16. Namanya Moana

538 44 3
                                    

Khadijah sedari tadi hanya diam saja. Menyimak pembicaraan Gus Ibra dengan teman-temannya yang tengah membahas rencana mereka untuk membantu merenovasi mushola pesantren yang terbakar tempo hari. Ingin rasanya Khadijah pergi keluar ndalem untuk menikmati udara Surabaya ini. Namun, Gus Ibra melarang. Katanya, Gus Ibra takut jika Khadijah hilang nanti. Apalagi, dia tidak kenal siapapun disini.

"Ning!"

Khadijah menoleh kearah wanita paruh baya yang memanggilnya. Dia tersenyum kemudian menaikkan kedua alisnya. "Kenapa Umi?" tanya Khadijah dengan lembut.

Gus Ibra, Gus Habibi dan Gus Kausar seketika diam mendengar suara Umi Fadhillah yang menghampiri mereka. Para laki-laki itu langsung menoleh dan tersenyum ke arah wanita paruh baya tersebut.

"Umi mau ke asrama putri, mau nge cek keadaan disana. Ning Khadijah mau ikut?" tawar Umi Fadhillah.

Khadijah mengangguk antusias. Dia langsung menoleh kearah suaminya, meminta izin untuk pergi bersama Umi Fadhillah ke asrama putri. Sementara yang di lihat hanya mengangguk seraya tersenyum lembut.

"Beneran boleh kan Mas?"

"Iya sayang, silahkan. Asalkan tetep sama Umi Fadhillah ya? Jangan pergi sendirian."

"Iya Mas Ibraa!"

Gus Habibi dan Gus Kausar yang notabene nya adalah jomblo fisabilillah, hanya bisa mengalihkan pandangan mereka. Tidak mau melihat kebucinan sepasang pasutri baru ini.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Khadijah dan Umi Fadhillah akhirnya pergi meninggalkan ndalem. Dua wanita itu langsung akrab setelah beberapa jam berkenalan. Bahkan bisa dibilang seperti sahabat lama yang bertemu kembali.

"Yang udah punya istri mah beda ya Bi, bucin terus."

"Iya, mana nggak tau tempat lagi. Emangnya nggak liat apa, di depannya ini ada dua jomblo fisabilillah!"

Gus Ibra tertawa mendengar ucapan dua temannya ini. "Makanya nikah, dasar bujang!"

"Yeee, nikah itu nggak segampang cari barang hilang Bra!"

"Kata siapa? Nih, contoh saya. Diem-diem nikah!"

"Itu mah kamu... kita mau nikmatin masa muda dulu kaliii."

•••🌷•••

"Maksud lo apa kaya gitu? Kalau lo ngelakuin gue dengan baik, gue nggak akan kaya gitu!"

"Apa lo? Lo pikir, lo cantik?"

Suara ribut-ribut itu membuat Khadijah menghentikan langkahnya. Wanita itu baru saja keluar dari kamar mandi, berniat untuk kembali menyusul Umi, namun suara teriakan dari mulut salah satu santriwati itu membuat Khadijah berhenti.

"Kamu jangan kurang ajar ya! Kamu itu anak baru, harusnya takut sama kami para senior!" ujar salah satu santriwati senior.

Gadis dengan hijab pashmina berwarna pink pastel itu menatap tajam senior tersebut. "Lo aja kurang ajar sama gue! Senior kok gitu, lo pikir lo berdua artis?!"

Gadis dengan mukena putih besar itu langsung menyabet santriwati berhijab pashmina tersebut dengan sajadah miliknya. Suasana menjadi semakin ramai, seperti menonton pertandingan bola. Melihat tidak ada yang melerai pertengkaran tersebut, Khadijah langsung beranjak dari tempatnya.

"Astaghfirullahalazim, ada apa sih ini? Kenapa ribut-ribut?!" tanya Khadijah menerobos kerumunan.

"Ini nih Mbak, ada santriwati baru yang nantang Mbak Salma. Jadi ribut deh!"

Gus Ibra My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang