4 Takdir Mempertemukan

1.3K 157 37
                                    

4 Takdir Mempertemukan

"Hati-hati Hero!" Diandra memandangi putranya yang sedang bermain perosotan di playground sebuah mall. Baru dua hari sembuh dari sakitnya, balita itu sudah merengek meminta bermain dan berjalan-jalan. Karena Diandra juga sudah bebas dan tidak lagi bekerja, jadi ia menuruti apa yang putranya inginkan.

Diandra juga menatap cincin yang kini menempel di jari manisnya. Cincin yang Aiden berikan setelah mereka melakukan penikahan secara siri. Diandra mengusap airmatanya dan berusaha menahannya agar tidak terjatuh lagi. Menjadi simpanan seseorang hanya demi materi, adalah hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Diandra merasa bersalah pada dirinya sendiri, Ryo, juga kepada putranya. Apalagi, dia dan Aiden juga telah melakukannya. Hal itu, berkali-kali! Dia benar-benar menjadi orang yang sangat buruk.

Entah apa yang akan Hero pikirkan nanti, saat Aiden meninggalkannya setelah sang adik lahir. Aiden membawa pergi adiknya sesuai kesepakatan, dan tak akan lagi peduli padanya seperti saat ini. Bahkan akan memutus komunikasi. Diandra benar-benar stress saat memikirkannya.

"Mama, aku mau ice cream!" Hero lalu menunjuk kedai ice cream yang kebetulan berada di sebrang tempat bermainnya.

"Hero sudah selesai belum, mainnya? Mama mau ajak Hero beli jaket baru. Sekarang lagi musim hujan, Hero pasti butuh!"

"Mama beli ice cream dulu!" Ujar Hero.

"Baiklah! Tapi habis ini makan ice cream dan mainnya selesai ya?"

"Oke!" Hero tersenyum manis, lalu kembali bermain. Diandra gemas sekali melihat perkembangannya yang begitu cepat. Diandra sangat bersyukur memiliki Hero di dunia ini.

Sesuai keinginan Hero, Diandra pun berjalan menuju kedai dan membeli sebuah ice cream cone rasa coklat. Salah satu rasa yang paling Hero sukai.

"Mas, pastikan ice creamnya tidak mengandung kacang ya?" Diandra memastikan. "Anak saya alergi!" Ujarnya menjelaskan, dan penjual ice cream itu mengangguk saja seraya tersenyum ramah.

Setelah ice cream pesanannya jadi, Diandra buru-buru menghampiri anaknya. Tapi karena terlalu bersemangat, Diandra tidak sengaja menabrak seseorang. Alhasil ice cream yang ia pegang mengenai pakaian orang yang di tabraknya, dan menjadikannya naik darah.

"Kamu buta ya? Lihat, baju anak saya jadi kotor!" Vera menegur Diandra dengan nada tinggi.

"Maaf, saya tidak sengaja!"

"Kamu tau harga baju ini? Dan apa kamu tahu kita mau ke acara penting apa? Ketemu siapa?"

"Saya tidak sengaja. Saya akan ganti rugi----"

"Memang kamu punya uang?" Sofia menatap Diandra dengan tatapan remeh. Ia merebut cone ice cream yang masih tersisa, lalu melemparkannya tepat ke wajah Diandra. "Ini baru impas!"

"Bukankah ini keterlaluan? Saya sudah minta maaf dan bersedia ganti rugi!"

"Tahu dirilah! Pakaian ini seharga ratusan juta! Dan lihatlah pakaian yang kamu pakai itu! Tas murahanmu! Kamu pikir kamu mampu?"

"Ini ada apa sih, ribut-ribut? Sofia sudah, jangan terlalu kasar!" Grezia, sang mertua melerai. Yusuf mengusap kepalanya dengan frustasi. Ternyata tidak di rumah saja mereka gemar membuat keributan. Di tempat umum pun, mereka tak melepas kebiasaanya.

"Papa dan suamimu sudah menunggu di acara. Sudahlah, ayo!" Vera menegur.

"Ma, ini hari ulang tahun pernikahanku! Tapi pakaianku kotor! Aku sudah bilang jangan adakan acara di gedung mall ini! Masih ada tempat lain! Gedung lain yang lebih mewah!" Sofia berteriak. "Ini gara-gara kamu! Dasar kampungan!"

My Obsession My MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang