[ dia bertanya, “Rev, butuh jasa ruqiyah enggak?” ]
===
Hari Senin adalah hari yang melelahkan bagi murid-murid SMA ABHIPRAYA. Para murid ini harus melaksanakan upacara bendera yang mana mewajibkan mereka berbaris di tengah panasnya matahari pagi sambil mendengarkan amanat pembina upacara, kemudian diikuti dengan serangkaian pelajaran yang ketika bel istirahat berdentang, membuat mereka berhamburan dengan riang gembira menuju Kantin.
“Jen, ngantin kuy?” ajak Mada. Ilyas sudah berdiri menunggu kedua temannya.
“Duluan aja lo berdua. Gue mau jemput calon bini gue dulu sebelum dia ngacir ke Perpustakaan buat belajar. Sebagai calon suami yang baik, gue kudu ngingetin dia makan dong.” Jendra membalas dengan senyuman tengilnya.
Ilyas memutar bola matanya jengah. “Nikah mulu yang ada di kepala lo. Da, mending kita ke Kantin duluan. Ntar penuh,” ucap Ilyas.
Mada menyeringai dan membalas, “gaskeun!”
Seperginya kedua sahabatnya, Jendra langsung berjalan menuju kelas sang pacar dimana begitu ia masuk, ia sudah mendapati pacarnya sedang berdebat dengan Zara.
“Re, ngantin dulu baru ke perpustakaan. Buku-buku di sana enggak bakal ilang kalo lo tinggal makan doang. Lagian lo kagak bawa bekal hari ini.” Zara sudah lelah.
“Enggak bisa, Ra. Gue mau belajar. Lo kalo laper, ngantin sendiri aja.” Reva menolak dengan keras kepala.
“Astaga, Reva! Jangan keseringan skip makan gitu deh. Nanti lo sakit dan sama aja ntar jam belajar lo keganggu. Makan doang kagak nyampe dua puluh menit kok. Sepuluh menit deh kalo lo makan sat-set-sat-set,” ucap Zara.
“Mana ada makan sat-set-sat-set?!” balas Reva.
“Ada. Kata gue. Udah, yuk. Ngantin!” ucap Zara sambil meraih tangan Reva yang ditepis oleh si empunya.
Jendra pun mendekati mereka dan langsung merangkul pundak sang pacar. “Pagi, calon istriku!” ucapnya. Reva memutar bola matanya jengah. Ia menepis tangan Jendra dari pundaknya.
“Enggak usah deket-deket. Bau!” ucap Reva.
“Bau masa depanmu, ’kan?” balas Jendra dengan gombalannya. “Bau dosa!” ucap Reva dengan nada ketus.
“Jen, mending cewek lo paksa makan deh. Ngebet amat pengen ke perpustakaan trus skip makan. Sakit baru tau!” ucap Zara.
“Enggak bakal sakit!” ucap Reva.
Zara memutar bola matanya jengah. Jendra yang melihat itu langsung melingkarkan tangannya di pinggang Reva dan tersenyum kepada Zara dengan senyuman yang kata Reva sedikit mencurigakan.
“Tenang aja, Ra. Gue pastiin bini gue ini makan kok.” Reva menatap Jendra dengan tatapan tajam sampai sebelum ia sempat bersuara, Jendra sudah menyeretnya pergi ke Kantin diikuti oleh Zara di belakang mereka.
“JENDRA! LEPASIN!”
===
Kini, di sinilah Reva duduk bersama sang pacar di meja yang sudah ditempati oleh Mada dan Ilyas. Zara juga ikut duduk di sana.
“Bu! Baksonya dua, ya! Pedes dua-duanya trus minumnya es teh dua!” seru Jendra kepada salah satu pegawai Kantin.
“Bu, nasi goreng telor sama jus jeruk dingin!” ucap Zara juga menyuarakan pesanan miliknya.
“Siap!” ucap si Ibu-ibu pegawai Kantin.
“Kenapa tuh muka ditekuk, Re?” tanya Mada dengan mulut penuh nasi. Ilyas menatap sahabatnya dengan tatapan jijik, takut-takut kalau nasi di mulut kawannya itu meluncur bebas keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] A Match Made in Chaos
Roman pour Adolescents[ B E L U M R E V I S I ] Sudah tahu kalau kesabaran Reva itu setipis tisu yang terkena air lalu dibelah-belah lagi jadi tujuh bagian, Jendra malah hobi sekali membuatnya pacarnya itu mengamuk. Herannya, hubungan mereka sudah berjalan dua tahun lebi...