AWAL SEBUAH PERJALANAN

166 14 3
                                    

Saat ini hari sudah menjelang malam kian Santang masih terjaga. Dirinya kini sedang berada di taman istana sambil duduk di sebuah pondok sendirian. dirinya menengadahkan kepala nya ke langit sambil menatap gemerlap nya bintang 🌟 dan sinar terang dari rembulan 🌙.......

Kian Santang:" besok adalah awal diriku. Untuk mengembara, aku harap semua berjalan dengan lancar atas izin Allah SWT. Ya Allah aku mohon lancarkan lah semua urusan ku ya Allah. Dan aku berharap Raka Raka ku dan juga rayihku tidak terlalu marah akan keputusan ku. Apalagi Raka abikara yang seperti nya sangat kesal akan keinginan ku tadi". Ucapnya hatinya benar-benar tidak tenang karena saudara-saudara nya tidak menyetujui jika dirinya harus mengembara....

Tak lama kemudian ada seseorang datang menghampiri nya. Orang itu adalah prabu Siliwangi karena secara tidak sengaja dirinya melihat putra bungsu nya sedang termenung duduk di tempat pendopo taman istana Padjajaran.....

.......:" Putraku kian Santang!!!". Panggilnya membuat orang yang di panggil menoleh ke arahnya.....

Kian Santang:" ayahanda prabu?!". Ucap kian Santang bingung kala melihat ayahanda nya ada di hadapannya.....

Siliwangi:" apa yang kau lakukan di sini putraku. Hari sudah sangat gelap mengapa kau tidak beranjak tidur apa yang sedang mengganggu mu putraku?!". Tanya nya penuh perhatian. Sambil dirinya melangkah maju untuk duduk di dekat putra nya....

Kian Santang:" aku sedang menunggu Raka abikara ayahanda!. Sudah sejak tadi Raka abikara belum pulang, apalagi Raka pergi dalam keadaan marah kepada ku atas apa yang aku utarakan tadi pagi yang diriku hendak pergi mengembara". Ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di bahu ayahanda nya.....

Siliwangi:" kau tidak perlu khawatir putraku ayahanda yakin Raka mu abikara pasti akan mengerti dirinya hanya mencari ketenangan saja. Sebaiknya kau tidurlah hari sudah sangat malam". Ucapnya sambil mengusap kepala kian Santang bagian kiri lalu pertanyaannya tadi di jawab gelengan tidak oleh kian Santang...

Kian Santang:" tidak ayahanda aku ingin disini saja. Sambil menunggu Raka abikara pulang". Ucapnya mendengar itu Siliwangi menghela nafas pasrah aja....

Siliwangi:" baiklah kalau begitu putraku. Tapi kalau kau sudah mengantuk kembalilah ke wisma mu. Maaf ayahanda tidak bisa menemani mu karena masih ada sesuatu yang harus Ayahanda lakukan!". Ucapnya.....

Kian Santang:" baik Ayahanda tidak mengapa". Ucapnya Siliwangi pun beranjak dari sana....

Sementara di tempat abikara....

Kini dirinya berada di luar istana. Bisa di bilang dirinya saat ini sedang berdiri di hutan yang jaraknya tak terlalu jauh dari istana. Dirinya hanya melampiaskan kekesalannya atas apa yang dia dengar dari ucapan adik kembar nya. Yang mana kala bahwa adik tersayang nya akan mengembara. Dirinya benar-benar takut akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap adiknya.....

Sejak adiknya lahir banyak dari para golongan hitam berlomba-lomba untuk mendapatkan adiknya. Semata-mata karena darah suci adiknya yang begitu berharga. Bukan hanya darah suci banyak dari para golongan hitam musuh musuh prabu Siliwangi menginginkan kematian sang malaikat maut mereka yaitu kian Santang. Semenjak kelahiran kian Santang semua para penganut aliran hitam berlomba-lomba untuk membunuh kian Santang untuk membalas kan dendam mereka terhadap ayahanda nya yaitu prabu Siliwangi.....

{Me:😓 Yang punya masalah siapa? Yang terkena imbasnya siapa?}>

Dan wajar saja jika Raden Abikara marah akan keputusan kian Santang yang ingin mengembara. Apakah dirinya sudah tidak menyayangi nyawanya sehingga dirinya bisa memutuskan hal itu dengan mudah..

Bukh.....
{ Memukul batang pohon 🌲}>

Abikara:" ARGGGGHHHH..... MENGAPA KAU HARUS PERGI MENGEMBARA RAYIH!!!... apakah wangsit itu lebih penting di bandingkan dengan keselamatan mu". Marahnya sambil mengeluarkan kekuatan nya dan mengarahkan kekuatan nya pada pohon pohon, dan juga memukuli pohon-pohon untuk melampiaskan amarahnya...

kembalinya Raden kian Santang season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang