Chapter 1

572 171 96
                                    

DISCLAIMER

The characters, places, and events appearing in this work are fictitious. Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.

 Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Play the BGM for better experience!]
BGM by 찬사

Alyssa Magan © FIRSTYRN

.
.
.
.

CHAPTER 1

Matar, North Mussun, 1st Month of 1815

Ada hal yang aneh. Alyssa Magan yakin bahwa pagi ini telinganya mendengar sekumpulan pedagang bergosip tentang kepala keluarga Em Rouge yang kalah dalam perjudiannya sendiri. Tapi, kenapa perempuan itu, Isla Em Rouge masih bisa memamerkan senyum bodohnya sembari bergelayut mesra di lengan kekasih barunya?

Alyssa menjejakkan kakinya menuruni anak tangga terakhir sedikit lebih lambat dari keempat temannya atau setidaknya Voyan Sager--lelaki yang menjadi fokus utama penglihatan orang-orang sekitar paling tidak sejak lelaki itu tiba-tiba muncul bagaikan pangeran yang mencari tuan putrinya lima belas menit yang lalu--bukanlah temannya. Untuk ukuran lelaki yang berkencan dengan putri bungsu seorang pria yang baru saja bangkrut, raut wajahnya tampak biasa-biasa saja. Malah keduanya, terlihat seperti pasangan yang kompak menunjukkan kemesraan yang seharusnya hanya ada di teater romansa.

Tentu saja Alyssa tidak iri! Alih-alih baginya pemandangan seperti itu terlihat konyol. Lihatlah bagaimana orang-orang melihat mereka berdua sedari tadi. Mereka berbisik-bisik, pastilah bukan sesuatu yang baik. Alyssa mengangguk membenarkan dugaannya. Mudah untuk menciptakan gossip murahan, terlebih saat-saat pemulaan semester akademik akan dimulai sebentar lagi.

Ketika Alyssa dengan netranya yang penuh selidik memandang setiap jengkal bagian tubuh Isla Em Rouge untuk mencari tahu penilaian seperti apa yang dimiliki Voyan Sager sampai memutuskan mengencani perempuan itu, yang menurutnya biasa-biasa saja, sampailah Alyssa pada kedua kaki Isla yang berada dalam balutan sepatu desain rendah untuk mata kaki dengan bahan kulit domba. Sekilas orang mungkin melihatnya sebagai sepatu wanita perkotaan kelas atas, tapi...

"Alyssa sedang apa?"

Pertanyaan Maven Roth tak lantas membangkitkan hasrat Alyssa untuk segera membuka mulutnya. Alih-alih memberikan reaksi yang penuh spontanitas, pandangan Alyssa masih terpaku pada sepasang loafer yang dikenakan Isla selama beberapa detik. Alyssa menyelipkan sebagian rambut ikalnya ke belakang telinga, mengangkat wajah, dan melabuhkan pandangannya ke dalam mata Isla yang tampak menunggu reaksi darinya.

"Palsu," ucap Alyssa singkat. "Kau memakai sepatu palsu?'

Kalimat tanya Alyssa membuat Roth bersaudara; Maven dan Colette-atau lebih tepatnya saudara sambung-bertukar pandang dengan alis tipis terangkat sebelah. Kendati tidak memiliki hubungan darah, bagaikan saudara kembar yang sedang bertelepati dua perempuan berpenampilan kontras itu secara bersamaan mundur beberapa langkah, sedikit menjauh dari Isla. Perlahan pandangan mata keduanya turun mengamati sepasang loafer coklat milik Isla.

ALYSSA MAGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang