Chapter 3

25.4K 1.2K 8
                                    

Hari yang menegangkan pun tiba. Sejak tadi Dilla hanya menghela napasnya menghilangkan debaran jantungnya yang berdetak seperti pelari maraton. Ini mungkin terlihat sangat berlebihan untuknya tapi inilah yang dirasakannya saat ini.

Tubuh indahnya kini terbalut dengan baju kebaya berwarna putih gading hasil karyanya.Yah,di usia yang masih terbilang muda wanita itu meniti karirnya sebagai desainer yang sudah cukup terkenal di Jakarta.

Pernikahannya ini tentu akan menjadi momen istimewa baginya di mana ia akhirnya bisa memakai karyanya yang sudah ia rancang dari jauh-jauh hari. Ia tersenyum kecil saat melihat pantulan dirinya di cermin memperlihatkan wanita yang begitu cantik dengan polesan makeup yang natural tanpa berlebihan,ia bahkan tidak menyangka wanita yang berada di cermin itu adalah dirinya. Dilla sangat puas dengan penampilan dirinya saat ini di iringi dengan rasa gugup.

Buku-buku jarinya memutih, keringat dingin tidak berhenti menetes dari pelipisnya. Acara ijab qabul sebentar lagi dimulai dan ia harus menunggu di ruang tunggu sebelum namanya di panggil nanti saat ketikah suaminya sudah mengsahkan dirinya sebagai istri.

Ya tuhan,mendengar kata istri entah mengapa Dilla menjadi sangat bahagia,ia sangat bersyukur Allah telah mempersatukan dirinya kepada laki-laki yang dari dulu sangat ia cintai.

Maura yang melihat putinya dari tadi tidak berhenti mondar-mandir menghampirinya,ia tahu setiap wanita pasti gugup dengan pernikahannya dan ia sudah merasakannya dulu saat menikah dengan ayahnya Dilla.

Maura mencoba untuk menenangkan Dilla yang masih mondar-mandir tidak jelas terkesan seperti orang gila. Ingin rasanya ia tertawa melihat raut wajah putrinya yang begitu lucu ketika gugup.

"Berdoalah semoga pernikahanmu berjalan lancar dan berhentilah untuk mondar-mandir, bunda lelah melihatmu seperti ini dari tadi" Dilla hanya terkekeh geli, ia mencoba untuk duduk menghilangkan rasa gugup yang tidak kunjung menghilang.

Di lain tempat,para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan untuk menghadari acara ijab qabul,napas Dilla tercekat begitu mendengar acara sudah dimulai,tubuhnya mendadak dingin saat melihat Rio yang sekarang tengah duduk di hadapan penghulu siap untuk membacakan ijab qabul di mana ia akan di halal kan oleh laki-laki yang selama ini di cintainya.

Ia merasakan waktu seakan terasa henti sekaligus menegangkan di saat tiap ucapan Rio mengucapkan kalimat sakral tersebut bagaikan dengungan  yang mendebarkan dan menyenangkan di telinga Dilla hingga suara kata Sah terdengar memenuhi ruangan membuat tubuh Dilla menghangat dan lega bersamaan.

Air matanya menetes,ia masih tidak menyangka sekarang ia sudah resmi menjadi istri Rio, lelaki yang harus di hormatinya mulai sekarang,bibirnya memanjatkan doa hamdallah dan syukur kepada Allah yang mempermudah proses ijab qabul.

"Ya Allah ya tuhanku,di hari ini hamba bersyukur engkau telah mempersatukan hamba dengan lelaki yang hamba cintai dari dulu,hamba bersyukur dengan takdir indah mu membawa hamba kepada laki-laki untuk mendampinginya serta menempatkan hamba di derajat yang sangat mulia,yaitu sebagai istri. ya allah di hari ini aku memohon ridha mu untuk memberi kebahagiaan kepada pernikahan hamba denganya,hamba memohon kepadamu agar hati suami hamba bisa terbuka dengan hamba dan mencintai hamba seperti hamba mencintaimu" Doanya sambil menunduk dengan tangan yang bergetar.

Ya allah ia begitu bahagia.

Tubuh Dilla menegang ketika namanya di panggil untuk menemui Rio, suaminya. Bunda yang mendampinginya berjalan ke tempat Rio memberikan sentuhan lembut sehingga membuatnya merasa nyaman.

Rio begitu tampan memakai jas berwarna putih sama dengan baju kebayanya,penampilan suaminya sangat menarik untuk dipandang,rambutnya tersisir dengan rapi dan juga wajahnya terlihat bersih. Ah, tambah cinta dengan suamiku. Batinnya dalam hati.

Setelah memakai cincin pertanda mereka sudah menikah Dilla dan Rio di bawa ke pelaminan.

Begitu banyak tamu yang memberikan selamat atas pernikahan mereka bahkan ada yang berdoa untuk mereka. Pasangan suami-istri itu hanya bisa menjawab dengan kata Amin dan terima kasih.

Pegal rasanya terlalu lama berdiri di depan pelaminan memberi salam kepada tamu. Dilla hanya menghela napasnya dengan sabar melihat sikap Rio yang begitu dingin kepadanya bahkan terlihat tidak minat di hari bahagia mereka di mana mereka sudah berganti status menjadi suami istri,ia sudah berusaha setengah mati untuk mencairkan sikap dingin Rio tetapi hasilnya gagal total,suaminya itu hanya saat ada tamu ia menunjukkan ekspresi hangat namun di saat hanya tinggal mereka berdua wajahnya berubah menjadi datar.

Lelaki itu sangat kaku pada dirinya. Apa karena masa lalu yang kelam itu membuatnya bersikap dingin?

*******

Lega rasanya acara pernikahan sudah selesai. Tamu sudah mulai berpulang menyisakan keluarga inti saja. Dilla dan Rio diajak untuk bergabung dengan keluarga mereka.

Dilla hanya bisa diam mendengarkan pembicaraan keluarganya dan sesekali ia menjawab ketika ditanyakan.

Lain dengan sikap Rio yang begitu santai tidak sedingin tadi ketika mereka hanya berdua. Sesekali Rio tertawa lepas menanggapi saudaranya yang memberi lelucon lucu dan konyol.

"Mas,nanti jangan lupa ya buat ponakan yang unyu-unyu buat kami soalnya istri lo cantik banget mas!" ujar salah satu ssepupu Rio yang saat ini ikut berkumpul,sontak mereka semua tertawa kecuali Rio yang hanya memberi senyuman tipis dan kaku.

"Iya dong,mereka harus cepat-cepat beri kita anggota baru,sudah lama rasanya ayah tidak menggendong bayi,ayah harap kalian cepat dapat momongan" ujar Ayah mertuanya yang menimpali guyonan sepupu Rio,Dilla tersenyum saja sambik melirik suaminya yang saat ini tampak tidak tertarik dengan pembicaraan ayahnya.

"Akan Rio usahakan" ujarnya pelan mampu memberi efek luar biasa di dalam diri Dilla seperti ribuan kupu-kupu bertebangan di dalam perutnya,akan kah ia mempunyai anak dari pernikahan dirinya dan Rio? Jika iya tentu ia akan sangat bahagia,dari sini ia percaya bahwa Rio akan menerima kehadariannya.

Hari berganti malam,Dilla melangkah masuk ke dalam kamar milik Rio yang juga menjadi kamarnya.

wanita itu sudah berada di rumah mertuanya. Badannya sangat lelah dan berkeringat. Rasanya ingin segera mandi agar lebih segar.

Sedangkan Rio, laki-laki itu berada di bawah sedang berbicara bersama ayah.

Air hangat sangat membantu membuat badannya menjadi lebih rileks. Rasa lelah itu kini telah hilang. Setengah jam Dilla berada di kamar mandi dan akhirnya baru saja selesai.

Dilla keluar dengan tubuh terbalut handuk yang menutupi badannya hanya setengah. Ia harus cepat memakai baju takut Rio masuk dan melihatnya.

Tangannya sibuk mengotak-atik baju yang ada didalam tasnya. Matanya terbelalak mendapati sepotong lingerie berwarna hitam yang begitu terbuka.

Gadis itu hanya bisa menelan ludah. Ini pasti ulah bunda yang sengaja memasukkan baju itu ke dalam tasnya. Agh, bunda membuatku malu. Keluhnya di dalam hati.

Dilla masih saja terdiam menimbang-nimbang memakai lingerie itu atau tidak. Jujur saja ia begitu malu memakai baju ini di hadapan Rio tetapi statusnya saat ini istri sah Rio dan artinya Rio sudah halal melihat tubuhnya bahkan mempunyai hak untuk tubuhnya. Mengingat hal itu membuat pipi Dilla merona seketika,ia menggeleng kepalanya dengan cepat menghilangkan khayalan yang membuatnya gugup seketika.

Setelah begitu lama terdiam menimbang-nimbang akhirnya Dilla memutuskan untuk tidak memakainya. Ia mengambil baju tidur yang menutupi badannya tidak seperti lingerie,ia nyaman dengan pakaian yang tertutup bukan sebaliknya.

Kepala Dilla menoleh melihat pintu kamar Rio terbuka bersamaan dengannya yang telah selesai memakai baju. Rio berjalan ke arah kamar mandi tanpa menghiraukannya membuat Dilla menghela napas lelah melihat sikap Rio yang tidak menghiraukan kehadirannya.

Apakah aku begitu buruk untuknya?

-oOo-

{EDITOR : thedarkhearts}

Bury Sense[Completed] (SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang