Pada hari terakhir karya wisata, siswa SMAN Garuda Bangsa mengunjungi salah satu pantai terkenal di Yogyakarta. Sore hari yang tampak teduh dan hangat menemani para remaja itu bermain air di Pantai Parangtritis. Semua anak tampak bersuka cita. Bahkan Juna terlihat asyik bermain bersama anak-anak lain. Pakaian basah tidak menjadi penghalang mereka. Toh, tujuan mereka datang memang untuk bermain air.
Sedikit menjauh dari keramaian, seorang lelaki duduk menyendiri. Dari pada menikmati kebahagiaan dengan bermain air, ia lebih memilih duduk menjauh menikmati semilir angin. Alana yang baru saja kembali dari toilet melihat kebedaan lelaki penyendiri itu. Ia menyunggingkan senyum kecilnya lantas melangkah menghampirinya.
"Ouh! Mengapa kamu memilih menyendiri di sini? Bukankah lebih baik pergi bermain air bersama anak-anak lain?" Gadis itu mendudukan diri tepat di samping lelaki itu.
"Tidak tertarik," balas Adrian menatapnya sekilas lantas kembali memandang gulungan ombak yang tercipta.
"Apakah masih ada masalah yang mengusik pikiranmu?" tanya Alana ikut memerhatikan setiap gulungan ombak tercipta di lautan.
"Masalah tidak akan berhenti datang hanya karena satu masalah telah teratasi," ucap lelaki itu.
"Kamu benar. Masalah akan terus datang sebaik apa kita berusaha menjalani hidup. Aku bahkan menghadapi masalah terbesarku. Hilang ingatan," ujar gadis itu menjadikan dirinya sebagai contoh. Ia kemudian terkekeh sendiri.
"Nana, apakah kamu tahu? Sebelumnya, aku berpikir jika hilang ingatan ini adalah masalah besar. Aku melupakan orang-orang baik di sekelilingku. Aku melupakan kenangan yang tercipta bersama mereka. Namun, seiring waktu berlalu, aku justru mendapatkan banyak pelajaran baru sebagai usaha memulihkan ingatan itu." Gadis itu berkata dengan pandangan yang jauh menerawang kilas balik beberapa waktu belakangan. Ia juga kembali mengingat potongan-potongan ingatan yang muncul sebagai bunga tidurnya.
"Pelajaran baru?"
Gadis itu mengangguk. "Aku belajar bahwa kita seharusnya bersyukur atas nikmat yang telah didapatkan. Baik itu berupa keluarga, teman, rezeki dan lain sebagainya. Aku juga mengerti jika kata-kata yang selalu diucapkan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil itu benar adanya. Ketika kita menginginkan sesuatu dan berusaha mendapatkannya, kita pasti akan dapat mencapainya suatu saat nanti."
"Begitupun dengan masalah yang datang menyapa. Ia mungkin menghampiri kita saat ini dan menghancurkan segala ekspektasi tentang kehidupan. Namun, aku yakin jika ia hanya akan datang sementara. Setelah kita berusaha untuk tetap kuat dan tegar, ia pasti akan pamit dengan sendirinya dan menggantikan dengan sesuatu yang lebih baik," sambungnya.
Adrian mendengarkan dengan saksama. Ia tidak pernah berbicara dengan gamblang kepada gadis itu mengenai masalahnya. Tapi, anehnya gadis itu selalu dapat menghiburnya dengan tepat sasaran. "Aku kembali terjatuh dua kali. Aku benar-benar jatuh pada pesonamu," lirih lelaki itu.
"Hhm?" Alana yang tidak dapat mendengar dengan jelas menolehkan kepalanya. Ia sontak membuat Adrian salah tingkah dan tersadar dari lamunannya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan beralih kembali menatap ke depan.
"Apa yang kamu katakan barusan?"
"Tidak ada."
"Sungguh? Aku seperti mendengar sesuatu."
Dikejauhan Juna mengamati keduanya dalam diam. Ia baru saja hendak mencari keberadaan Alana saat akhirnya dirinya menemukan gadis itu tengah bercengkrama dengan Adrian. Keduanya tampak begitu dekat untuk saling bercanda satu sama lain.
🌻🌻🌻
Karya wisata telah berakhir beberapa hari lalu. Kini akhir pekan kembali menyapa untuk beristirahat. Di bawah pohon rindang yang cukup lebat, seorang gadis bersandar memejamkan matanya. Bapak sedang ada acara menghadiri pernikahan anak temannya. Alhasil gadis itu menikmati akhir pekan seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET ✔️ | END
Teen Fiction[DALAM PROSES PENERBITAN] Dalam 17 tahun hidupnya, Alana tidak pernah memikirkan jika petualangan yang luar biasa akan dirasakannya. Semua yang ia rasa begitu kenal, rupanya sangat asing. Ia merasa jika kehidupan manis yang didambakannya hanyalah bu...