PESONA PAMAN SENO | Tarik Ulur
•Rindu terbahak-bahak setelah keluar dari ruangan pamannya, Seno. Gadis itu masih ingat bagaimana raut syok Seno setelah dia sempat mencium pipinya. Jujur saja Rindu merasa terhibur dengan segala reaksi yang pamannya itu berikan.
Bersenandung kecil sembari memainkan kunci motor yang ada di tangannya, Rindu lantas berjalan melewati para karyawan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Ada beberapa pelanggan yang kebanyakan bergender laki-laki yang melirik ke arahnya dengan tatapan tertarik. Namun Rindu berusaha mengabaikannya.
"Eh." langkah Rindu langsung terhenti saat salah satu karyawan Seno yang dia kenal bernama Surya tiba-tiba saja menghadang jalannya.
"Mau pulang, Dek?" tanya Surya dengan senyum malu-malu yang begitu kentara. Kelihatan sekali jika pemuda itu menyimpan perasaan pada gadis di depannya ini.
Rindu yang tadinya merasa kebingungan lantas mengangguk.
"Iya, Mas." jawab Rindu seadanya.
Surya tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, membuat Rindu tanpa sadar menaikkan sebelah alisnya merasa aneh.
"Besok-"
"Woyy Surya, mana olinya?" seru salah satu karyawan mengintrupsi ucapan Surya.
Surya terlihat gelagapan dan dengan berat hati pergi meninggalkan Rindu yang menatapnya dengan raut bingung.
"Dasar aneh." cibir Rindu yang kembali melangkahkan kakinya keluar dari bengkel milik pamannya.
Gadis itu lantas menghampiri motornya yang terparkir di depan bengkel. Kemudian mulai melaju meninggalkan tempat itu dengan senyum puas karena sudah berhasil membuat Seno ketar-ketir.
Sepanjang perjalanan, Rindu tak sekalipun melunturkan senyumannya. Baginya menggoda pria dewasa seperti Seno menjadi hiburan tersendiri untuknya. Dan di sisi lain, dia juga merasa tertantang untuk menaklukan pria itu.
Bagaimana pun, Seno terlihat begitu mencintai Hanum. Rindu bisa melihatnya dengan jelas pada sorot matanya ketika menatap bibinya itu.
"Apapun caranya, aku pasti bisa menaklukan Paman Seno. Tunggu saja Bibi, sebentar lagi suami tercintamu itu akan bertekuk lutut di depanku." smirk Rindu dengan sorot penuh dendam yang tersirat di matanya.
Jarak rumah Hanum dan bengkel Seno tidaklah jauh. Hanya butuh beberapa menit saja, Rindu kini telah sampai di rumah yang telah dia tinggali selama hampir satu tahun ini.
Ketika gadis itu baru saja memarkirkan motornya di depan rumah, seorang wanita setengah baya yang masih cantik di usianya yang tidak lagi muda datang menghampiri Rindu.
"Lama sekali. Apa ada sesuatu yang terjadi di bengkel?" tanya Hanum yang telah rapi dengan pakaian bagusnya.
Rindu tak langsung menjawab pertanyaan dari bibinya. Gadis itu sibuk memperhatikan penampilan Hanum yang tidak seperti biasanya.
"Bibi mau kemana?" tanya Rindu, mengabaikan pertanyaan dari Hanum tadi.
Hanum terlihat mendengus samar karena Rindu tak menjawab pertanyaannya.
"Kamu belum menjawab pertanyaan Bibi, Rin. Apa terjadi sesuatu di bengkel?" kata wanita itu setengah kesal.
Rindu lantas menggeleng sebagai jawaban.
"Lalu kenapa kamu lama sekali di sana?" tanya Hanum penuh selidik.
Rindu tampak mengulum senyum, sorot matanya terlihat nakal.
"Sedikit bermain-main."-dengan suamimu. balas Rindu menyeringai.
Namun Hanum tak sempat melihat raut wajah Rindu barusan karena lebih sibuk memperhatikan penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Paman Seno
Romansa[SUDAH TERSEDIA VERSI E-BOOK] Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal bersama sang bibi agar bisa dengan mudah menjalankan rencananya. Rindu...