Usaha

143 40 5
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡







Walaupun mendapatkan penolakan, Haruto gak langsung nyerah gitu aja. Entah kenapa, ada rasa tak rela untuk melupakan semuanya.

Jadi dengan begitu, diam-diam Haruto sering mencari keberadaan sosok yang tak ingin dia jauhi.

Namun anehnya, yang sekarang dia lihat adalah sosok-sosok seperti awal dia kesini.

"Nipongg!"

Haruto menatap si pemanggil, beberapa hari ini dia jadi bisa liat anak-anak ini lagi dan Haruto baru sadar kalo selama kenal Doyoung tuh, dia gak liat sebangsa mereka lagi.

"Lihat matanya!"

"Kau bisa melihat kami lagi?" Tanya salah satu anak paling tinggi dengan raut kagetnya

Tapi Haruto gak jawab, dia hanya menatap tiga anak itu dengan datar.

"Wah benar, dia bisa melihat kita lagi"

"Nipong, apa kau sudah tidak berteman dengan jiwa tanpa raga itu?"

Kening Haruto ngerut, pertanyaannya agak membuat dia bingung.

"Jiwa tanpa raga?" Tanya Haruto

Tiga anak di depannya ngangguk, seolah panggilan mereka tidak ada yang salah.

"Siapa jiwa tanpa raga?"

"Lelaki yang selalu bersama mu itu"

"Dia baik" dua anak lainnya ngangguk setuju

"Bahasa kami jadi lebih baik setelah belajar dengan dia"

Haruto diem, dia masih nyoba menyambungkan isi benaknya.

"Dia, lelaki di dalam perpustakaan itu"

Mendengar itu, Haruto langsung paham dan menatap tigak anak kecil itu.

"Kalian mengenal dia?"

"Tidak tau nama, hanya sesekali bertemu juga"

"Kalian tau sekarang dia di mana?"

"Kamu tidak tau?"

"Kalian bertengkar?"

"Ah! Kau nipong, pantas kalau jahat"

Haruto ngehela nafas, tapi dia harus tetap sabar agar tiga anak Belanda ini mau memberinya informasi soal Doyoung. Anggap aja, ini salah satu usaha dari Haruto.

Karena setelah pertemuan terakhir itu, Haruto gak lagi ngeliat Doyoung walaupun cuma sekelebat.

"Saya tanya ulang, kalian tau--"

"Widihh, lagi ngomong sama setan-setan lu?"

Ucapan Haruto terpotong oleh kedatangan tiga orang yang biasa menganggu nya, dia nyoba acuh biar pada pergi kayak biasanya.

"Mana temen-temen setan lo? Sini gue mau liat"

"Atau jangan-jangan, lo emang gila?"

"Hahahaha beneran gila, pantes gak ada yang mau nemenin"

Antara ada dan tiada Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang