Pooh tersentak,membuka kedua matanya dengan deru nafas yang tidak beraturan,degup jantungnya berpacu cepat dan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Menatap seseorang yang ada disampingnya sedikit membuatnya merasa lega.
Perlahan anak muda itu bergerak semakin dekat untuk memeluk lebih dekat orang yang lebih tua,menatapnya dengan penuh keseriusan. Dia tidak ingin kehilangan Pavel lagi,dia akan menjaga Pavel untuk tetap berada disampingnya dengan cara apapun itu dia tidak akan membiarkan siapapun dan apapun akan memisahkan mereka. Tidak akan pernah.Merasakan dekapan hangat,Pavel memaksa matanya untuk menatap orang yang memeluknya.
"Ada apa?" Tanya pavel masih dengan suara seraknya.
"Tidak,,ayo tidur lagi phi" Pooh mengelus lembut punggung kekasihnya.
"Jam berapa ini?"
"Hampir jam satu siang"
"Hah?!" Pavel melebarkan kedua matanya seperti tidak percaya yang Pooh katakan.
"Semalam kita tidur hampir pagi phi"
"Begitu ya?" Pavel kembali menyembunyikan wajahnya didada bidang sang kekasih ketika mengingat kembali apa yang sudah mereka lakukan tadi malam,dan itu membuat wajahnya kembali merah karena menahan malu."Kenapa phi?"
"Tidak ada"
Pooh tersenyum menyadari bahwa orang yang berada dalam pelukannya itu sedang menahan rasa malunya.
"Apa itu masih sakit phi?"
"Hmm,,sedikit. Aku masih bisa menahannya" jawabnya tanpa menatap Pooh
"Terimakasih phi,tapi aku ingin bertanya"
"Apa itu?"
"Lihat aku dulu"
"Aku malu Pooh"
"Phii.." Pooh mengangkat wajah Pavel memaksa pemuda itu untuk menatapnya."Boleh aku bertanya?"
"Apa?"
"Lebih tepatnya aku ingin tau,bagaimana kau bisa meninggalkan keluargamu? Dan mengenai saudara sepupumu yang jahat itu"Pavel menghembuskan nafasnya pelan,kemudian memposisikan dirinya dengan baik disamping Pooh,masih dengan memeluk anak itu dengan erat.
"Kau mau mendengarnya?"
"Tentu,tapi aku tidak mau memaksa phi,ceritakan yang bisa kau ceritakan,aku akan mendengarnya"
Pooh mengecup lembut jidat sang kekasih."Baiklah,dengarkan dengan baik agar kau tidak lagi salah paham"
Pooh tersenyum sambil mengelus lembut pipi Pavel."Ayahku seorang mafia Pooh,dia melakukan banyak hal gelap,dan menipu banyak orang. Kau tahu perusahaan Royal Thai Corp?"
"RTC?"
"Yaa,itu perusahaan ayahku,,"
"Sungguh? Itu perusahaan yang sangat besar phi,bahkan hampir memiliki cabang disemua negara"
"Ya,semenjak kami pindah ke AS, ayahku mendirikan perusahaan itu dan berkembang menjadi perusahaan yang besar,salah satu cabangnya berdiri disini. Berita baiknya semua pegawainya tidak mengenalku karena aku yang jarang terekspose.""Lalu kenapa kau bisa disini phi?"
"Dulu aku berpikir bahwa hidupku sangat beruntung,aku hampir memiliki semua yang aku mau. Ayahku tidak pernah berkata tidak dengan apa yang aku inginkan. aku sangat senang waktu itu,merasa kalau hidup itu sangat mudah dan menyenangkan jika kita memiliki uang yang banyak. Tapi semua itu berubah ketika aku menyadari jika semua yang dilakukan ayahku adalah hal kotor. Menipu,merampas,bahkan membunuh.
Waktu itu usiaku 15 tahun,cukup untuk menyadari jika yang ayahku lakukan adalah hal-hal jahat.
Aku melihatnya sendiri,ketika dia melukai orang lain,mengambil hak orang lain,memeras mereka,memperlakukan mereka layaknya bukan seperti manusia.
Semenjak saat itu,aku kecewa dengannya,aku tidak mau lagi menemuinya,tidak tergoda lagi dengan apa yang dia berikan padaku.
Entah kenapa,saat itu aku hanya bersyukur karena aku tidak memiliki hati sejahat dirinya.""Phii...."
"Dua tahun setelahya aku berusaha untuk meninggalkan rumah kami,karena aku sudah tidak tahan lagi dengan semua hal yang ayahku lakukan. Tapi aku tidak pernah bisa benar-benar keluar dari sana,ayahku selalu bisa menyeretku untuk kembali. Bahkan,dia tidak pernah lagi mengizinkanku untuk keluar rumah kecuali bersamanya atau orang-orang kepercayaannya. Saat itu aku semakin melawan,dan akhirnya dia mengurungku dalam kamarku.
Untungnya aku memiliki seseorang yang berpihak padaku,yang saat itu membuatku percaya jika orang baik itu masih ada. Aku memanggilnya paman Chen,dia yang membantuku keluar dari sana. Tapi sekarang aku tidak pernah mendengar lagi kabarnya"