SESUATU YANG MENGEJUTKAN

34 24 2
                                    

Alana yang telah siap dengan seragam sekolahnya menyambar tas sekolah di atas tempat tidur. Ia melangkah keluar untuk berpamitan dengan bapaknya. Begitu menutup pintu depan dan berbalik, ia terkejut dengan kehadiran seseorang di sana. Orang itu telah rapi dengan seragan yang sama dengannya tengah berdiri bersandar pada motor yang diparkirkannya di sana.

"Nana?"

"Ayo, aku akan mengantarmu," ucap lelaki itu seraya berputar menaiki motornya. Tak lupa ia juga memberikan helm lain kepada gadis itu.

"Kamu datang jauh-jauh untuk menjemputku?"

"Kamu bilang jika ingatanmu hilang. Sudah dipastikan kamu tidak ingat jalan ke sekolah. Untuk sementara, biarkan aku mengantar dan menjemputmu," ucap lelaki itu terdengar acuh, tetapi perhatian.

"Baiklah, aku senang dengan tawaran itu."

Mereka pun segera melaju membelah jalanan kota.

SMAN Garuda Bangsa merupakan sekolah elit yang berada di kawasan Ibu Kota Jakarta. Sekolah ini dapat dikatakan sekolahan anak-anak orang kaya. Siswa yang masuk sekolah ini dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, seperti berasal dari keluarga kaya, rekomendasi orang tinggi, atau penerima beasiswa. Meskipun semua kategori menunjukkan sesuatu yang istimewa, siswa yang berasal sebagai penerima beasiswa di sekolah tersebut dianggap sebagai anak miskin yang beruntung. Sebab ia dapat bersekolah di sana dari uang donasi para anggota komite sekolah.

Setelah menempuh kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, mereka sampai di sekolah. Adrian memarkirkan motornya di tempat parkir khusus siswa. Setelah meletakkan helm, mereka berjalan beriringan menuju ruang kelas. Wajah tampan Adrian selalu menjadi daya tarik bagi seluruh siswi di sekolah. Setiap keberadaannya selalu menjadi sorotan setiap orang.

Ketika tengah melangkah di koridor seperti ini pun, banyak siswi yang bersorak untuknya. Hal itu membuat Alana yang berjalan di belakanganya merasa malu walau sorakan itu bukan ditujukan untuknya. Sepertinya ia begitu digemari oleh semua orang.

Ruang kelas 11 IPS 3 tampak di depan mata. Mereka berdua melangkah masuk. Adrian membawa gadis itu menuju bangku baris ke tiga dari depan yang berada dekat jendela. "Ini tempat dudukmu," ucapnya.

"Terima kasih atas bantuanmu pagi ini," ucap Alana senang.

Lelaki itu berbalik dan melangkah menuju bangkunya sendiri. Ia duduk dua meja di belakang Alana yang merupakan baris terakhir dan paling pojok kelas.

Dua orang siswi cantik dengan barang branded yang melekat pada tubuhnya melangkah masuk ke dalam kelas. Salah satu wajahnya dikenali oleh Alana. Ia adalah Jihan, orang yang bertemu dengannya di depan kompleks perumahan kemarin. Satu wajah lainnya masih terlihat asing bagi Alana. Namun, kedua siswi itu memerhatikannya sembari menyunggingkan senyum sinis. Mereka pun melangkah mendekat.

"Hei, anak miskin! Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu masih kehilangan ingatanmu?" Gaya menyapa yang cukup aneh merunut Alana. Hanya saja gadis bernama Jihan itu tampak menyukainya.

Sebagai jawaban, Alana menganggukkan kepalanya.

"Lihat!"

"Bagaimana kamu bisa kehilangan ingatan? Apakah otakmu ini melemah karena terlalu sering belajar?" Gadis satunya mengucapkan kalimat tersebut sembari menoyor kepala Alana dengan telunjuknya.

Keduanya tampak tertawa puas.

"Meskipun kamu kehilangan ingatanmu, jangan lupa untuk membelikan roti seperti biasanya," ucap gadis satunya yang diketahui bernama Abilla.

"Ayo, kita kembali, Bill. Nanti kita ikutan hilang ingatan lagi," ucap Jihan seolah-oleh amnesia merupakan penyakit menular. Keduanya melangkah pergi dengan tawa nyaring.

BITTERSWEET ✔️ | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang