Chapter 10

25.4K 1K 27
                                    

Rio duduk manis di ruang tamu rumah mertuanya begitu di persilahkan masuk oleh Dilla yang menghilang kemarin tanpa memberi kabar padanya dengan takut-takut.

Ini adalah pertama kalinya ia menginjak kan kakinya lagi di rumah Ayah dan Bunda setelah beberapa tahun yang lalu di masa kecilnya.

Dilla berlari kecil ke taman bunga melihat bundanya sibuk memotong daun-daun yang menganggu tampilan bunganya.

"Bunda" teriaknya sehingga Maura terperanjak kaget sambil mengelus-ngelus dadanya yang berdenyut.

"Dilla,kamu ini kenapa sih teriak-teriak" ujar bunda kesal kepada anaknya yang sudah di depannya.
Dilla hanya terkekeh geli melihat bundanya yang sekarang kesal kepadanya.

"Ada mas Rio bun di depan" kata Dilla memberitahu bundanya,maura tersenyum senang mendengar kedatangan Rio menantunya.

"Ya sudah bunda bersihin sisa batangnya aja dulu baru ke sana" Maura kembali berjongkok untuk mengutip daun dan batang yang berserakan di rumput.

"Dilla saja bun yang beresin" cegah Dilla ikut membantu kutip juga,Maura memandang anaknya yang sangat polos ini.

"Dilla, Rio itu suami kamu kenapa kamu tinggal? tidak baik loh begitu" nasihat Maura kepada Dilla membuat raut wajah Dilla murung beberapa saat namun ia ubah kembali menjadi normal.

'Dilla takut bun dengan mas Rio yang kelihatannya marah kepada Dilla. Dilla takut kena tamparan lagi dengan mas Rio bun' batinnya dalam hati yag ingin sekali di katakannya kepada bunda.

Dengan malas Dilla beranjak pergi menuju ruang tamu membawakan secangkir teh hangat. Dengan jantung berdetak tak karuan ia sudah berada di hadapan Rio yang kini menatapnya tajam membuat tangan wanita itu bergetar saat dirinya meletakkan teh di hadapan Rio dan bersiap beranjak pergi menuju dapur namun tangannya di tarik oleh Rio dengan kasar sehingga tubuh Dilla jatuh di pangkuan Rio yang menatapnya dingin, Dilla merutuki dirinya yang sekarang di pangkuan Rio sambil menutupi wajahnya dengan baki ,wajahnya saat ini sudah begitu ketakutan dengan tatapan Rio yang bisa saja menerkamnya kapan saja.

Ia mengingat betapa bencinya Rio jika bersentuhan dengannya. Dilla mencoba berdiri dari pangkuannya Rio yang berhasil membuatnya setengah berdiri namun Rio mencekalnya sehingga Dilla terjatuh lagi di pangkuan Rio,wanita itu sedikit mendesah pelan dengan bibir gemetaran.

"Mas,Aku ingin ke dapur sebentar" katanya takut sambil menunduk tidak berani menatap Rio dan mencoba bangkit lagi namun Rio memegang pergelangan tangan Dilla.

"Tidak baik meninggalkan suami yang semalam tidur sendirian di kamarnya" ucap Rio dengan datar namun tajam di telinga Dilla membuat bulunya meremang dengan suara Rio yang sedikit menggoda. Dilla hanya bisa menundukkan kepala nya takut.

"Mas,a-aku tidak bermaksud meninggalkan mu,Aku....Aku rindu ayah dan bunda" terdengar suara Dilla yang terbata akibat saking ketakutannya dengan Rio.
Tangan Rio mengusap pipi Dilla yang memar akibat tamparannya.

"Oh ya?" katanya lagi mengelus pundak Dilla sambil tersenyum mematikan sehinga Dilla semakin ketakutan karenanya.

Suara deheman di belakang membuat Dilla dan Rio tersontak kaget sehingga Dilla berdiri dengan cepat begitu mendapat peluang besar untuk nya karena tangan Rio tidak mencekalnya lagi. Dilla berpindah duduk di kursi lainnya menghindar dari Rio, Maura melihat tingkah Dilla dan suaminya membuatnya tersenyum bahagia melihat Rio yang begitu lembut kepada Dilla.

"Bunda,ayo duduk di samping Dilla" panggil Dilla memintanya untuk duduk di samping putrinya.
Maura berjalan duduk di samping Dilla sehingga Dilla merasa nyaman di dekat bundanya tercinta setelah mengalami ketakutannya dengan Rio tadi.

Bury Sense[Completed] (SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang