"Kalian tidak sarapan dari rumah? Ini masih pagi udah borong jajanan kantin aja," ucap Alana.
"Ini persediaan untuk jam istirahat nanti. Malas kalau harus antri panjang di kantin," ucap Jihan.
🌻🌻🌻
Gadis itu kembali dari sekolahnya tepat saat matahari hendak mengucapkan salam perpisahan. Ia memasuki kembali rumah megah yang terasa sangat sepi dan dingin itu. Ia merebahkan tubuhnya pada sofa ruang tamu. Kepalanya menengadah menatap langit-langit rumah.
"Rumah ini seolah hanya layak disebut sebagai bangunan untuk berteduh dari badai, bukan tempat berkumpul dengan orang tersayang untuk berbagi kehangatan," lirih gadis itu.
🌻🌻🌻
"Pa! Ma! Ada undangan rapat wali murid di sekolah untuk minggu depan. Papa dan Mama bisa datang, kan?" tanya gadis itu berusaha memasang wajah cueknya seperti biasa. Ia tidak dapat membohongi dirinya sendiri jika sejujurnya ia berdebar menunggu jawaban dari orang tuanya.
"Minggu depan Papa harus melakukan dinas keluar kota. Jadi, Papa tidak bisa datang ke sekolahmu," balas Hendra.
"Mama juga ada meeting dengan klien," timpal Meira.
"Tapi aku bahkan belum mengatakan hari apa undangan rapat itu," lirih gadis itu tertawa sarkas.
🌻🌻🌻
Lelaki itu merobek satu halaman buku tulisnya. Ia menulis sesuatu di sana. Setelahnya ia menggeser kertas tersebut ke arah Alana.
Apakah ada yang mengusik pikiranmu?
Alana yang membaca pesan tersebut lantas menatap balik ke arah Adrian. Lelaki itu mengendikan dagu meminta gadis itu untuk membalasnya.
Ya begitulah.
Adrian langsung membalasnya kembali.
Pulang sekolah nanti kita ke café, ya. Beberapa hari kemarin kamu mengatakan ingin mencoba strawberry cake di café baru ujung jalan, kan.
🌻🌻🌻
Di tengah kegiatannya menyantap kue stroberi itu, Alana menatap Adrian yang hanya terdiam menatapnya.
"Kenapa tidak ikut makan?"
Lelaki itu meletakkan kembali gelas ice americano yang baru saja diteguknya. "Tidak. Kamu saja yang habiskan."
"Kamu juga harus makan. Nih," ucap Alana menyerahkan satu buah garpu kecil yang masih bersih. Ia mengayun-ayunkan lengannya agar Adrian segera menerimanya.
Dengan sedikit ragu, Adrian memotong kue tersebut dan memakannya.
"Enak, kan?"
Lelaki itu hanya tersenyum mengangguk sembari sedikit bersusah payah menelan potongan kue dalam mulutnya. Adrian langsung meletakkan garpunya begitu Alana terlihat asyik menyantap kue itu kembali. Ia meraih gelas ice americano-nya dan meneguknya hingga berkurang setengahnya.
🌻🌻🌻
"Sikap Adrian tidak pernah berubah kepadaku. Bahkan sejak kami kecil. Ia begitu perhatian," balas Alana.
"Itu karena Adrian sudah lama menyukaimu. Kamu sibuk dengan duniamu sendiri sampai tidak menyadari jika ada seseorang yang begitu tulus kepadamu," timpal Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET ✔️ | END
Teen Fiction[DALAM PROSES PENERBITAN] Dalam 17 tahun hidupnya, Alana tidak pernah memikirkan jika petualangan yang luar biasa akan dirasakannya. Semua yang ia rasa begitu kenal, rupanya sangat asing. Ia merasa jika kehidupan manis yang didambakannya hanyalah bu...