السلام عليكم
Gimana nih kabarnya temen-temen semua? Masih setia nungguin cerita ini update?
Maaf sekali kalau author ini sangat ngaret nge update ceritanya, karena sedang sibuk bikin laporan PKL!
Do'ain semuanya lancar ya gengs kuh....
Yaudah gausah banyak ngobrol mending langsung baca aja yukk
Happy Reading anak-anakku!
•••🐣•••
Dengan telaten Gus Ibra memasukkan koper-koper besar milik Khadijah kedalam mobilnya. Hari ini dia akan memboyong Khadijah setelah mereka berdua resmi menjadi suami-istri kemarin. Barang-barang Khadijah ini seperti perempuan pada umumnya. Bahkan gadis itu membutuhkan empat buah koper besar untuk menampung semua barang-barang yang akan dibawa ke rumah suaminya.
"Ingat apa kata Abah ya Nduk... jangan pernah ngebantah suami, nurut sama suami, jangan pernah keluar tanpa izin dari suami! Paham?" ucap Abah Zakaria.
Khadijah mengangguk. Gadis itu memeluk erat tubuh Abah Zakaria, dan Umma Aisyah. Walaupun Khadijah kerap sekali membantah nasihat kedua orang tuanya, tapi Khadijah tidak rela berpisah dengan mereka. Khadijah takut untuk menjalani kehidupan kedepannya tanpa orang tua.
"Jangan nangis dong... nggak malu diliatin Gus Ibra?"
Khadijah menggeleng cepat. Gadis itu masih setia memeluk tubuh Abah dan Umma. Badannya bergetar karena menangis. "Umma, sama Abah janji yaa sama Khadijah, jaga kesehatan terus, jangan lupain Khadijah... Hiks..."
Gus Ibra tersenyum melihat Khadijah yang tengah menangis dipelukan mertuanya. Nampak sekali jika Khadijah belum siap untuk berpisah dengan mereka. Tapi, mau tidak mau, rela tidak rela, ikhlas tidak ikhlas, Khadijah harus berpisah.
"Khadijah!" panggil Gus Ibra lembut.
Laki-laki itu menghampiri Khadijah yang masih setia berdiri ditempatnya. Tangan kekar itu menyentuh pundak Khadijah. Memeluknya dari samping, membuat sang empu reflek menjauhkan dirinya.
"Kan udah halal," bisik Gus Ibra mengingatkan Khadijah.
"Gus!" panggil Abah Zakaria.
Gus Ibra menoleh. "Dalem Abah," jawab Gus Ibra sambil mendekat.
Abah Zakaria memegang pundak Gus Ibra, yang sekarang sudah berstatus sebagai menantunya.
"Abah titip Khadijah ya? Jagain Khadijah sebagaimana Abah jagain dia dari kecil, kasihi dia, jangan pernah buat dia menangis karena sakit hati, kalau dia salah ingatkan baik-baik, jangan pernah sekalipun main tangan dengan Khadijah... dia putri kesayangan Abah, putri satu-satunya yang Abah punya. Tolong jaga dia baik-baik, bimbing dia menjadi perempuan yang lebih baik."
"Abah percaya sama kamu, makanya Abah serahin semua tanggung jawab Abah ke kamu!"
Khadijah semakin menangis mendengar tutur kata Abah yang begitu menyayangi dirinya. Dari Khadijah kecil, Abah tidak pernah bertindak kasar sedikitpun kepadanya. Beliau tidak pernah marah sekalipun Khadijah melakukan kesalahan besar. Beliau hanya akan menghela nafas panjang jika kelakuan Khadijah membuatnya sedikit kesal. Abah itu benar-benar sosok Ayah yang tidak semua orang miliki. Dan Khadijah, adalah perempuan paling beruntung yang memiliki seorang cinta pertama seperti Abah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Ibra My Husband
أدب المراهقينNikah muda sama sekali bukan tujuan hidup Khadijah. Apalagi menikah dengan seorang Gus pilihan Ayahnya. Rey Ibrahim El Malik. Seorang putra Kyai salah satu pondok pesantren terkenal. Laki-laki tinggi, dengan alis tebal, dan rahang kokoh. Pahatan waj...