01. Jangan marah-marah

94 5 0
                                    

[ dia bilang, "jangan marah-marah terus. Nanti cepet tua. ]

===

Jendra Kavi Wiriadinata adalah anak pertama dokter Hanafi Wiriadinata dan ibu dosen Faranisa Anaqah serta kakak dari Hasan Nugraha Wiriadinata. Jendra berusia delapan belas tahun dan saat ini sedang duduk di bangku kelas 12 Bahasa di SMA ABHIPRAYA. Jendra dikenal sebagai murid yang membuat guyonan di kelas sehingga kelasnya selalu dihiasi oleh tawa. Jendra juga suka sekali mengerjai guru-gurunya, bukan mengerjai yang nakal. Jendra lebih seperti suka saja membuat para guru itu menahan kesal atau menahan tawa sambil mencoba menahan wibawa mereka.

Walaupun terkadang Jendra suka melucu di jam-jam pelajaran, para guru tak pernah mendapati pemuda itu buruk dalam pelajaran. Jendra termasuk murid yang memenuhi standar, tidak terlalu pintar dan tak terlalu bodoh. Jendra juga gemar sekali berolahraga apalagi terkadang dia suka ikut bermain bersama murid-murid seangkatan dengannya atau bahkan adik kelasnya seperti basket, futsal atau bahkan bulutangkis dan olahraga lainnya. Intinya jika kalian bertanya kepada satu murid di SMA ABHIPRAYA nama Jendra Kavi Wiriadinata, maka mereka akan langsung mengetahuinya dan memberitahukan kepada kalian dimana pemuda itu berada.

Lalu, karena terkenal oleh banyak murid maka pasti banyak yang menyukai Jendra? Ya, jangan salah. Jendra itu punya banyak penggemar. Bahkan banyak murid-murid perempuan yang kadang suka menatap ke arah Jendra dengan tatapan malu-malu. Hanya saja, mereka tak berani mendekati Jendra karena Jendra sudah punya pacar.

Revalina Kavita Zunaira atau akrab disapa Reva adalah pacar Jendra. Reva adalah murid dari kelas 12 MIPA. Hubungan mereka dimulai ketika seminggu setelah tahun ajaran baru dimulai ketika mereka baru masuk SMA ABHIPRAYA, tepatnya ketika mereka baru memasuki kelas 10. Entah bagaimana pernyataan cinta Jendra disambut dengan mulus oleh Reva. Ya, awalnya saja yang mulus karena tak sampai seminggu umur hubungan mereka, Reva sudah sering dibuat kesal dan mengamuk oleh kelakuan Jendra. Seperti sekarang ini.

"JENDRA! SINI LO!" Suara teriakan menggema di lorong lantai tiga dimana kelas 12 berada. Seorang gadis cantik dengan rambut panjang tergerai acak-acakan itu berlari mengejar seorang pemuda tampan yang malah berlari menjauhinya sambil tertawa terbahak-bahak.

Bagaimana awal mulanya kejadian ini? Reva awalnya sedang fokus menulis catatan di Perpustakaan sampai akhirnya Jendra datang dan bertanya apa yang sedang dilakukan oleh pacarnya itu.

"Lagi ngapain tuh, cantik?" tanya Jendra.

"Buta lo? Enggak liat gue lagi nyatat?" jawab Reva dengan nada ketus.

Jendra tersenyum kecil dan membalas, "ketus banget menantunya Hanafi." Reva menatap Jendra dengan tatapan tajam. "Bapak lo tuh. Sopan dikit manggilnya," tegur Reva.

Jendra semakin melebarkan senyumnya. "Duh, yang belain mertuanya. Pengen cepet nikahin lo deh jadinya. Mau pake adat apa kita? Adat Jawa? Batak? Sunda? Bali? Aceh?" ucapnya.

Reva menatapnya dengan tatapan sinis. "Sok nanyain mau adat apa. Benerin dulu tuh dasi. Duit masih minta bokap aja sok-sok mau ngajak anak orang nikah. Mau lo kasih makan apa gue, ha?!" balasnya dengan nada ketus.

Jendra kemudian menangkup kedua pipi Reva dan menjawab, "gue kasih makan tulang ikan. Mau enggak? Soalnya gue kalo makan ikan, tulangnya enggak gue makan. Buat lo aja."

Reva menoyor kening Jendra dan berkata, "lo kata gue kucing, ha?!" Jendra mengusap keningnya dan terkekeh kecil. "Kucing garong. Soalnya lo galak," jawabnya.

Reva menyipitkan matanya menatap tajam Jendra. Gadis itu mengalihkan pandangannya dan kembali fokus kepada bukunya. Ia memilih mengabaikan pacarnya itu. Jendra yang diabaikan pun kemudian menatap kepala Reva. Hari ini gadis itu dikuncir kuda. Ya, Reva biasanya memang tak suka membiarkan rambutnya tergerai karena katanya panas. Rambut Reva juga terbilang sangat tebal dan hitam.

[END] A Match Made in Chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang