Pertanyaan

172 42 23
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡








Hari-hari berlalu setelah kejadian itu, keduanya jauh lebih dekat lagi. Masih belum ada ikatan pasti, soalnya Haruto juga masih nyari waktu dan kata yang tepat.

"Hai"

Haruto terkekeh, setiap pagi dia akan menyempatkan untuk datang ke perpustakaan lebih dulu.

"Berangkat jam berapa? Jam segini udah sampe aja"

Orang di depannya malah terkekeh, terus narik tangan Haruto buat duduk di kursi paling sudut.

"Aku emang biasa datang pagi tau"

"Oh ya?"

"Iyaa!"

Haruto usak rambut Doyoung, "aduh gemesnyaa"

Mereka berdua ketawa pelan, "apasih?" Tanya Doyoung sembari menyingkirkan tangan Haruto pelan

"Udah sarapan?"

Doyoung ngangguk, "kamu sarapan dulu gak?"

"Sarapan kok"

"Nasi bukan?"

"Roti panggang"

"Kok bukan nasi?"

"Gak bisa aku makan nasi pagi hari"

"Kenapa?"

"Gak biasa juga kayaknya, suka sakit perut"

Doyoung ngangguk, "oh gitu, yang penting kamu udah makan aja deh"

Haruto ikutan ngangguk, dia ambil sebelah tangan Doyoung untuk dimainkan. Iya, dihitung jemarinya, diusap kukunya dan berakhir dengan digenggam.

"Kelas dua belas udah mulai sibuk yah?"

"Iya, kayaknya aku juga udah harus berhenti latihan basket"

"Yaaah"

"Kenapa?"

"Kalo kamu gak ada, aku jadi gak semangat"

Doyoung senyum, dia usap kepala Haruto pelan dan penuh kasih sayang.

"Jangan gitu dong, aku nanti kepikiran"

"Hahaha iya iya enggak kok, kamu harus fokus buat kelulusan"

Doyoung ngangguk semangat, "kamu juga semangat yah, harus selalu semangat"

"Kalo gitu, berarti tiap datang dan pulang sekolah kita harus ketemu dulu"

"Kenapa harus?"

Srekk

Haruto narik sandaran kursi yang diduduki Doyoung, sampe geser kedeket dia.

Antara ada dan tiada Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang