"Aku kira kamu udah tidur."
Senyuman Indira merekah ketika ia keluar dari gerbang kos karena seorang lelaki dengan motor KLX menunggunya di depan.
"Belum, tadi ada temen main terus baru pulang. Jadi ya gitu, deh, belum tidur aku."
Lelaki itu mengangguk, ia memegang tangan Indira sekejap dan memandanginya, "yuk, udah siap, kan?"
"Udah, ayo."
Dengan itu Indira pergi bersama sang lelaki meninggalkan kos-nya. Hingga tanpa ia sadari, ada seseorang yang melihatnya bersama lelaki itu sejak tadi.
Jalanan kota terasa sedikit sepi malam ini, padahal langit sedang cerah-cerahnya, bahkan bulan sabit juga terlihat menghiasi langit. Sepertinya karena besok hari senin, maka dari itu orang-orang lebih memilih untuk mengisi energi demi menyambut esok hari.
Kecuali Indira. Ia dengan nekat menerima tawaran Vero yang tiba-tiba mengajaknya untuk pergi keluar di jam 9 malam. Entah karena apa, tapi ia percaya kalau semua akan baik-baik saja karena besok ia hanya ada kelas siang dan tidak ada tugas yang menunggu untuk dikerjakan.
"Kamu suka main malem gini ga, Ra?" tanya Vero. Angin yang menghempas keduanya berhasil meredam suara sang lelaki hingga terdengar samar-samar di telinga Indira.
"Apa? Aku ga denger."
"Kamu suka main malem kaya gini apa engga, Indira?"
Baru saat kedua kali Vero mengatakan itu, Indira paham. Ia kemudian menggeleng dan menjawab kalau ia tidak suka main keluar sendiri, kecuali bersama sahabatnya atau anak-anak kos.
"Kalo gitu aku ajak kamu ke tempat yang indah gimana? Mau?"
"Hah? Dimana?"
"Udah liat aja nanti."
Vero akhirnya membawa Indira ke suatu tempat, cukup jauh motor itu membawa keduanya. Indira tidak pernah mengenal daerah itu dan sepertinya juga bukan tempat yang ramai atau area hiburan.
"Nah, udah sampe. Turun, Ra." Vero melepas helmnya, bersamaan dengan itu Indira turun dan ia melihat ke sekeliling. Tempat indah yang tadi Vero katakan adalah sebuah bangunan berlantai 3 dan sepertinya di dalam sana cukup ramai orang.
"Tempat apa ini, Ver?"
"Ayo, masuk."
Vero menarik tangan Indira untuk masuk ke dalam. Segera setelah keduanya melewati pintu utama, Indira tahu kalau ini bukan tempat yang baik untuk dirinya berada.
"Kenapa ngajak aku kesini sih, Ver? Aku gamau, kita pulang aja." Indira mulai was-was, ini pertama kali ia masuk ke sebuah club malam dan baunya benar-benar membuat Indira pusing.
"Udah terlanjur kesini, sayang kalau ga have fun, Ra. Ayo." Vero mulai mengintimidasi gadis itu. Ia menarik tangan Indira dengan kuat bahkan mulai terasa sakit di pergelangan tangannya.
"Ga mau, Ver! Aku mau pulang, lepasin!"
"Ga! Lo harus ikut gue atau nyawa lo habis sama gue disini. Nurut aja lo!" Vero berubah, Indira tidak menyangka lelaki yang menjadi crush-nya di kampus ternyata sejahat ini.
Lelaki itu menarik Indira, membawanya ke lantai dua dan berjalan menyusuri koridor yang penuh dengan pintu-pintu. Suara dari dalam setiap kamar benar-benar membuat Indira merasa takut, apakah ia akan berakhir dengan buruk di salah satu bilik disini seperti mereka?
Vero membuka sebuah pintu, Indira kemudian dibawanya masuk dan di dorong ke sebuah ranjang hingga gadis itu tergeletak disana.
"Vero, stop, Ver! Kamu mau ngapain?!" Indira berusaha berontak, tapi tiba-tiba lelaki bajingan itu menindih kaki si gadis dengan lutut hingga Indira tidak bisa bergerak banyak. Disaat yang bersamaan, Vero mulai membuka jaket dan kancing celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [Amanda - Indira]
FanfictionKucing aku kucing jadi-jadian! Another mandira fanfic ©Heroeslegacy_