian kepada Dilla" ucapnya berbohong lagi tidak ingin memperjelek suaminya di depan Bunda walau ia ingin sekali menceritakan kepada Bunda nya namun hatinya berkata sebaliknya,jadi Dilla mengurungkan niatnya untuk menceritakan semuanya.

"Baguslah,bunda sangat senang mendengarkannya mungkin sebentar lagi bunda dan ayah mempunyai cucu yang sangat lucu" kata Maura dengan tatapan ke depan sambil tersenyum hangat. Rasanya Dilla ingin menangis sekarang bagaimana ia bisa mempunyai anak jika Rio belum bisa menerimanya?
'Bunda maafkan Dilla,rumah tangga Dilla berbanding terbalik apa yang tadi Dila katakan,Dilla sakit hati bunda,sangat sakit atas perilaku mas Rio kepada Dilla' teriaknya dalam hati.

"Doa kan saja supaya Dilla cepet mempunyai anak bunda" katanya yang membuat Maura mengelus kepala anaknya dengan sayang.

"Bunda selalu mendoakan yang terbaik untuk mu sayang" Dilla memeluk bundanya erat,air mata yang ia tahan sedari tadi kini bertumpah dengan deras mendengar ucapan bunda.
Maura tersenyum hangat sambil menghapus air mata di pipi dila dengan lembut.

"Bunda akan menyiapkan makan malam kita ya sayang" kata Bundanya. Dilla menganggukan kepalanya pelan.

"Jangan menangis lagi" tegur bunda membuat Dilla tertawa pelam sambil menganggukkan kepalanya tanganya sibuk menghapus air mata yang belum berhenti turun.

Maura keluar dari kamar Dilla dengan hati yang bercampur aduk.Ia merasakan kalau anaknya itu sedang mengalami masalah yang sulit namun ketika mendengar perkataan Dilla tadi membuat nya menepis fikiran yang buruk terhadap Rio.

Dan untung saja bundanya tidak curiga dengan keadaan wajahnya karena sebelumnya wanita itu telah menutupinya dengan make up.

************

Rio pulang ke rumah dan masuk ke kamar tanpa melihat Dilla yang selalu berada Di kamar menunggu kepulangannya namun ia tidak menemukan Dilla di manapun,kamarnya kosong tidak ada tanda kehadiran Dilla.

Ia memutuskan untuk membersihkan badannya yang terasa lengket akibat keringat,'mungkin Dilla di bawah sedang menyiapkan makan malam' batin Rio dan segera masuk kedalam kamar mandi.

Setelah sejam menghabiskan waktu di kamar mandi Rio keluar untuk memakai baju kaos begitu selesai memakai baju Rio melangkah keluar menuju ke bawah untuk mencari Dilla.

Matanya sibuk mengamati rumahnya berharap Dilla berada Di rumah namun saat ia sudah mencari di setiap penjuru rumah hasilnya nihil tanpa menemukan Dilla.

Rio melangkah ke dapur untuk mengambil air putih karena tenggorokannya terasa kering.
Ia berdiri diam begitu lama di dapur tanpa menyadari orang tuanya berjalan menuju meja makan.

"Rio" pangil Ayahnya membuat Rio tersentak kaget.

"Ayah!" Katanya kesal sambil mengelus dada,Ananta dan Nia mengerutkan dahinya bingung karena Rio yang sedari tadi tampak sedang melamun.

"Mau sampai kapan kamu berdiri di situ? Ayo makan" perintah Ibu,Rio menurut dan duduk di tempat biasanya.

"Dilla di mana?"tanya Ibu kepada Rio yang di balas dengan gedikkan bahu tidak tahu sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya. Ananta dan Nia hanya bisa menggelengkan kepalanya karena sifat Rio yang sangat cuek.

"Bagaimana bisa kamu tidak mengetahui keberadaan istri mu" kata ayah berhenti makan menatap Rio tajam.

"Rio baru saja pulang dari kantor yah" jawab Rio seadanya.

"Kamu tu ya tidak berubah-ubah dia itu istri mu" kata ayah marah membuat Rio menghentikan suapannya.

"Rio selesai makan" ucapnya tanpa menjawab perkataan ayahnya dan ingin beranjak berdiri namun di cegah oleh Nia yang memintanya untuk duduk kembali dengan terpaksa Rio menuruti perintah ibunya sambil menatap ayahnya malas.

"Di mana istrimu?" Ulang Ananta kepada Rio.

"Rio tidak tahu yah,bukankah ayah dan ibu selalu berada di rumah? kenapa harus berulang kali tanya kepada Rio" jelasnya panjang lebar dengan nada kesal.

"Rio bersikap sopan kepada ayahmu!" Tegur Nia melotot kepada anaknya yang sangat tidak sopan berbicara kepada ayahnya saat ini.

"Rio capek bu,selalu ikut dengan perkataan ayah dan ibu,tidakkah ayah dan ibu tahu kalau Rio begitu tersiksa dengan pernikahan ini!"

"Ayah berbuat seperti itu karena selalu mendapati kamu dengan wanita yang tidak benar setelah calon istrimu meninggal"

"Sudah lah yah,Rio sudah capek,besok Rio akan kembali ke apartemen Rio" katanya dan segera bangkit.

"Kamu tinggal bersama istrimu kan?" Tanya Nia kepada Rio.
Rio menghela nafasnya sebentar.

"Rio akan tinggal bersama Dilla,dia kan sudah menjadi istri Rio" katanya dan terus beranjak pergi meninggalkan meja makan menuju kamarnya untuk beristirahat, kepala nya terasa seperti ingin pecah memikirkan rumah tangga yang tidak di ingin kannya terlebih ia menikah dengan Dilla wanita yang ia benci yang di masa lalu membuat dirinya sempat koma selama seminggu.

Rio menutupkan matanya untuk tidur,besok adalah hari yang panjang baginya.

Lorcin


Bury Sense[Completed] (SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang