*Konten sedikit sensitif
"Jadi kamu punya simpanan?" Dean, kakak sepupu Aiden itu melongo mendengar pengakuannya. Mereka memang sudah sangat dekat sejak kecil, dan selalu berbagi rahasia kelam dalam hal apapun.
"Kakak tau keadaanya kan? Aku ingin punya anak! Aku ingin--- perhatian. Dia bisa memberikan itu." Aiden menyesap alkoholnya.
"Siapa wanita itu? Sudah berapa lama?"
"Belum lama, jalan sebulan. Dia karyawan yang salah nulis harga surat penawaran. Aku pernah cerita ke kakak, kan? Bisa dibilang, aku memanfaatkan dia."
"Kenapa tidak menceraikan Sofia dulu?" Dean kembali bertanya.
"Tujuanku dengannya hanya untuk punya anak, tidak lebih!"
"Yakin? Kamu baru saja berkata jika selain anak, dia memberimu perhatian. Dengan keadaan hatimu yang rapuh itu, apa iya kamu tidak jatuh cinta?"
"Aku juga bingung. Aku lelah dengan Sofia, tapi aku tidak tega menceraikannya. Aku ingin memutus hubungan dengan simpananku, tapi aku butuh dia akhir-akhir ini. Dia membuatku merasa menemukan sebuah rumah yang hangat." Aiden menjeda ucapannya, seraya kembali meminum alkoholnya.
"Pulang disambut dengan teriakan anak, makanan yang hangat, tempat cerita, itu keinginan sederhana yang aku impikan. Kakak mungkin tidak mengerti, karena kakak sudah mendapatkan itu semua sejak awal."
"Lalu ceraikan Sofia jika kamu memang sudah menemukan kenyamanan baru. Toh, selama ini kamu sudah berusaha mempertahankan. Jangan menyakiti salah satu, cepatlah ambil keputusan sebelum terlalu jauh!"
"Aku belum siap, Kak. Mental Sofia masih seperti itu. Apa iya aku harus meninggalkannya?"
"Dari pada kamu selingkuh di belakangnya? Suatu saat jika terbongkar, itu akan lebih menyakitkan dari sekedar menceraikannya."
"Aku menumpang sikat gigi!" Aiden bangkit berdiri menuju kamar mandi dan mengalihkan pembicaraan saat ponselnya berbunyi.
"Tumben?"
"Anakku menelfon, dia pasti menungguku untuk pulang dan makan malam bersama. Sebagai ayah, aku harus memberi contoh yang baik. Pulang dengan aroma alkohol itu tidak termasuk contoh baik! Oh iya, pinjam pakaian sekalian!"
"Kamu benar-benar gila, Aiden!" Dean menggeleng keheranan melihat tingkah sepupunya yang di luar nalar.
*****
Aiden duduk di sofa seraya memikirkan ucapan Dean beberapa saat lalu. Walau Aiden terlihat tidak peduli, sebenarnya hal itu menjadi beban pikiran terberatnya.
Aiden harus segera mencari tahu apa yang dia inginkan saat ini dan membuat keputusan. Aiden tidak mau jika segalanya akan bertambah rumit karena perselingkuhannya terbongkar.
Dean benar, tujuan awalnya bersama Diandra memang hanya untuk anak. Tapi setelah hampir sebulan bersama, Aiden menemukan kenyamanan yang lebih saat bersamanya. Aiden tidak mengerti apa itu cinta, atau sekedar kebahagiaan sesaat karena hatinya sedang terluka saat ini.
"Papa suka pedas, Ma! Kasih Papa saus yang pedas!"
"Iya, Sayang! Mama pisah dulu spaghetti untuk Hero!"
"Hero suka pedas kok!"
"Jangan aneh-aneh ya, nanti kalau perutnya sakit bagaimana?!"
"Orang Hero sudah besar! Kan sebentar lagi lulus TK!"
Suara Diandra dan Hero sayup-sayup terdengar dari arah dapur. Sepertinya Haro kembali berulah dan membuat ibunya marah.
Aiden pun bangkit dan segera menghampiri mereka. Ia menggendong bocah kecil yang wajahnya sudah cemberut disertai matanya yang berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession My Mistress
RomanceBerawal setuju untuk menjadi simpanan Aiden, Diandra harus berurusan dengan berbagai masalah, termasuk dengan istri Aiden, Sofia. Belum lagi, Diandra juga mendapat teror misterius yang selalu hampir membuatnya celaka.