Udara hangat menyelimuti kedua tubuh yang berkeringat di atas kasur single berukuran XL. Keduanya masih menggeliat, berpegangan tangan, menggenggam jemari, dan saling mencumbu untuk pergi ke nirwana bersama lagi, dan lagi.
Entah sudah ke berapa kali mereka terbang, tapi rasanya mereka tidak ingin malam ini berakhir. Meski dengan keadaan lemas, Indira masih berusaha mengimbangi permainan Amanda yang terus menerus memberinya kasih dan nafsu di saat yang sama.
"Ahh... Manda..."
Gadis itu sudah tidak kuat lagi bereaksi lebih, hanya tangannya meremas sprei yang berantakan, dan matanya terpejam ketika merasakan getaran itu lagi.
Amanda tahu gadis itu sudah lelah, ia kemudian memberinya waktu sendiri, namun bibirnya masih asyik menciumi perut Indira hingga ke pusar, turun, lalu membersihkan sisa cinta mereka disana. Ah, Indira menggigit bibir bawahnya karena Amanda memberi stimulasi lagi dan lagi.
"Manda, aku udah ga kuat... Keknya aku udah ga bisa lagi...," ucap Indira dengan napasnya yang tidak teratur. Gadis yang ada di bawah sana paham, ia kemudian bangkit dan tersenyum melihat Indira yang masih berusaha menangkap oksigen.
Amanda kemudian menyusul gadis itu untuk tiduran di sampingnya, dengan lembut ia mengangkat kepala Indira dan menyelipkan lengan kirinya di bawah kepala gadis itu.
Sekilas mata Amanda melihat jam di ponsel Indira yang menyala karena ada notifikasi pesan dari operator, "jam 3 pagi?" gumamnya. Astaga, lama sekali ia bermain dengan Indira. Dan sudah selama ini tapi Amanda masih merasa ingin lagi. Tapi mau bagaimana? Indira sudah lelah.
"Manda?"
"Iya, Dira?" Indira tanpa sadar memeluk pinggang Amanda dan membuat mereka semakin rapat.
"Kamu pernah ngerasa takut, ga?" tanya Indira dengan volume suara yang pelan.
"Hm?" Gadis yang ditanya itu mengangkat alis kirinya, "Kamu lagi takut? Takut kenapa, Dira? Sini cerita sama aku."
Indira semakin menenggelamkan wajahnya ke dada Amanda, membuatnya sedikit engap tapi entah kenapa itu terasa nyaman dan hangat.
"Engga, aku cuma..." Indira menggeleng, "aku cuma takut sama semuanya."
"Semuanya itu apa?"
"Ya semuanya, Man. Aku takut soal Vero, hari ini aku dapet anceman dari orang dan aku tau mereka itu orang-orangnya Vero."
Mata Amanda langsung membulat, ia melepaskan pelukannya pada Indira dan memaksa untuk menatapnya, "siapa yang ngancem kamu?! Kamu diapain?! Tapi kamu gapapa, kan?"
Indira tersenyum getir, ia menggeleng dan kembali merangsek ke dekapan Amanda seperti semula, "aku gapapa, Manda. Mereka cuma cewek-cewek yang suka sama Vero, dimanfaatin keknya sama dia."
"Tapi kamu bener gapapa, kan?" tanya Amanda lagi, untuk memastikan.
"Uhum," Indira mengangguk kecil.
Amanda kemudian memilih untuk tenang, bisa-bisanya dia tidak tahu Indira dirundung padahal ia tengah berada di kampus juga. Gadis itu mengusap-usap bagian belakang kepala Indira lembut, "aku juga ada takut."
Indira tiba-tiba mendongak, menatap Amanda seakan memintanya untuk bercerita, "iya kah? Kamu takut apa, Man?"
"Dulu, waktu aku jadi kucing di jalanan, aku takut banget dikawin sama pejantan birahi. Hiii!" Amanda bergidik untuk menambah drama di ceritanya.
"Hah? Perkosaan, dong?"
"Ya gitu, deh. Terus kan serem ya katanya kalau kucing kawin itu anunya berduri, Dir. Bayangin aja aku digituin, apa ga nangis kejer aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [Amanda - Indira]
FanfictionKucing aku kucing jadi-jadian! Another mandira fanfic ©Heroeslegacy_