Chapter 2

28.1K 1.3K 1
                                    

Menjelang acara pernikahan mereka yang akan di selenggarakan dua hari lagi tak henti-hentinya Dilla berdoa dalam hati berharap acara pernikahannya bisa menjadi lancar tanpa ada masalah sedikit pun.

Ia tahu bahwa Rio sama sekali tidak mencintainya tapi Dilla masih mempunyai banyak waktu untuk membuat Rio mencintainya walau mungkin jalan yang akan dilaluinya akan berat dan jauh dari kata bahagia.

Pernikahan yang selalu di impikannya berharap akan terjadi sekali seumur hidup. Dilla tidak ingin berpisah dengan Rio. Berat rasanya jika harus berpisah dengannya. Mungkin sekarang Rio tidak mencintainya tetapi ia yakin ke depannya Rio akan bisa mencintainya seperti dia mencintai laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupnya. Ia percaya dengan takdir dari tuhan.

Suara ketukan pintu membuat Dilla mendongkak. Yah, selama seminggu ini ia tidak di perbolehkan untuk keluar rumah yang maksudnya adalah ia sedang di pingit sebelum menikah,adat jawa membuatnya harus mengikuti pingintan ini yang ia ketahui dari bunda nya pingitan ini harus di lakukan untuk nya agar ia terhindar dari segala gangguan dari luar sebelum menikah dan juga selama pingitan ini Dilla di minta untuk tidak menemui Rio atau menghubunginya dari telepon yyang membuatnya harus nurut atas petuah dari orang sekitarnya.

Dilla bangkit menuju kearah pintu dan membukanya. Ia mendapati sang bunda berdiri dengan membawakan makan siang untuknya. Seminggu ini nafsu makan Dilla entah kenapa menghilang begitu saja. Apa mungkin ini efek dari kegugupannya?

Dilla mempersilahkan bunda untuk masuk ke dalam kamar. Ia mengikuti bundanya yang meletakkan makanan di atas nakas kemudian duduk di pinggir ranjang dengan tersenyum hangat di susul oleh Dilla.

"Kamu gugup?" tanya bunda memecahkan keheningan diantara mereka.

"Sedikit bunda" jawabnya dengan jujur. Jantungnya sedari tadi berdegub kencang di ikuti rasa euforia yang menari-nari di dalam hatinya.

Maura tersenyum melihat putri semata wayangnya yang akan di lepasnya nanti. Ia mengelus rambut panjang anaknya dengan kasih sayang.

"Jangan gugup di bawa santai saja nak,Bunda juga pernah rasain hal begini dulu" Dilla hanya menganggukkan kepalanya,jauh dari lubuk hatinya ia tidak yakin dengan ucapan bundanya. Beberapa kali ia sudah mencoba untuk menghilangkan rasa gugupnya tapi berakhir sia-sia. Ia mengubah posisi duduknya menghadap ke arah bunda tercintanya yang ikut juga berhadapan dengannya.

"Bunda,bagaimana menjadi istri yang baik?" tanyanya kepada bunda.

Maura kembali tersenyum menatap putrinya dengan lembut. Wanita itu mengambil tangan sang anak dan mengusapnya secara pelan menghasilkan desiran hangat yang sedikit demi sedikit berhasil menghilangkan kegugupan Dilla. Bundanya sangat tau bagaimana cara menghilangkan kegugupan Dilla.

"Menjadi istri yang baik adalah selalu mematuhi apa perintah suami, berilah ia kenyamanan yang membuatnya selalu merasa betah di samping kamu. Kalau suami ada masalah berilah ia kekuatan dan penyemangat serta selalu berada di sampingnya, suka maupun duka,hubungan suami dan istri itu seperti sandal nak yang saling berdampingan satu sama lain" jelas Maura.

Dilla terdiam mendengarnya. Di dalam hati ia mulai bertanya apakah bisa ia melakukan apa yang bunda jelaskan mengingat sikap Rio yang begitu dingin kepadanya.

Mungkin ini lah cara Dilla berusaha membuat Rio mencintainya. Sekeras apapun ia harus bisa mencobanya walau di hatinya ini sedikit merasa tidak yakin dengan apa yang akan di lakukannya nanti.

"Perjodohan ini mungkin gak mudah untuk kalian berdua, Tapi percayalah kepada bunda kalian akan saling mencintai seiring berjalannya waktu,kamu harus tahu sayang Allah itu maha membolak-balik kan hati manusia"

"Dilla gak yakin kami bisa hidup bahagia bunda,bunda masih ingat kan kejadian beberapa tahun yang lalu?" keluhnya dengan raut wajah sedih. Maura mengusap wajah Dilla dengan lembut memberinya semangat.

"Kamu harus yakin, kita gak tahu rencana tuhan di masa depan bagaimana,kejadian di masa lalu itu jadikan pelajaran untuk kalian berdua bagaimanapun juga sebentar lagi kamu dan Rio akan hidup bersama" ucapnya,Dilla tersenyum mendengarnya,bundanya benar ia tidak boleh ragu seperti ini bagaimana pun ia harus menerina takdir yang sudah di tulis oleh tuhan untuknya,mau itu bahagia atau sedih Dilla yakin tuhan pasti mempunyai alasan di baliknya.

Pernikahan yang di dasari oleh perjodohan memang tidak mudah untuk Rio dan Dilla tetapi Dilla akan berusaha untuk bisa membangun keluarga yang bahagia seperti yang di impikannya.

Wanita itu tersenyum dengan air mata yang sudah menetes,ia memeluk bundanya dengan erat sungguh ia merasa begitu bahagia di lahir kan dengan kedua orang tua yang selalu menyayanginya.

Selama ini bundanya selalu menjadi temannya dan juga malaikat yang selalu kepadanya,di saat Dilla sedih bunda nya lah yang selalu menjadi bahu untuknya dan satu-satunya orang yang mendengar dengan sepenuh hati akan masalah nya dan menjadi penasihat di saat ia sedang tertimpa masalah.

Sedangkan ayahnya selalu menjadi pahlawan untuknya di mana ia membutuhkan perlindungan di saat ia merasa tidak aman,ayahnya juga yang mengajarkannya tentang kebahagian serta menjadi wanita yang kuat seperti sekarang.

Dilla sangat mencintai kedua orang tuanya,hatinya merasakan kesedihan saat ia nanti akan berpisah dengan keduanya setelah ia sudah menjadi istri Rio.

Ahh laki-laki itu yang sebentar lagi menjadi imam hidupnya,laki-laki yang selalu membuatnya gugup di satu waktu dan tersenyum seperti orang gila serta merasa bahagia di waktu yang bersamaan hanya dengan melihat tatapan tajamnya.

Dilla memang mencintai Rio dari dulu dan ia berharap semoga laki-laki itu bisa mencintainya sebesar cintanya kepada Rio.

-oOo-

Chapter ini pendek dari yang lain. Ide yang ada di kepala author entah kenapa tiba-tiba hilang.

Semoga suka dan tidak mengecewakan.

~Vote dan komennya di tunggu~

Bury Sense[Completed] (SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang