Hari minggu pagi dengan langit yang cerah dan udara hangat menghembus di bumi, Indira dengan santai berjalan menyusuri jalanan kompleks. Di tangannya ada kantong plastik transparan yang berisi makanan—baru saja ia beli bubur di depan gerbang kompleks.
Beberapa kali Indira berpapasan dengan teman kosnya atau warga sekitar. Ia tidak begitu kenal dengan mereka, namun luhurnya seorang manusia di bumi Pertiwi yang ramah dan suka menyapa, begitu pula Indira, ia tersenyum pada mereka yang berpapasan atau menyapa dirinya terlebih dahulu.
Ketika sampai di gerbang kos, ia langsung mengernyitkan dahi karena melihat ada ibu kos di lantai dua—tepat di depan kamarnya.
"Aduh, mampus ada Ibu kos!" gumam Indira, "mana Ndut ada di dalem lagi ga aku kandangin!"
Gadis itu langsung berlari ke dalam dan naik ke lantai dua sebelum ibu kos itu sadar ada kucing di dalam kamarnya. Salah satu peraturan di tempat ini adalah dilarang memelihara hewan apapun itu.
Suara mesin terdengar nyaring ketika Indira sampai di lantai atas. Ia langsung menghampiri ibu kos dan menanyakan apa yang terjadi saat itu. Pasalnya ibu kos itu tidak sendiri, ia bersama seorang mas mas yang sibuk memasang sesuatu pada pintu kamar Indira.
"Ini ada apa, Bu?" tanya si gadis.
Bu Sisca—pemilik kos—tersenyum menatap Indira yang baru terlihat hari ini.
"Oh, ini, ibu mau pasang kunci pintu baru di kamar kalian. Biar lebih safety gitu loh," ucapnya dengan logat Jawa yang kental.
Indira pun melihat mas mas itu memasang pintu dengan smart door lock seperti di apartemen-apartemen. Ia pernah melihatnya sekali di tempat tinggal Lia beberapa waktu lalu.
"Widih, canggih betul lah, Bu Sis," puji Indira.
"Iya lah, siapa dulu... Bu Sis! Ini kan demi menjaga anak-anak kos sini dan menambah kualitas tempat sewa ibu juga to, Dira."
"Terbaik lah bos ku. Tapi ini ga naikin biaya bulanan kan ya, Bu?" Indira sempat was-was, bisa makin pusing dia jika nanti harga sewa kos ikut naik gara-gara kunci pintu ini.
"Engga dong, ini kan penambahan keamanan. Jadi kalian ga usah khawatir, all in me."
Keduanya terkekeh, salut sekali Indira dengan ibu kosnya ini. Meski belum tua—masih 30 tahun— tapi Bu Sisca berhasil memiliki kharisma yang membuatnya sangat dihormati oleh anak-anak, termasuk Indira.
"By the way itu kucing dari tadi ngeong ngeong di dalem kucing siapa?" tanya Bu Sisca tiba-tiba.
Aduh, gawat! Bu Sisca sudah tahu soal kucing Indira. Sekarang Indira bingung harus jawab apa karena pasti beliau akan marah-marah.
"Eh... Itu, Bu. Anu... Soal kucingnya. S-saya izin pelihara, ya? Kasihan soalnya Bu, saya nemu di depan gerbang kemarin kehujanan jadi saya bawa."
* * *
Aneh betul, Bu Sisca yang sejak dulu tidak suka kucing tiba-tiba mengizinkan Indira memelihara si Ndut. Entah apa yang terjadi pada wanita itu, tapi setelah Indira memperlihatkan si Ndut, Bu Sisca langsung luluh dan memberi izin pada Indira untuk memelihara kucing di kamar kosnya. Dengan catatan ia harus menjaga kucing itu agar tidak mengganggu penghuni kos yang lain. Indira menyanggupi dan akhirnya ia dan Ndut bisa tenang sekarang.
"Kamu tuh, ya. Aura kucing kamu keknya keren banget deh, Ndut. Masa iya Bu Sisca yang dari dulu ga suka kucing, jadi elus-elus kamu." Indira mengobrol lagi dengan Ndut yang berada di gendongannya. Keduanya kini berada di depan kos dimana Indira tengah mensetting password untuk smart door lock di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [Amanda - Indira]
FanfictionKucing aku kucing jadi-jadian! Another mandira fanfic ©Heroeslegacy_