Satu lagi hari yang melelahkan hampir selesai. Hujan gerimis membasahi bumi yang beberapa hari ini terasa sejuk karena cuacanya yang dingin. Padahal baru memasuki pertengahan bulan Agustus, tapi sepertinya hujan dan segala sendunya datang lebih cepat tahun ini.
Seorang gadis berjalan sedikit terburu-buru menembus hujan. Dengan tas selempang putih yang ia pakai sebagai penutup kepala, ia berlari melewati jalanan kompleks yang tergenang air di beberapa sudut. Tidak ia pedulikan celana jeans-nya yang basah, apalagi sepatunya, yang ia inginkan adalah segera sampai di rumah indekos dan beristirahat disana.
Akhirnya, ia sampai. Si gadis ngos-ngosan dengan hati yang menggerutu karena tubuhnya basah dan rambutnya lepek. Sejenak ia memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang berada di dekat halaman kos—dimana menjadi tempat parkir penghuni kos juga.
Namanya Indira, mahasiswa semester satu yang baru saja selesai masa ospek 3 bulan lalu. Ya, sudah hampir satu semester ia lewati tapi dirinya masih belum bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sedikit sulit memang menjadi manusia berkepribadian introvert.
"Loh, Kak Dira? Kehujanan lagi, Kak?" Suara seorang gadis tiba-tiba membuat Indira menoleh. Ia sedikit terkejut karena tadi masih asyik memejamkan mata sambil menghilangkan rasa capai.
Gadis yang memanggil Indira tadi berdiri di samping bangku, menatap hujan yang turun dari genting dan menghantam lantai.
"Iya, Des. Tadi lupa bawa payung."
Daisy hanya mengangguk sambil tersenyum. Sudah ia duga, Indira selalu saja lupa membawa hal-hal sepele yang sebenarnya penting.
Bicara soal Daisy, ia adalah tetangga kos Indira yang tinggal di lantai bawah, sedangkan Indira sendiri berada di lantai dua. Daisy dan saudara kembarnya—Dena, sudah seperti sahabat bagi gadis pemeran utama kita hari ini. Meski terpaut dua tahun, tapi mereka sudah akrab bahkan bisa dibilang Daisy dan Dena adalah dua dari sedikit sahabat yang Indira punya.
"Oh iya, Kakak mau indomie? Si Dena lagi buatin kita indomie kuah di dalem."
Tawaran Daisy cukup menggiurkan. Apalagi cuaca hujan seperti ini, indomie kuah yang dibuatkan orang pasti akan terasa begitu nikmat. Tapi sebelum Indira memberikan jawaban, matanya tiba-tiba tertuju pada sesuatu yang muncul dari gerbang.
Seekor kucing yang menembus hujan, dengan lemas mencari tempat untuk berteduh.
"Eh, Des...itu kucing siapa?" Indira langsung berdiri, ia menatap kucing berwarna hitam dengan corak abu-abu di bulunya itu. Daisy lantas melihat apa yang Indira maksud, matanya menyipit karena hujan semakin deras dan karena intensitasnya jarak pandang Daisy jadi berkurang.
"Kucing siapa ya, Kak? Kasian ujan-ujan gitu. Eh... Kak Dira?!"
Daisy terkejut saat Indira tiba-tiba melempar tasnya ke bangku dan berlari menembus hujan, lagi. Gadis itu menghampiri si kucing dan kali ini sudah dipastikan tubuhnya akan basah kuyup karena hujan yang deras.
"Kamu ngapain hujan-hujan, heh? Kucing siapa kamu?" Kucing itu lantas mengeong dengan suara pelan dan bergetar. Indira tidak mempedulikannya sekejap, ia langsung menggendong kucing itu dan membawanya kembali menghampiri Daisy.
"Tuhan, kasihan banget kamu, Pus." Daisy ikut mendekat. Indira dan si kucing basah kuyup, sampai-sampai tetesan air membasahi bangku dan lantai. Melihat itu, Daisy akhirnya memberi saran untuk membawa kucing tersebut ke kamar dan Indira segera mengeringkan diri. Karena kalau tidak, resiko akan menghampiri keduanya. Antara Indira sakit, atau kucing itu yang akan mati.
Indira mengiyakan, ada benarnya juga ucapan Daisy. Ia akhirnya pamit dan membawa kucing itu bersamanya.
"Eum, nanti aku sama Dena ke atas ya, Kak! Buat indomienya!" Indira mengiyakan saja saat ia sudah menaiki tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [Amanda - Indira]
FanfictionKucing aku kucing jadi-jadian! Another mandira fanfic ©Heroeslegacy_