"Papa!" Hero memeluk Aiden saat pria itu baru saja memasuki rumah. Pria kecil itu melompat ke gendongannya dengan antusias. "Papa tahu tidak, tadi mama di sakiti seseorang!" Adunya dengan tatapan yang seolah meminta perlindungan.
"Hmmmm? Disakiti?"
"Tante jelek dan jahat! Mama dilempar ice cream dan diteriaki! Aku lempar balik saja dia dengan mainanku!" Hero memberi tahu.
Aiden mengepalkan tangan. Jadi mereka benar-benar bertemu hari ini?
"Sudahlah Hero, Mama tidak apa!" Diandra menyahuti obrolan mereka.
"Papa harus membalasnya! Dia menyakiti mamaku!"
"Sudahlah Aiden, jangan dengarkan Hero! Itu hanya insiden kecil, lupakan saja. Lagipula aku yang salah, aku tidak sengaja menabraknya."
"Tapi tante itu jahat, Mama!"
"Hero sayang sekali ya, sama Mama?" Aiden memeluk anak itu dan mengecup pipinya. Aiden mengajak anak itu bicara dan mengalihkan pembicaraan. Bertukar cerita seru dilanjutkan dengan bemain bola di halaman belakang. Walau baru beberapa hari bersama, keduanya sudah tampak begitu akrab.
Aiden tidak pernah mengeluh dengan sikap Hero yang kadang terlalu manja dan nakal. Walau Aiden sangat dingin dan dominan terhadap Diandra, tapi Hero menjadi pengecualiannya. Aiden adalah sosok ayah yang baik dan hangat.
Setelah puas menemaninya bermain dan membuat Hero tertidur pulas, Diandra menghampiri Aiden yang tampak kelelahan seraya merebah di sofa. Ia membawa secangkir kopi dan sepotong kue buatannya. Diandra memang hobi sekali membuatkan bermacam-macam kue. Memiliki toko kuenya sendiri adalah cita-cita terbesarnya.
"Terimakasih sudah mengajak Hero bermain." Ujar Diandra.
Aiden menarik Diandra untuk duduk di pangkuannya setelah wanita itu meletakkan makanan itu di meja. Ia menatap wajah cantiknya dengan lekat, lalu mengusapnya dengan lembut.
"Jadi kamu dilempari ice cream seseorang?" Aiden mengecup pipinya.
"Aku yang menabraknya lebih dulu, dia tidak salah." Diandra mengalihkan pandangan dengan sangat gugup. Tumben sekali Aiden perhatian? Apa dia memiliki maksud terselubung?
"Wanita itu meneriakimu?"
"Sudah kubilang, aku tidak apa!"
Aiden merenung sejenak. Aiden bingung dengan pilihan antara memberitahu tentang Sofia atau tidak. Jika memberitahunya, Aiden takut Diandra merasa takut dan tak nyaman. Walau mereka tidak sengaja bertemu, tetap saja itu akan sangat canggung.
"Sebenarnya---" Aiden masih ragu-ragu untuk memberitahunya.
"Kenapa?"
"Tidak! Aku hanya khawatir!" Aiden langsung mengecup bibirnya, melumatnya dengan lembut dan hangat. "Apa sudah ada tanda-tanda kehamilanmu?"
"Kamu bercanda ya? Baru tiga hari berlalu."
"Benar juga, masih butuh banyak usaha!" Aiden mengangkat Diandra menuju kamar, lalu merebahkannya di ranjang.
"Kamu ingin melakukannya?" Tanya Diandra ketika pria itu melepas kemejanya. Bibir Aiden tersenyum mendengar pertanyaan dengan suara gagapnya yang menggemaskan.
"Kamu ingin?"
"Tidak!" Tolak Diandra dengan buru-buru.
"Aku tidak segila itu Di! Aku juga bukan seorang hyper! Aku hanya ingin memelukmu! Aku akan menginap, boleh kan?" Aiden ikut merebah di sampingnya, lalu memeluk Diandra erat-erat.
"Bagaimana dengan istrimu?"
"Aku sudah bilang jika ada lembur."
"Apa ini benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession My Mistress
RomanceBerawal setuju untuk menjadi simpanan Aiden, Diandra harus berurusan dengan berbagai masalah, termasuk dengan istri Aiden, Sofia. Belum lagi, Diandra juga mendapat teror misterius yang selalu hampir membuatnya celaka.