4

472 39 2
                                    

"phi,apa menurutmu sepupumu akan menyukaiku? Apa dia akan menerimaku?"
"Kenapa kau berpikir begitu? Tentu saja dia mau,hanya saja dia orangnya sedikit dingin,tapi aku yakin kau pasti bisa membuatnya nyaman"
"Semoga saja,aku hanya gugup sekarang"
"Tenanglah,ada aku disini"

Sepasang kekasih itu melangkah memasuki halaman luas rumah mewah itu,mereka berjalan dengan sangat mesra sambil bergandengan tangan.
Dapat dilihat dengan jelas,bahwa kedua orang itu sedang hebat-hebatnya jatuh cinta.

"Phi,jika ingin beristirahat kau bisa menggunakan kamar ini"
Pooh membawah Pavel kesalah satu kamar yang ada dirumah itu.
Pavel memperhatikan kamar itu yang begitu besar dan terlihat sangat nyaman.
"Kamarnya terlalu bagus Pooh"
"Ini kamar kedua orangtuaku,lebih tepatnya kamar lama mereka"
Pavel sedikit terkejut tapi setelahnya ia menampakkan wajah kebingungannya pada bos mudanya.
Menyadari perubahan eksperi diwajah Pavel,Pooh justru tersenyum lebar,entah mengapa wajah pengawalnya itu terlihat menggemaskan sekarang.

"Dulu kata papaku, sebelum ibuku meninggal mereka menempati kamar ini,saat itu usiaku masih 2 tahun"
Pooh lanjut bercerita
"Kau mungkin sudah mengetahui hal ini kan?"
Tanya Pooh pada Pavel.
"Tentu,para pegawai selalu membicarakannya"
"Tidak apa-apa,sudah menjadi takdir keluargaku,dan juga ibuku memang meninggal karena sakit yang dideritanya. Bukan seperti berita miring yang orang bicarakan diluar sana"

Pavel hanya menatap orang yang ada dihadapannya itu dengan penuh perasaan,.meski sering dinilai dengan kehidupan yang begitu sempurna,nyatanya kehidupan anak manis itu sama dengan anak-anak lain diluar sana,jika kebanyakan orang diluar sana merasa iri dengan apa yang Pooh miliki,seandainya mereka juga tau apa yang anak itu jalani dalam kesehariannya.
Sejak berumur 2 tahun ia hidup tanpa ibunya,pekerjaan ayahnya yang menuntut orang tua itu untuk selalu meninggalkan rumah,meninggalkan anak kecil berumur dua tahun itu bersama keluarga kakaknya.
Secara materi hidup anak manis itu tidak pernah berkekurangan,tapi tidak dengan sentuhan hangat keluarga kecilnya yang telah hilang darinya semenjak kepergian ibunya,dan beberapa Minggu terakhir ini yang satu-satunya ia miliki juga pergi meninggalkannya.
Jika orang-orang diluar sana berpikir untuk ingin menjadi seperti Pooh,maka Pooh juga ingin memiliki keluarga harmonis seperti kehidupan keluarga pada umumnya.

"Kenapa?" Pooh bertanya karena Pavel terus menatap kearahnya.
"Tidak"
"Aku menempatkan mu disini karena kamar ini berhadapan dengan kamarku,mereka memang membuat kamar kami berhadapan dengan begitu mereka akan dapat mengawasi ku dengan baik. Tapi setelah 3 tahun semenjak kepergian ibuku,papa memutuskan untuk tidak lagi menempati kamar ini,dan memilih menggunakan kamar untuk tamu dibawah sana. Saat itu usiaku 5 tahun
Dan satu-satunya teman yang kumiliki hanya phi Sai,saat papa pergi aku hanya menghabiskan waktu bersama phi Sai.
Karena kejadian itu,keluarga mereka jadi sering mengunjungi ku,untungnya orangtua phi Sai sangat baik pada kami" jelas Pooh panjang.
"Tapi ini adalah kamar orangtuamu,kenapa kau membiarkan orang lain menempatinya?"
"Tidak apa-apa,aku hanya percaya padamu phi,dan lagi...jika sesuatu terjadi padaku malam ini,kau bisa dengan segera menemui ku kan?"
Pooh mengatakannya dengan tawa kecil yang terdengar merdu ditelinga Pavel,tanpa sadar anak itu juga ikut tersenyum karenanya.
"Memangnya apa yang akan terjadi padamu?"
"Hmmm...." Pooh terlihat berpikir lalu melanjutkan..
"Tidak tahu juga" sambungnya
"Kau akan baik-baik saja"
"Kenapa?"
"Karena aku disini bersamamu,aku akan menjadi pengawal yang paling hebat di alam ini untuk nong Pooh"
"Yang benar saja phi" anak itu tertawa menampakkan deretan giginya yang terlihat rapi.
"Apa aku terlihat bercanda?"
Pavel merasa Pooh sedang meragukan kemampuannya sekarang.
"Oke,semoga berhasil phi"



"Pooh!...Kemana anak itu?"
"Sabar sedikit,mungkin sedang dikamar mandi" pria tampan yang bersamanya mencoba untuk menenagkan kekasihnya itu.
Sailub melangkah mengecek setiap kamar mandi yang ada, didapur,halaman belakang,tapi tak menampakkan wajah anak itu.
"Tidak ada juga"
"Kemana dia?"
Satu-satunya yang belum ia datangi adakah kamarnya.
Sailub segera menarik tangan kekasihnya mengajaknya kembali kedepan.
"Pooh!!" Teriak Sailub menuju tangga kelantai dua rumah itu.
"Hey,pelankan sedikit suaramu kau bisa saja mengganggunya"
"Ahww" Sailub sedikit meringis kesakitan saat kekasihnya itu mencubit lengannya.
"Oke...oke.."
Ternyata,Sailub yang budak cinta itu sangat gampang untuk dikendalikan.

Glimps (PoohPavel) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang