Hari ini adalah hari penentuan. Kasus Indira naik ke pengadilan setelah hampir satu bulan Cio membantu memproses pengaduan ke kantor polisi.
Semua sudah siap, meski kemungkinan mereka menang tidak besar, tapi Cio yakin akan ada celah. Semua berkas dan saksi sudah ia siapkan, sisanya akan ditentukan nanti saat persidangan.
Hari ini apartemen Lia menjadi basecamp tim Indira untuk berkumpul sebelum mereka pergi ke gedung pengadilan. Semua orang ada disini, Lia, Lyn, Ella, Callie, dan Raisha juga ikut. Cio tadi datang bersama mama Lyn, dan menyusul Dr. Julie beberapa menit kemudian.
Sementara itu, Indira yang berada di kamar tamu apartemen Lia malah kebingungan sendiri. Ia bahkan belum mandi padahal satu jam lagi mereka akan berangkat. Gadis itu celingukan, melihat ke sekeliling kamar seakan mencari sesuatu. Entah karena kantung matanya yang membuat pandangan Indira sedikit blur, atau memang ia sejak tadi tidak melihat Ndut dimanapun.
"Ndut? Kamu dimana?"
Semuanya sudah menunggu tapi Indira tidak kunjung keluar juga sejak pagi. Lia pun berinisiatif untuk menyusulnya, gadis itu mengetuk pintu dan sebelum Indira menjawab ia membukanya.
"Lah, belum mandi lu, Dir? Ayo, ih! Udah ditungguin sama yang lain!" Indira langsung mendongak saat tengah mengintip ke bawah kasur. Ia melihat cicinya itu menatapnya kesal, dengan dua tangan yang berkacak pinggang.
"Bentar, Ci. Ndut ilang, aku ga liat dia dimana-mana." Lia mengerti keresahan Indira tapi ini bukan saat yang tepat.
"Ya paling lagi dimana dia, ga mungkin juga keluar apart. Dah sana siap-siap! Lu tuh mau ke pengadilan hari ini, malah santai-santai aja." Indira menurut saja, ia lantas pergi ke kamar mandi dan bersiap.
"Mana anaknya, Rel?" tanya Lyn saat melihat Lia keluar dari kamar Indira seorang diri.
"Baru mandi dia, Jess."
"Lah? Baru mandi? Daritadi ngapain aja, dah?"
"Nyariin Ndut, katanya ilang."
"Lah? Ilang kemana?" tanya Lyn.
Lia menghela napasnya kesal, "ya gue gatau, kalo tau ilang dimana ya pasti ga bakal dicariin juga."
"Yaudah, ntar juga balik. Paling jalan-jalan dia," ucap Lyn.
Beberapa menit setelah itu akhirnya Indira keluar. Ia sedikit terkejut saat melihat banyak sekali orang di apartemen Lia sekarang.
"Eh, sini duduk dulu. Om Cio mau ngomong sesuatu, briefing dulu, briefing."
* * *
Jam 10 pagi, gedung pengadilan kota terlihat sedikit ramai. Saat Indira turun dari mobil, ia langsung melihat ada segerombolan gadis yang menatapnya dengan mata sinis.
"Ngapain mereka liatin kita begitu?" tanya Callie yang berdiri di samping Indira.
"Mereka yang dukung Vero," jawab Indira pelan. Sebisa mungkin ia tidak ingin membuat kontak mata dengan mereka.
Callie yang mendengar itu langsung mengerutkan dahinya bingung, "dih? Ada juga yang belain cowok red flag kaya dia? GWS, dah."
"Tenang aja, Kak. Kalau ada yang berani macem-macem ke Kakak bakal aku beresin," ucap Raisha yang mendengar obrolan Indira dengan kakaknya barusan. Callie biasanya tidak suka Raisha sok jago seperti ini tapi untuk sekarang ia akan mendukung adiknya.
"Bener, gausah takut. Lo bener kok, Dir. Banyak yang dukung lo." Ucapan kakak beradik itu entah kenapa bisa membuat Indira merasa sedikit lebih tenang, tadinya ia merasa gugup sekali saat hendak menuju ke persidangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [Amanda - Indira]
FanfictionKucing aku kucing jadi-jadian! Another mandira fanfic ©Heroeslegacy_