ULANG TAHUN ADRIAN

20 15 1
                                    

Alana baru saja mengembalikan buku yang dipinjam dari perpustakaan sekolah. Ia melangkah di koridor untuk kembali ke ruang kelas. Beberapa orang siswi yang tengah berkumpul di koridor membicarakan sesuatu yang menarik perhatian gadis itu.

"Besok akhir pekan adalah ulang tahun Adrian. Ah, ingin sekali bisa merayakan ulang tahunnya."

"Hei! Memangnya kamu siapa? Jangan bermimpi terlalu tinggi."

"Tidak ada salahnya untuk bermimpi, kan? Siapa tahu Adrian akan jatuh cinta padaku nanti."

"Dia sudah tidak tertolong lagi."

Alana berhenti tidak jauh dari tiga orang siswi itu berada. Ia tampak tengah menguping pembicaraan ketiga siswi tersebut saat telinganya menangkap nama Adrian disebut. Besok hari ulang tahunnya?

Gadis itu kembali melangkah. Saat hendak menaiki tangga, ia berpapasan dengan Juna yang baru saja kembali dari lapangan sekolah.

"Alana!"

"Kamu baru saja selesai bermain basket?"

Lelaki itu mengangguk. "Latihan yang sangat menyenangkan."

Keduanya pun melangkah bersama menaiki tangga untuk menuju lantai ruang kelas.

"Apa rencanamu akhir pekan besok? Apakah menghabiskan waktu bersama bapak?" tanya Juna yang memang mengerti kebiasaan gadis itu.

"Sepertinya tidak. Bapak mengatakan ada janji untuk bertemu temannya," ujar Alana.

Juna menganggukkan kepala mendengarnya. "Lalu, apa rencanamu? Apakah kamu akan mengikutiku belajar di perpustakaan kota?"

"Selama seminggu bersekolah, aku sudah belajar bersamamu di perpustakaan. Apakah aku harus melakukannya lagi bahkan di akhir pekan?" Gadis itu memasang wajah mengeluh yang terlihat lucu. Bibirnya mengerucut ke depan.

"Aku tidak memaksamu ikut belajar bersamaku. Kamu sendiri yang selalu mengikutiku," ucap Juna tertawa melihat ekspresi gadis itu. "Kamu bebas melakukan apa yang kau inginkan," sambungnya.

Alana seketika menghentikan langkahnya. Juna yang mengikutinya pun ikut berhenti. Ia menyerongkan tubuh menatap ke arah gadis itu.

"Juna, apakah kamu dekat dengan Adrian?"

"Adrian?" Lelaki itu tampak berpikir. "Adrianna Jeman Giovanni? Anak direktur sekolah? Hei, tentu tidak! Untuk apa aku bergaul dengan anak direktur sekolah," jawab Juna.

"Anak direktur sekolah?" Gadis itu tampak terkejut dengan fakta yang ia dapatkan.

Juna menganggukkan kepalanya. "Adrian itu merupakan anak direktur sekolah ini. Orang tuanya selalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Banyak rumor yang mengatakan jika ia diacuhkan oleh keluarganya. Untuk itu ia terkesan acuh, tidak mudah didekati dan senang berbuat semaunya sendiri," terangnya.

Alana tercekat mendengar penuturan tersebut. Ia beberapa kali menangkap wajah sendu pada lelaki itu. Adrian bahkan memang tampak acuh, tetapi ia terlihat peduli dengan sekitarnya. Setelah mendengar penuturan dari Juna, gadis itu merasa masuk akal dengan sikap yang ditunjukkan Adrian. Apalagi raut wajah Adrian ketika ia mengajaknya bergabung bersama bapak pada piknik akhir pekan itu. Mungkin saja lelaki itu hanya merasa kesepian dan ingin mengisi kekosongan yang dirasakannya.

"Aku bahkan terkejut melihatmu dekat dengan Adrian akhir-akhir ini," ucap Juna yang membuyarkan pikiran Alana.

"Oh? Ia hanya membantuku beberapa kali. Aku merasa jika ia anak yang baik," balasnya.

***

Alana melangkah keluar dari kedai tempatnya bekerja. Ia libur di akhir pekan ini, tapi ada pesanan yang harus diambilnya. Ia mengangkat tangannya untuk melihat kue stroberi yang terbungkus rapi di dalam kardus. Kue cantik itu ia pesan untuk Adrian hari ini. Gadis itu merogoh saku celananya. Ia meraih ponselnya dan menghubungi lelaki itu.

BITTERSWEET ✔️ | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang