Bermain Sebentar

156K 1.2K 20
                                    

PESONA PAMAN SENO | Bermain Sebentar

Dengan hati-hati Rindu membuka pintu ruangan Seno yang tertutup rapat. Kedua kaki mungilnya melangkah perlahan ketika mendapati sosok yang dia cari tengah terduduk di atas kursi kerjanya dengan mata terpejam.

Tanpa disadarinya, Rindu tersenyum kecil melihat wajah Seno saat ini. Dia lantas mendekati pria itu dan berdiri di sisi kiri Seno. Lalu dengan tingkah malu-malu mendaratkan kecupannya di atas bibir pria itu.

Cup

Hanya kecupan singkat yang Rindu sematkan. Namun sepertinya gerakan kecil tersebut sudah mampu membuat Seno terusik di dalam tidurnya. Atau mungkin pria itu hanya sekedar memejamkan matanya saja?

Begitu melihat kedua mata pria itu hendak terbuka, Rindu kembali menghadiahi Seno kecupan di bibir untuk yang kedua kalinya. Berbeda dengan tadi, kali ini Rindu sedikit menekan bibirnya dan mengecupnya cukup lama.

Seno yang mendapatkan serangan tiba-tiba seperti itu tentu saja merasa terkejut. Dia refleks menahan kedua bahu Rindu. Membuat wajah mereka menjadi berjarak.

"Rindu." gumam Seno tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

Rindu yang sedang berperang dengan kemelut di hatinya tampak tersenyum kecil.

"Hai, Paman." sapa Rindu riang tanpa beban.

Seno yang telah bisa menguasai dirinya lantas membalas senyum Rindu. Lalu menuntun gadis itu untuk duduk di atas pangkuannya.

"Kamu mengejutkan Paman." kata Seno dengan wajah memberengut.

Rindu tergelak melihat raut wajah Seno saat ini. Dengan gemas dia mengusak rambut pria itu sebelum merangkulkan kedua tangannya di leher kokoh Seno.

"Maaf, Paman. Rindu niatnya cuma ingin membangunkan Paman." balas Rindu menampilkan raut tanpa dosa.

Seno tentu akan memaafkan Rindu dengan mudah. Apalagi cara membangunkan gadis itu sukses membuat hatinya merasa berbunga.

"Kamu lama sekali datangnya. Paman sampai mengantuk dan tidak sadar tertidur." ujar pria itu seakan mengadu.

Tangan mungil Rindu mendarat di rahang kasar Seno. Mengelus area itu seduktif.

"Ini semua karena Bibi, Paman. Dia menyuruh Rindu banyak hal sampai terlambat menjemput Paman." kata Rindu penuh kebohongan. Tentu saja gadis itu ingin Seno menjadi kesal dengan Hanum.

"Bibimu itu benar-benar bebal. Padahal Paman sudah menasihatinya untuk tidak merepotkan kamu. Tapi tetap saja dia seperti itu." balas Seno yang membuat Rindu tersenyum jahat di dalam hatinya.

Respon yang Seno berikan tentu saja membuat Rindu merasa senang. Dengan sedikit kebohongan saja, pria itu begitu percaya dengan apa yang dia katakan.

"Tidak apa-apa, Paman. Rindu juga merasa senang bisa membantu." seutas senyum cantik Rindu tampilkan.

"Tidak bisa begitu, Sayang. Hanum harus tahu apa yang menjadi kewajibannya sebagai istri." seloroh Seno yang tidak setuju dengan ucapan Rindu.

Sudah dari kemarin-kemarin dia menahan diri untuk tidak memarahi Hanum yang membebankan urusan rumah pada Rindu.

"Lalu apa yang terjadi dengan kita ini, Paman? Apa ini salah satu hak seorang suami?" tanya Rindu sengaja ingin mencairkan suasana.

Seno tentu saja merasa tersindir dengan pertanyaan Rindu. Tapi dia tidak ambil pusing dan justru tergelak tanpa merasa berdosa.

"Kamu tidak perlu memikirkan itu, Sayang. Biarkan ini jadi urusan Paman. Sekarang tugas kamu cukup membuat Paman merasa senang." kekeh Seno merangkul pinggang Rindu mesra.

Rindu tidak merasa risih sedikitpun ketika Seno yang notabenenya adalah suami Bibinya sendiri menyentuh bagian tubuhnya. Gadis itu justru membiarkannya saja tanpa ingin menepisnya.

"Bagaimana jika kita bermain sebentar, Paman?" usul Rindu setengah berbisik.

Seno sadar betul apa yang Rindu maksud. Sehingga dengan sekali gerakan dia mulai mempertemukan bibir mereka dalam sebuah ciuman.

Tbc.
________

Part lengkapnya sudah tersedia di E-book, Kubaca/Uninovel & Stary

Btw guys.. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H untuk yang merayakan🙏
Semoga kita senantiasa diberikan keberkahan dan kebahagiaan oleh Tuhan Yang Maha Esa🙏

Pesona Paman SenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang