07. J

1.2K 187 16
                                    

"Bolos kuliah 4 hari, ga ngabarin sama sekali, dichat ga dibales, ditelepon ga diangkat. Lu ada masalah apa dah, Dir?" Lia berkacak pinggang saat ia baru saja memasuki kamar kos Indira. Lyn yang datang bersamanya hanya bisa diam, karena memang sejak beberapa hari yang lalu keduanya khawatir dengan Indira yang tidak bisa dihubungi.

"Kalo ada apa-apa tuh cerita ya, anjir. Jangan main ngilang aja!"

"Rel, udah. Gausah pake emosi gitu kenapa, sih?"

Lyn memukul bahu Lia dan berjalan mendahuluinya. Ia mendekat ke arah Indira yang hanya bisa berdiri dan menunduk menatap kaki-kaki mereka.

"Kenapa ga masuk kuliah, Dir?" tanya Lyn dengan nada santai. Ia tahu Indira sedang tidak baik-baik, saja dan memarahinya bukanlah langkah yang tepat. Namun meski begitu, Indira masih memilih diam, ia tidak tahu harus menjawab apa pada dua gadis itu. Maksudnya, tidak mungkin ia cerita kalau hampir diperkosa dan kucingnya ternyata manusia.

"Dir?"

"Dira, lo beneran ga mau cerita?" Baik Lyn maupun Lia benar-benar beraksi seperti kakak Indira sekarang. Entah kenapa juga keduanya seperti itu, tapi Indira seakan sudah menjadi sosok adik di kehidupan mereka.

"A-aku..."

Mungkin tidak apa-apa jika dia cerita. Lagipula, Lyn dan Lia pasti akan membantunya. Tapi bagaimana soal Ndut? Apa mereka bisa percaya?

Meong~

Ndut tiba-tiba datang dan berputar-putar disela-sela kaki Indira, ia mengeong-ngeong seakan memberi tahu gadis itu untuk melakukan sesuatu. Ia pasti ingin Indira menceritakan semua pada dua cici-cici itu.

"Kamu kenapa, hm?" Lyn menggendong Ndut karena sejak tadi fokus Indira hanya pada si kucing yang berkeliling di kakinya.

"Aku... hampir diperkosa, Ci."

* * *

"Anak anjing! Bangsat emang si Vero itu, Jess!"

Bukan Lia jika tidak emosi ketika mendengar berita seperti ini. Apalagi ini menyangkut Indira, sahabatnya sendiri. Lyn juga merasakan hal yang sama, ia marah namun untuk sekarang gadis itu memilih untuk diam.

"Kenapa lu ga bilang sama kita kemaren-kemaren, Dir?" tanya Lyn. Ia tahu Indira pasti memiliki alasan, tapi dengan diamnya Indira pada masalah seperti ini justru akan membuat semua makin rumit.

"A-aku gatau gimana cerita ke kalian, Ci," jawabnya sambil menunduk dalam.

Lia mengusap kasar wajahnya, ia berusaha untuk tenang dan berpikir hal apa yang harus mereka lakukan sekarang.

"Tapi dia ga sampe ngelakuin itu, kan?" tanya Lyn lagi. Indira menggeleng sebagai jawaban.

"Kok bisa? Kamu katanya pingsan?"

Indira terdiam sejenak, ia lantas melirik ke arah Ndut yang sejak tadi melihatnya dimarahi oleh dua cici-cici ini. Tidak mungkin ia cerita kalau Ndut datang dan menghajar Vero malam itu, bahkan Ndut juga yang menggendongnya pulang sampai ke rumah. Lyn dan Lia tidak akan percaya.

"A-ada yang nolongin aku, Ci."

"Siapa? Kita bisa minta orang itu buat jadi saksi, ya kan, Jess? Dia saksi kunci." Lyn mengiyakan. Meski tidak ada CCTV, jika ada kesaksian yang kuat mereka bisa menjebloskan Vero ke penjara.

Namun Indira kembali terdiam, bagaimana caranya memberitahu dua gadis ini kalau Ndut lah orangnya?

"Dir? Lu inget ga siapa orangnya?" tanya Lia. Indira perlahan menggeleng, memilih untuk tidak mengatakan apapun tentang Ndut.

Crescent Moon [Amanda - Indira]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang