"Mas minta maaf ya? Udah, jangan nangis terus..." Jari jemari Gus Ibra bergerak mengusap air mata Khadijah yang terus mengalir. Wanita muda itu masih saja menangis karena marah dengan Gus Ibra.
"Khadijah nggak suka kalau Mas Ibra perhatian sama cewek lain! Hiks... hiks..." ucap Khadijah disela-sela tangisnya. Wanita itu langsung memeluk Gus Ibra dengan erat. Membuat Gus Ibra hampir terhuyung ke belakang. Jika saya Pria itu tidak menyeimbangkan tubuhnya, sudah pasti mereka akan jatuh ke lantai dengan tidak aesthetic.
"Iyaa sayang, Mas minta maaf ya?! Janji deh, nggak akan perhatian sama perempuan lain lagi!" ujar Gus Ibra sembari mengusap kepala Khadijah yang terbalut hijab pashmina.
"Beneran?"
"Iya sayangku, cintaku, duniaku, bidadariku! Mas janji!"
Gus Ibra kembali mendekap tubuh mungil istrinya tersebut. "Udah, jangan nangis nanti matanya sembam. Mending kita packing buat pulang ya?!"
Khadijah mengangguk. Tidak terasa sudah satu minggu lamanya mereka berada di pesantren ini. Dan besok, waktunya untuk mereka kembali ke Jombang.
Gus Ibra mencium kening Khadijah sedikit lebih lama dari biasanya, kemudian melepaskan pelukan mereka. Dengan segera, Khadijah langsung bergegas mengeluarkan baju-baju yang berada di dalam lemari, untuk dipindahkan ke dalam koper hitam miliknya. Sementara Gus Ibra, pria itu dengan telaten membantu istrinya. Walaupun sedikit-sedikit mencuri pandang dan menikmati kecantikan yang dimiliki istrinya tersebut.
"Kalau keluar jangan make up yang berlebihan ya Dek!" pinta Gus Ibra dengan lembut.
Khadijah mengerutkan keningnya, wanita itu segera melirik ke arah kaca. Memperhatikan wajahnya yang hanya dipolesi riasan tipis. Lip balm, celak dan bedak.
"Emang ini terlalu berlebihan ya Mas?" tanya Khadijah.
"Nggak, Mas cuma ngingetin aja. Dari tadi Mas liat banyak santri putra yang merhatiin Adek..."
"Terus?"
"Mas cemburu."
Khadijah memutar bola matanya malas. Wanita itu melempar bantal yang ada di sebelahnya ke arah Gus Ibra, namun pria itu dengan cepat menghindar. Bukannya melarikan diri untuk menghindari serangan lebih lanjut, pria muda itu justru malah memeluk istrinya dengan erat.
"Mas tau, adek itu cantik banget! Kalau adek make up, maka kecantikan adek tambah berkali-kali lipat. Nah, kalau kecantikan adek tambah berkali-kali lipat, maka kecantikan dan pesona adek dinikmati banyak orang. Mas gamau itu terjadi. Mas pengen, kecantikan kamu hanya Mas yang menikmati. Hanya Rey Ibrahim El Malik aja yang bisa melihat keindahan dan pesona kamu."
Khadijah tersenyum manis mendengar ucapan Gus Ibra yang benar-benar indah itu. Namun dengan sekejap, ide jahil mulai muncul dari pikirannya.
"Sea lebih cantik dari adek loh, dia bule."
"Nggak, nggak ada yang bisa ngalahin kecantikannya Al Khadijah Nusaibah Balqis!"
"Ada!"
"Nggak ada! Kamu itu lebih cantik dari yang paling cantik!"
"Ad-"
"Nggak ada sayangku!"
Gus Ibra semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Khadijah, membuat wanita itu hanya bisa tertawa kecil mendengar ucapan suaminya barusan.
•••🌷•••
Sesuai perkataan Gus Ibra kemarin, mata Khadijah menjadi sembam karena menangis terus menerus. Alhasil, wanita itu memilih untuk menggunakan kacamata untuk menyembunyikan mata sembamnya. Banyak yang bertanya kepada Khadijah, termasuk Umi Fadhillah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Ibra My Husband
TienerfictieNikah muda sama sekali bukan tujuan hidup Khadijah. Apalagi menikah dengan seorang Gus pilihan Ayahnya. Rey Ibrahim El Malik. Seorang putra Kyai salah satu pondok pesantren terkenal. Laki-laki tinggi, dengan alis tebal, dan rahang kokoh. Pahatan waj...