11. Pewaris Takhta

1.3K 182 11
                                    

"Harus banget kah, Man?" Indira mendengus kesal sambil melirik ke meja sampingnya, dimana Amanda duduk santai disana dan terlihat excited dengan apa yang akan mereka lakukan.

"Kenapa sih? Ga boleh emang aku ikut kelas?"

"Kamu kan bukan anak kelas sini, Manda!" Suara Indira memang terdengar pelan, tapi semua kalimat yang ia ucapkan benar-benar penuh penekanan. Dan hal itu justru membuat Amanda terkekeh melihatnya.

"Ah elah, Dir. Ga kasian apa liat aku sendiri di kosan. Gabut banget aku ntar."

"Iya, tapi ga ikut kelas aku juga, Man—"

"Selamat pagi." Belum sempat Indira selesai berdebat dengan Amanda, dosen yang mengampu kelasnya pagi ini datang. Seluruh siswa membalas sapaan beliau, tapi perhatian pria paruh baya itu langsung tertuju pada Amanda. Ya siapa yang tidak memperhatikan gadis itu? Di dalam kelas tapi mengenakan jaket varsity oversize, topi, dan mukanya tertutup masker.

"Ngapain kamu pake masker di kelas?" tanya beliau. Amanda yang langsung diperhatikan seisi kelas langsung melepas maskernya dan tersenyum pada semua orang. Sementara Indira hanya bisa menutup mukanya dengan tangan kanan karena tidak habis pikir sekaligus malu dengan kelakuan gadis ini.

Dosen itu langsung mengerutkan keningnya karena seperti tidak pernah bertemu dengan mahasiswa satu itu, "siapa kamu? Kok Saya kaya ga pernah lihat?"

"Eum... Saya Amanda, Pak. Ngulang matkul disini."

Indira menatap gadis itu tidak percaya, "Man?!"

"Oh, yang semalem chat Saya, ya?"

Amanda bingung, Indira juga bingung, tapi gadis itu mengangguk saja menjawab pertanyaan sang dosen.

"Yaudah, kita mulai kelas hari ini."

* * *

"Abis ini gausah ikut kelas deh kamu," ucap Indira kesal ketika ia datang dan membawa satu nampan berisi dua piring siomay dan dua gelas es teh.

"Ya emang napa sih, maniezzt? Marah-marah mulu perasaan. Mending mah makan siomay, lama ga makan siomaaay." Amanda terkekeh tanpa dosa, ia mengambil satu piring siomay itu dan menunggu Indira duduk di sampingnya sebelum ia makan.

"Ya kamu itu attention seeker banget, Manda! Udah tau dirinya aneh, semua orang liatin kamu terus tadi gara-gara jawab kuis dosen mulu." Amanda semakin tertawa mendengar Indira mendumel, ia tidak tahu kalau keberadaan dirinya akan semenarik perhatian itu di kelas tadi.

"Ya aku kan cuma jawab, Dira. Abis temen-temen kamu ga ada yang mau jawab juga, yaudah dong. Lagian kucing kamu ini jenius, tau." Alibi Amanda cukup kuat, Indira ingin berdebat dengannya lagi namun tiba-tiba Lia datang dan duduk di depan mereka dengan wajah yang nampak tidak baik-baik saja.

"Ci? Kenapa?" tanya Indira yang heran. Amanda menyikut lengan gadis di sampingnya dan memberi kode yang seakan bertanya 'dia siapa?'

"Ci Lia, temenku. Yang dulu bawa kamu ke dokter," bisik Indira sepelan mungkin agar Lia tidak mendengarnya. Amanda mengangguk, ia ingat gadis ini namun tidak ingat namanya.

"Lu tau ga sih, Dir? Si Jesslyn Jesslyn itu kan kemaren bilang mau ke Bali. Gue kira ngapain ya, liburan kek, atau apa gitu. Taunya bokapnya meninggal, gila banget kita ga dikasih tau."

Indira tentu langsung terkejut mendengar berita dari Lia barusan, "hah?! Serius, Ci? Kemaren itu?"

"Bukan, yang dulu pas kita ketemu sama Ella itu, loh. Dia ke Bali karena bokapnya meninggal. Terus sekarang katanya ada urusan penting gatau apa."

Crescent Moon [Amanda - Indira]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang