SEMUA YANG TERASA BARU

39 30 12
                                    

Motor ninja itu berhenti tak jauh dari taman kota yang ramai. Banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan. Orang-orang yang tampak tengah menikmati sisa hari pun tampak berkumpul di berbagai sisi taman. Alana menatap tempat yang terasa asing itu untuknya. Lantas ia beralih menatap pengemudi di depannya.

"Apa yang kita lakukan di sini?"

Pengemudi itu diam menatap kaca spion. "Turun."

Gadis itu menurut. Ia turun dari motor meskipun dengan perasaan sedikit ragu. Apakah lelaki itu akan meninggalkannya di sini? Lalu, di mana sebenarnya rumahnya berada?

Adrian memarkirkan motornya dan ikut turun. Ia melepas helm full face-nya. Saat itu, barulah Alana dapat melihat jelas wajah tampan lelaki itu. Ia memiliki mata sipit yang terkesan tajam, bulu mata yang panjang, pipi sedikit chubby dan kulit putih. Ia terkesan seperti orang Asia, alih-alih orang Indonesia. Dapat diakui jika wajah lelaki itu memang tampan. Tingginya pun diperkirakan 174 sentimeter.

"Apa yang kita lakukan di sini?"

Adrian berlalu lebih dulu tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. Alana mengekori di belakangnya. Saat ini hanya lelaki itu yang ia tahu, jadi ia tidak ingin tertinggal. Taman yang terletak di dekat sungai luas membuat pemandangan tampak indah. Lelaki itu menghentikan langkahnya dan mengambil posisi duduk. Gadis itu melakukan hal yang sama.

Matahari terbenam selalu menjadi daya tarik yang indah. Warna jingga yang melukis cakrawala tampak sangat memesona untuk dipandang.

"Apakah kamu baik-baik saja?" Lelaki itu mulai mengeluarkan suaranya yang terdengar sedikit berat.

"Hhm?"

Adrian menatap gadis di sampingnya. Ia terdiam selama beberapa saat yang membuat Alana sedikit canggung karena ditatap seperti itu.

"Kamu berkata ingin pergi sebentar untuk menenangkan diri. Apakah kini kamu sudah merasa lebih baik?"

"Ah, aku berkata seperti itu, ya. Sebenarnya, aku sama sekali tidak mengingatnya," balas gadis itu.

"Apa itu sungguhan? Jika kamu kehilangan ingatan," tanya Adrian kembali.

Gadis itu menarik ujung bibirnya ke samping, lalu menganggukkan kepala. "Benar, aku sama sekali tidak mengingat apapun. Saat terbangun, aku sudah berada di rumah sakit. Dokter berkata jika aku ditemukan tenggelam di sungai dan tidak sadarkan diri. Satu-satunya benda yang ditemukan bersamaku adalah ini."

Gadis itu mengeluarkan dompet dari saku seragamnya. Ia menunjukkannya kepada lelaki itu. "Hanya dompet ini yang aku miliki. Dari sini pula aku mengetahui identitasku dan alamat rumahku. Namun, sepertinya informasi tentang alamat rumah itu salah."

Setelah terdiam beberapa saat, gadis itu sedikit menyerongkan tubuhnya ke arah lelaki itu. "Namanu Adrian, kan? Apakah kita berteman? Kamu bisa membantuku untuk memulihkan ingatakanku," ucap gadis itu tampak bersemangat.

"Nana."

"Hhm?"

Ampun deh, lelaki ini sangat irit bicara. Ia hanya mengeluarkan kata-kata seperlunya saja sehingga membuat orang bingung dengan maksud dari perkataannya.

"Kamu memanggilku Nana."

"Nana? Panggilan yang cukup lucu," balas gadis itu tersenyum. "Kalau begitu, bisakan kamu ceritakan tentang diriku?"

Lelaki itu diam sejenak. Ia menatap lurus ke arah sungai tenang di depan sana.

"Namamu Alana Putri Arsyla. Kita teman satu sekolahan dan sekelas pula. Sekolah kita berada di SMAN Garuda Bangsa. Kamu merupakan siswa yang memeroleh biasiswa untuk bersekolah di sana. Kamu cukup pandai dalam pelajaran. Rumahmu berada di sisi lain dari daerah sini. Hanya itu yang kuketahui," jelas Adrian.

BITTERSWEET ✔️ | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang