5

409 37 1
                                    

Jam sudah menunjukan pukul dua dinihari tapi Pavel masih belum memejamkan matanya,tidak tahu mengapa perasaannya hanya gelisah,mungkin karena ini adalah pertama kali baginya tidur dirumah orang lain.
Pengawal tampan itu beranjak dari kasurnya berjalan kearah sebuah lemari yang ada disana.
Lemari itu menyimpan banyak koleksi prestasi dari bos mudanya.
Pavel tersenyum senang,sesaat kemudian matanya menemukan foto kedua orang tua Pooh yang beberapa masih terletak dengan rapih disana.
Senyumnya berubah,entah bagaimana awalnya perasaannya menjadi sedih seperti sekarang,membayangkan kembali kejadian itu,ia sangat merasa bersalah meski itu bukan karena dia.
Dia juga hanya seorang anak yang sedang berusaha mati-matian melawan keadaan.

Beberapa menit berlalu,sampai anak itu mendengar suara yang samar-samar dari kamar bos mudanya.
Karena khawatir Pavel langsung mendatangi kamar itu,suara itu semakin terdengar jelas,Pavel yakin itu suara Pooh

"Pooh..."
Pavel membuka pelan pintu kamar itu yang ternyata memang tidak dikunci.

"Papa.....mereka menagkapku!"
Anak manis yang berada diatas kasur itu berbicara tapi dengan mata yang masih terpejam.
Segera Pavel datang menghampirinya sambil memanggil namanya.
"Pooh....hei kau kenapa?" Pavel khawatir melihat keadaan anak itu yang sudah mengeluarkan keringat dingin disekujur tubuhnya.
"Orang-orang ituuu...." Pooh mengigau lagi
"Pooh,bangunlah aku disini"
"Phi Pavel.."
Pooh memanggil Pavel tapi matanya masih terpejam.
Pavel mengguncang pelan tubuh anak itu,berharap ia segera sadar dari mimpi buruk itu.
"Phiiii jangan pergi"
"Iya aku disini,aku tidak pergi" jawab Pavel masih berusaha menyadarkan Pooh.



Pooh merasa seseorang sedang berada disampingnya,dia tau dia sedang berada diantara sadar dan imajinasinya,tapi tetap anak itu tidak bisa membuka matanya.

"Aku disini,aku tidak pergi"

Kata-kata itu sama seperti yang Pooh dengar dari anak kecil itu,tapi sekarang suara itu terdenga lebih jelas.

Pooh seketika membuka matanya,masih dengan nafas yang tidak beraturan anak itu bangun dan menatap orang yang ada disampingnya dengan lekat.

"Kau bermimpi Pooh,aku kesini saat mendengarmu mengigau"
Tak ada respon apapun dari orang yang ada dihadapan Pavel itu,dia hanya menatap pavel dan mengedipkan matanya beberapa kali kemudian membawah tubuhnya bersandar pada head bed.

"Pooh,,,kau baik-baik saja?"
Tanya Pavel masih khawatir
"Hmm"
Pavel  beranjak dan kembali membawah sebotol air yang ia berikan pada Pooh.
"Minum dulu,tenangkan dulu dirimu"
"Terima kasih," setelah menelan air itu ia kembali memberikannya pada Pavel.
Beberapa menit mereka hanya saling diam,Pavel juga tidak banyak bertanya. Menurutnya lebih baik jika menunggu Pooh duluan yang bersuara.

"Phi," panggil Pooh pelan
"Ya?"
Pooh menatap pavel penuh keraguan
"Ada apa Pooh?"
"Tidak" Pooh menggeleng pelan
Pavel tau anak itu ingin mengatakan sesuatu,tapi dia juga tidak berani bertanya.
"Kau boleh kembali phi,aku tidak apa-apa" ucap Pooh kemudian
"Sungguh? Aku bisa menemanimu jika kau mau"
"Tidak perlu,aku sudah tenang sekarang"
"Kau bermimpi buruk?"
"Ya,tapi hanya mimpi"
"Apa kau sering memimpikannya?"
"Apa?"
"Kau selalu mengucapkan kata yang sama"
"Maksud phi.."
"Kau mengatakan hal yang sama saat dulu kau dirawat dirumah sakit,kau juga mengigau pooh"
"Aku juga tidak tahu,dulu orangtuaku juga mengatakan hal seperti itu tapi, entah kenapa aku tidak bisa mengingatnya lagi ketika bangun"
"Tidak perlu,nanti juga pasti kau ingat"
"Apa yang kau dengar phi?"
"Kau hanya memanggil ayahmu,dan berkata jika kau takut"
"Tapiii...aku merasa anak kecil itu...."
"Anak kecil? Siapa?"
"Aku merasa dimimpi itu aku tidak sendirian,seorang anak kecil selalu menggengam tanganku dengan hangat,aku tidak bisa mengingat wajahnya" Pooh memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Tidak apa-apa,jangan diingat lagi,kau hanya bermimpi kan?"
"Tapi itu terasa nyata phi"
"Sudah, jangan dipikirkan lagi,kembalilah tidur"
Pavel berusaha menenagkan Pooh sebelum akhirnya kembali lagi kekamarnya.













Tidak seperti biasanya,pagi ini kedatangan Pooh dan Pavel dikantor mendapat sedikit pandangan aneh dari beberapa pegawai kantor,pa el bisa merasakan itu tapi tidak dengan  Pooh yang memilih untuk tidak mempedulikannya, entah anak itu mengetahuinya  atau tidak, tapi Pooh bukanlah orang yang mau peduli dengan pandangan orang terhadapnya.
Jika orang itu menyukainya maka dia juga akan melakukan hal yang sama,jika tidak..itu bukan menjadi urusannya.

Melihat Pavel yang baru saja datang dengan raut wajah yang tidak baik, membuat Nan dengan segera menarik temannya itu ke arah mesin kopi yang ada disana.
"Hei,ayo minum kopi dulu," ajaknya
"Ada apa Nan?" Pavel merasa sedikit aneh dengan Nan hari ini.

Nan memperhatikan sekelilingnya memastikan disana tidak ada orang lain selain mereka berdua.

"Biar ku beritau satu rahasia"
"Rahasia?"
"Tadi malam setelah meninggalkanmu dan tuan krittin,diperjalanan pulang pak Son bercerita mengenai dirimu"
"Aku? Kenapa aku?"
"Katanya,beberapa orang disini tidak menyukaimu"
"Lalu?"
"Beberapa orang berkata, kau terlalu dekat dengan tuan krittin. aku juga tidak mengerti kenapa mereka mengatakan itu, padahal kan, tujuan dari pekerjaan ini sudah jelas."
"Jadi apa itu alasan mereka menatapku dengan penuh penyelidikan?"
"Kau juga tau?"
"Tatapan itu yang mereka berikan padaku saat aku datang bersama Pooh"
"Mereka juga berkata jika kau pasti akan memanfaatkan tuan krittin untuk keuntunganmu sendiri"
"Biarkan"
"Ya,kau tidak harus mempedulikannya"

"Hah!"
Seorang pemuda berparas menawan muncul seketika disamping Pavel dan Nan,kedua orang itu sempat dibuat kaget oleh tingkah orang itu.

"Bangsat,kau kenapa disini?"
Nan mengumpat pada orang yang baru saja membuatnya terkejut.
Sedangkan orang itu hanya menampakkan senyum konyolnya.
Namanya Pedro,anak blasteran Amerika-Thailand,berusia 27 tahun.,posisinya adalah  mengelola semua sistem di kantor itu.

"Tentu saja mau membuat kopi, kalian berdua kenapa terlalu serius? Apa yang kalian bicarakan?"
"Rahasia" balas Nan masih kesal
"Hei phi,orang-orang dibagian marketing itu sepertinya sedang membicarakanmu" ucap Pedro sambil membuat kopinya.
"Benarkan?!" Kali ini Nan bersuara
"Maksudmu?" Pedro tidak mengerti
"Aku juga mendengar hal yang sama"
"Oohh.."
Pavel hanya diam,meski sebenarnya ia sedang menahan kegelisahan dalam dirinya. Tapi anak itu masih terlihat tenang seperti biasanya.

"Eh tapi apa yang kau dengar?" Tanya Nan
"Tidak jelas,hanya saja mereka beberapa kali menyebut nama phi Pavel"
"Hai,kau baik-baik saja kan?" Nan bertanya pada Pavel yang sejak tadi hanya diam.
"Phi,kau tak apa?"
"Kau bodoh? Mana ada orang yang akan baik-baik aik saja jika dijadikan bahan pergunjingan?" Nan menatap Pedro malas.
"Santai saja sialan,pertanyaanmu juga sama saja,itu berarti kita sama bodohnya" balas Pedro tidak terima jika dirinya dikatai oleh Nan.
"Sudah,kalian jangan bertengkar disini,dan biarkan itu menjadi urusan mereka"
Akhirnya Pavel bersuara,tidak tahan juga melihat kelakuan dua orang itu.

"Kau tenang saja phi,kau tidak salah,mereka saja yang tidak suka denganmu"
"Hmm...yang ini aku setuju denganmu" balas Nan pada Pedro.
"Semangat vel,aku dipihakmu"

Pavel tersenyum,ia bersyukur masih memiliki teman yang peduli dan pengertian padanya.
Ia juga tau jika tidak semua orang akan menyukainya,dan dia juga tidak harus menyukai semua orang.

"Terimakasih,aku senang kalain percaya padaku tapi bicaranya kita lanjutkan nanti,aku harus kembali kedepan" ujar Pavel pada dua orang itu.
"Bersamaku" balas Nan
"Aku ikut pergi" balas Pedro mengikuti Pavel dan Nan yang berjalan mendahuluinya.
Ketiganya berpisah setelah Pedro kembali masuk kedalam ruangannya.














TBC......

Segini dulu ya gaes,beberapa hari emang lagi sibuk buat persiapan paskah digereja.
Ini aja aku ngetik sambe ngecas🥺
Semoga kalian suka🥰

Glimps (PoohPavel) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang