11

480 46 5
                                        


Pooh membuka kotak obat yang ada ditangannya,bergerak membuka sebuah plester luka.
Pooh menatap Pavel dan membiarkan mata mereka bertemu untuk beberapa detik sebelum bergerak untuk menempelkan plester itu dipelipis pavel.
orang yang ada disampingnya hanya menatap Pooh dengan hati-hati,takut anak itu akan kembali menghindarinya. Tapi dalam hatinya pavel tersenyum senang.

Tanpa sadar senyuman itu terus terukir diwajah Pavel,setelah Pooh selesai membalut lukanya,kini anak itu sedang mengoles salap diwajah Pavel yang membiru itu.

"Kenapa kau tersenyum?" Pooh bertanya tanpa menatap pavel,tangannya masih sibuk mengoles salap diwajah Pavel
"Kenapa? Tidak boleh?" Jawab Pavel yang sudah merubah wajahnya menjadi datar
Pooh kembali menatapnya sekilas kemudian melanjutkan lagi aktivitasnya.

"Pooh...maafkan aku,aku tau aku salah karena semenjak kita kembali dari berlibur aku menghindarimu,mengabaikan semua pesan dan panggilanmu. Tapi Pooh,aku melakukan itu karena aku sudah tau apa yang akan Steve lakukan dan aku hanya tidak ingin kau terlibat terlalu jauh dalam urusan kami hanya karena aku ada disana"

Pavel memberanikan diri untuk berbicara,menatap orang yang lebih muda itu dengan penuh permohonan berharap Pooh mengerti apa yang dia maksud.
Tapi yang ditatap tidak memberi respon apapun, seolah tidak mendengar jika seseorang sedang berbicara dengannya.

"Pooh" Pavel kembali memanggil dengan lembut.
"Selesai!" hanya kata itu yang keluar dari mulut bos muda itu setelah ia meletakan kotak obat itu disembarang tempat kemudian beranjak pergi.
Pavel hanya menatap Pooh yang pergi meninggalkannya dengan perasaan kecewa.
Setelah berjarak beberapa meter,Pooh berbalik menatap pavel.

"Terimakasih"
"Untuk apa?"
"Sudah menolongku tadi"
Kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.



Pavel menatap layar ponselnya yang berdering,disana muncul nama sahabatnya yaitu Nan.

"Ada apa Nan?" Pavel menempelkan benda itu ditelinganya.
"Pavel,kau dimana?"
"Dirumahku,kenapa memangnya?"
"Tidak,hanya ingin tau saja..tapi kenapa selama dua hari ini kau tidak pernah datang lagi dikantor?"
"Aku hanya ingin membuat Pooh merasa nyaman,maaf maksudku tuan krittin"
"Ya,aku tau....hari ini tuan krittin tidak datang kekantor,aku juga tidak tau kenapa"
"Sepertinya dia sedang beristirahat sedikit dari banyaknya pekerjaan kantor,dan juga semua masalah yang terjadi"
"Mungkin"
"Kurasa kau benar,aku harus menunggu situasinya menjadi lebih baik untuk berbicara dengan Pooh,setidaknya sampai anak itu tenang dulu"
"Kubantu dengan doa agar semuanya segera menemukan titik cerahnya. Aku juga tidak mau hubungan kalian yang dulunya sangat dekat menjadi hambar seperti ini"
"Terimakasih phi nan"
"Yasudah,sampai jumpa nanti kau juga harus istirahat"
"Yaa sampai jumpa phi"

Pavel merebahkan dirinya di kasur miliknya dengan meletakan ponselnya disamping, pikirannya masih selalu dipenuhi dengan kejadian beberapa hari yang lalu yang membuatnya merasa tidak tenang.
Lima menit berlalu ponselnya kembali berdering,Pavel mengerutkan dahinya, Nan kembali menelponnya?

"Kenapa Nan?"
"Hei! tuan Sailub baru saja datang kesini,dia bilang kalau tuan krittin tidak berada dirumahnya"
Suara Nan terdengar sedikit panik.
Pavel masih bingung,tapi dia juga tidak ingin berpikir negative.

"Tunggu phi,maksudmu?"
"Tuan Sailub tadi datang kesini,dia bilang jika baru saja kembali dari rumahnya tuan krittin. Tapi dia tidak menemukan tuan krittin ada disana"
"Lalu kemana tuan Sailub sekarang?"
"Dia baru saja pergi,katanya mau mencari tua. Krittin. Dia khawatir jika sesuatu terjadi pada tuan krittin"
"Kupikir,mungkin dia pergi ke suatu tempat untuk menengkan dirinya,tapi aku juga khawatir phi" ucap pavel yang mulai diserang rasa panik.
"Semoga yang kau pikirkan benar,karena kulihat beberapa hari ini tuan krittin sangat berbeda,dia terlihat kacau"
"Aku akan mencoba mencarinya,nanti ku kabarkan lagi phi
"Baiklah"

Glimps (PoohPavel) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang