Kue Pembawa Bencana

1.7K 193 12
                                    

"Tolongin Mia, kakak...., tolong." Suara lirih seorang wanita yang kini sedang duduk tertunduk dihadapan beberapa orang yang berdiri dihadapan nya.

"Saya nanya sama kamu Mia, kenapa kamu mau keluar dari baikers?" Seorang wanita yang terlihat sangat dewasa menjajarkan badan nya dengan wanita yang yang bernama Mia itu.

"Kalian semua gak nyadar, atau buta sih? Mereka, orang yang kerjasama, sama kita, dia ngelakuin hal yang bagi aku itu udah pengecut banget." Suara yang semulanya lirih kini menjadi sedikit meninggi dan sorot mata yang ikut menajam menatap mereka semua.

"Heii, jaga nada bicara mu nona manis, sekarang anda sedang berbicara dengan siapa." Wanita dewasa itu memegang ujung dagu milik Mia agar Mia menatapnya.

"Seharusnya, anda paham semua ini nona, anda seharusnya tidak tutup mulut dan menutup mata anda akan kejadian yang kemarin." Setelah ucapan itu selesai, mereka semua hanya mendengar sebuah suara yang nyaring, karena wanita itu menampar pipi mungil milik si Mia.

"Saya peringatkan anda untuk kedua kalinya, jaga nada bicara mu, dan jangan harap anda dapat keluar dari baikers ini, Nona manis." Seringai seorang wanita itu lebih menyeramkan daripada yang lainnya, itulah yang dipikirkan oleh Mia saat melihat seringai itu. Setelah mereka keluar dan Mia kali ini membuka handphone untuk menghubungi seseorang.

..

"Ini, tinggal dimasukin kan margarin nya ke adonan kan Caine?"

"Iya, Garin.., pelan-pelan sambil diaduk juga adonan kue nya." Garin mengangguk patuh dan mulai mengerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Caine tadi.

"Caine ini adonan punya gw kok gak ngembang ya?"

"Kamu udah taro pengembang adonan nya belum?"

"Eh, anjir kagak gw masukin."

"Ya gimana mau ngembang Funin, astaga."

"Udah gak papa buat baru aja kayak gw nih."
Krow datang sambil membawa mangkuk yang berisikan adonan kue yang menurut Caine itu terlalu banyak.

"Caine, itu si Krow udah bikin ulang adonan nya berkali-kali cog." Aduan Gin itu membuat Krow otomatis menatap nya dengan tajam.

"Iyakah? Berapa kali kamu bikin adonan nya?"

"Itu...," Krow memajukan dagu nya menunjukkan beberapa mangkuk diatas meja yang tampak berantakan.

"Astaga...," Caine menghela napas panjang lalu beranjak untuk melihat beberapa adonan itu.

"Caineee....., help me, ini krim kuenya meluber kemana-mana, tolonginn." Teriakan dari Selia membuat Caine menoleh nya, dan yah yang dia dapatkan adalah krim untuk kue yang sedang dibuat oleh Selia itu berantakan diatas pantry dapur.

"Caine..., ini telur nya berapa buat bikin ulang adonan nya." Kini teriakan Funin mampu membuat Caine tersadar dari lamunan nya ketika melihat krim kue yang berantakan tadi.

"Caine ini kue nya udah mateng belum sih, perasaan dari luar oven kek udah."

Caine mengusap wajahnya kasar lalu membantu mereka satu persatu. Didalam hati Caine mengucapkan cacian dan sumpah serapah kepada Rion yang mengidekan untuk membuat kue ala-ala mereka sendiri, untuk ia nilai, dan yang terbagus akan mendapat uang jajan yang sudah dijanjikan oleh Rion.
Salah Caine yang tak sengaja mengatakan bahwa dirinya pintar dalam hal memasak dan membuat kue, alhasil ia yang harus membantu mereka semua. Sungguh penyesalan selalu diakhir.

Berbanding terbalik dengan keadaan Caine yang sedang kerepotan mengurus mereka, si bapak dari segala bapak itu kini dengan santai duduk dikursi yang berada dibalkon nya dengan secangkir coklat panas yang tadi dibuat oleh Thia. Kenikmatan itu berubah ketika ponselnya kini berbunyi dan yang ia harapkan bahwa dia yang akan menelponnya.

Dangerous City Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang