Sore hari itu Lia memutuskan untuk mengakhiri harinya lebih cepat. Ia ingin segera pulang ke apartemen dan beristirahat sepanjang sisa hari tanpa melakukan apapun.
Entah kenapa hari ini terasa lebih berat dari biasanya. Ia harus berpikir tentang kuliahnya, masalah Indira, dan ini lagi dibuat sebal dengan sikap Jesslyn. Apalagi dengan tidak adanya keberadaan gadis itu selama beberapa hari ini cukup membuat Lia keteteran. Biasanya ia apa-apa dengan Lyn, dan sekarang ia sendiri, rasanya seperti ada sesuatu yang hilang darinya.
"Astaga, Tuhan. Aku gamau hari ini ada di kalender lagi," keluhnya saat keluar dari lift. Apartemennya ada di lantai 10 dan itu semakin membuatnya tidak sabar untuk segera membuat cokelat panas lalu bersantai di balkon menikmati sunset kota yang akhir-akhir ini polusinya berkurang.
"Aku pulang..." gumam Lia saat ia masuk ke dalam kamar apartemen, meski ia tinggal sendiri ia selalu mengucap salam karena sudah terbiasa jika di rumah orang tuanya, sejak kecil.
"Selamat datang..."
Ia yang tengah membuka sepatu langsung berjingkat saat mendengar seseorang membalas salamnya. Lia menatap ke arah sofa dan seketika bernapas lega ketika melihat Lyn yang duduk disana.
"Kaget gue, Jess. Kirain setan." Lia berjalan masuk dan mendekati si gadis penyusup. Sementara itu Lyn tersenyum padanya seakan tidak merasa bersalah sudah membuat Lia hampir jantungan.
"Udah disini aja lu. Kapan balik?" Lia ikut duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya seketika, matanya terpejam merasakan bagaimana nikmatnya sensasi dari hal sederhana ini.
"Tadi siang. Gue langsung kesini karena pengen ketemu sama lo." Tidak heran, Lyn tahu password pintu apartemen si gadis karena sering bermain kesini.
Mata Lia terbuka satu dan melirik Lyn ketika mendengar ucapannya, "hm, tumben. Kangen ya lo?"
Gadis itu sudah bersiap menutup telinganya karena tahu setelah ini Jesslyn akan menjawab dengan ngegas dan denial. Tapi diluar dugaannya, Lyn justru tersenyum lagi padanya dan memejamkan mata mengikuti posisi tubuhnya yang bersandar di sofa.
"Iya."
Ada yang aneh, Lia merasa ada yang tidak beres dengan Jesslyn. Ia bahkan sampai terbangun dan menatapnya dengan mata serius, "lu kenapa dah, Jess? Ada masalah, kah?"
Yang kali ini benar-benar diluar dugaan Lia, sedetik setelah ia bertanya pertanyaan itu, Lyn mengangguk dan setetes air mata turun melewati wajah sampingnya.
"Jess? Kamu nangis? Kenapa, hey?" Lia langsung reflek memeluk gadis itu dan membiarkan Lyn mengalungkan tangan ke lehernya. Ia merasakan gadis itu menangis tapi tanpa suara, hanya sesenggukan dan tubuhnya yang beberapa kali bergetar. Tidak bisa Lia bayangkan masalah apa yang melukainya sampai seperti ini.
Gadis itu akhirnya meluapkan semua, di pelukan Lia ia bercerita. Bagaimana sekarang ia bingung akan hidupnya sendiri, bagaimana dunia terasa begitu tidak adil padanya dan orang yang Lyn cinta.
"Aku harus nemuin adek aku, Rel."
* * *
"Ga ya, ga ada kamu ikut kelas aku lagi, Man."
Astaga, wajah cemberut Indira benar-benar membuatku semakin senang untuk menggodanya. Gadis itu berjalan dengan langkah kesal menyusuri lorong bersamaku yang terus mengikutinya kemana-mana.
"Yah, terus aku ngapain, dong? Ga kasian sama aku emang? Aku ntar gabut, Dir."
"Bodo amat, ga peduli, itu kan urusan kamu."
Aku terkekeh, tingkahnya saat sedang marah ternyata menggemaskan sekali. Dan entah kenapa pagi ini Indira terlihat begitu kesal padaku, mungkin karena perkara kemarin, tapi aku tetap saja menggodanya dan menambah rasa kesal di hati gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [Amanda - Indira]
FanficKucing aku kucing jadi-jadian! Another mandira fanfic ©Heroeslegacy_