35

1.5K 83 5
                                    

Malam hari sudah tiba, seorang gadis yang sedari tadi hanya memandangi kekasihnya yang sedang pulas tertidur kini hanya tersenyum hangat.

"satu hari gak ketemu sama kamu aja rasanya ada yang kurang Ge, apalagi berhari-hari?" gumam Shani miris dengan nasib nya yang harus bersekolah sementara di UK hanya untuk meraih nilai

Shani yang tak tahu harus memikirkan apapun lagi kini beranjak kearah balkon dan menatap kosong indahnya langit malam hari itu.

Angin berhembus kencang menerpa tubuh tinggi itu, beberapa bintang yang juga menghiasi langit pada malam itu membuat Shani mengukir senyumnya.

"bulan..." gumam Shani menyebutkan kata itu dan tentu saja seorang Gracia langsung terlintas dipikiran nya

Cukup lama Shani berdiam diri meretapi nasibnya di balkon seakan tak rela jika dirinya menjalankan hubungan jarak jauh dengan Gracia, akhrinya ia pun memutuskan untuk ikut tertidur disamping Gracia dan tak lupa memeluk kekasihnya itu.

.
.
.

"kak, beneran kak Shani besok udah gak satu sekolah sama kita?" ucap Sisca menatap Jinan yang tengah sibuk dengan tugasnya

Sisca sendiri kini sedang menginap dirumah Jinan untuk ikut mengantar Shani ke bandara esok hari, dirinya juga merasa bahwa berjauhan dengan Shani adalah salah satu hal yang cukup menyedihkan di hidupnya. Jika seorang Sisca yang hanya sebatas teman dengan Shani saja merasa sedih lantas bagaimana dengan orang-orang terdekat Shani?

"iya sayang" jawab Jinan

"kaka sedih gak?" ucap Sisca

"emm sedih sih, cuma mau gimana lagi? semua udah terlanjur" ucap Jinan jujur

"sabar yaa kak, kita doain aja nanti kak Shani disana bener-bener dapet nilai bagus supaya orang tua kak Shani puas sama pilihan mereka" ucap Sisca berharap

"aamiin" ujar Jinan juga penuh harapan

"tapi kenapa harus keluar negri sih kak? kan nilai kak Shani bagus-bagus banget tuh aku dikasih tau Gracia" ucap Sisca

"aku juga heran sama orang tua nya Shani, mereka gapernah puas sama nilai anaknya, Shani dapet nilai 93 aja masih dibilang jelek. aku yang dapet 88 aja dipuji-puji Sis. Karena seinget aku Shani pernah cerita kalo orang tuanya itu mau banget Shani dapet nilai diatas 95" ucap Jinan membuat Sisca menganga tak percaya

"itu namanya apa kak?" tanya Sisca

"gila nilai" ucap Jinan

"aku dapet 85 juga dipuji-puji kak, asal gak merah aja nilainya... di ceramahin aku kayak waktu itu" pekik Sisca mengingat bahwa dirinya pernah diceramahi oleh sang ibunda karena Sisca mendapatkan tiga nilai merah di rapot nya

"haha, pendapat orang tua soal anaknya itu beda-beda sayang... mungkin emang kedua orang tua Shani itu udah terobsesi sama nilai. terus kita bisa apa?" ucap Jinan dan Sisca pun mengangguk pasrah

"kadang aku juga kasian sama Shani yang jarang ada waktu cuma karena dia belajar demi nilai bagus, kalo kamu sadar kantung mata Shani sering item itulah, dia begadang baca buku pelajaran. Shani suka bohong ke aku kalo dia mau tidur nyatanya dia belajar" ucap Jinan membuat Sisca langsung merasa kasihan dengan Shani

.
.
.

Keesokan harinya pun tiba, Shani yang memang sudah memasang alarm untuk dirinya bangun pagi itu pun tentu saja membuka matanya. Ia tak menyangka bahwa hari yang tak pernah ia nantikan ini telah tiba.

"Geee" panggil Shani membangunkan Gracia

Shani yang tak kunjung melihat Gracia membuka matanya pun langsung merubah posisi Gracia paksa menjadi duduk.

Nice To Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang