Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.
Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡
Setelah satu minggu di Indonesia, akhirnya Haruto baru bisa daftar di sekolah yang katanya tempat mama nya sekolah dulu.
Karena deket dari rumah, jadinya mama ngajak Ruto buat jalan kaki aja. Sembari bernostalgia, sama sesekali menyapa tetangga.
"Di sini emang sepi ma?"
"Sepi kan jam kerja sama jam sekolah, nanti kalo kamu udah sekolah di sini, tiap pulang tuh rameee banget"
Haruto senyum, lucu aja liat raut seneng mamanya pas ngejelasin.
"Sekarang kayaknya udah dilarang dagang depan sekolah, padahal dulu tuh yah, sepanjang trotoar sini banyak yang dagang jajanan gitu"
Haruto ngangguk, "mama suka jajan apa?"
"Cilok!" Jawab mamanya riang, "dulu mah yah, mama teh dibilang si maniak aci"
"Kok bisa?"
"Soalnya mama suka banget sama semua jenis olahan aci, kayak cilok, cireng, cipe, cilor dan masih banyak yang lainnya"
Haruto terkekeh, mereka jalan di trotoar sembari saling gandengan tangan. Menikmati semilir angin yang dihantarkan pohon-pohon besar di tepian jalan, sangat nyaman tapi tidak enak dilihat.
Bukan karena kumuh atau banyak sampah, justru di sini sangat bersih dan segar. Cuma di mata Haruto tuh beda lagi, setiap ngelirik pohon pasti ada yang balik ngeliatin dia.
Ini emang siang, bahkan masih pagi tapi bukan berarti mereka gak ada yah. Apalagi sampe sekarang gak ada yang tau kalo Haruto bisa melihat mereka lagi, karena dirinya sempat "ditutup" tapi nyatanya saat masuk sekolah dasar, semua malah kembali terlihat.
Mungkin pas kecil Haruto terlalu takut, tapi kayaknya sekarang dia udah bodo amat sih, selama gak ganggu.
"Wahh, ternyata beneran udah bagus yah"
Haruto melihat sekolah yang tengah mamanya puji, emang keliatan serba baru sih dari bagunan sama cat nya.
Tapi kesan jadulnya masih tersimpan apik di barisan tembok batu hitam putih gitu, khas bangunan Belanda.
Dan emang yang mendominasi penglihatan Haruto pun anak-anak Belanda, sesekali ada perempuan dengan tatapan sinis kearahnya tapi tak jarang juga dia melihat korban kecelakaan yang udah gak jelas bentuknya.
Karena sekolah ini depan jalanan walaupun bukan jalan utama, tapi kayaknya sering terjadi kecelakaan dan sekolah ini jadi tempat "mereka" diam.
"Permisi pak, ruang gurunya di sebelah mana yah?"
Ruto cuma diem, ngeliatin mamanya yang lagi nanyain arah ke satpam sekolah.
"Nipongg!"
Haruto gak ngegubris, dia pura-pura tuli aja walaupun sekarang ada dua anak Belanda yang menghampiri dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara ada dan tiada
Short Story[Treasure][Selesai.] Akhir yang menjadi awal bagi mereka Mulai: 15 Juni 24 Selesai: 21 Juli 24 Warning ⚠️ BXB Lokal Bahasa Senyaman nya Ini cerita fiksi hasil dari khayalan saya sendiri dan saya hanya meminjam visual serta nama untuk keperluan cerit...