*Birva si Pembully

5.7K 419 79
                                    

Sabtu dan Minggu menjadi hari paling menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa. Mereka bisa beristirahat dari padatnya kegiatan yang sering membuat pusing. Entah pekerjaan di kantor ataupun materi belajar di sekolah, semuanya sama, membuat sakit kepala kalau tidak ada liburnya.

Sabtu, pukul tujuh, keluarga Salsa dan Lian kini sedang berenang di halaman belakang. Semua anak-anaknya terus bermain air. Lian sudah selesai karena ia memulai berenang lebih dulu. Lian tahu kalau anak-anaknya sudah bergabung, renang yang seharusnya untuk olahraga akan menjadi kacau. Yang ada saling melempar air menggunakan tangan atau gayung yang anak-anaknya pegang.

Laki-laki itu sudah menepi, membilas dan mengganti bajunya. Begitu selesai, segera bergabung di Gazebo dengan Salsa.

"Minta tolong, Sa." Lian memberikan handuk pada Salsa. Meminta Salsa membantu untuk mengeringkan rambutnya.

"Sini majuan dikit." Pinta Salsa dan Lian menurutinya.

Duduknya berhadapan dengan menyilakan kakinya masing-masing. Lian sedikit membungkuk agar Salsa lebih mudah menjangkau rambutnya. Dengan pelan, Salsa mengeringkan rambut Lian.

"Besok minggu, mau jalan-jalan?" Tanya Lian.

"Ke mana?"

"Terserah ibunya aja, anak-anak pasti ngikut."

"Mau di rumah aja deh, takut capek. Kalo kamu mau jalan-jalan sama anak-anak nggak papa aku ditinggal aja."

Lian mengangkat kepalanya, menatap Salsa, "Kata Alin, Bilva sama Sekala nggak seru kalo nggak ada Ibu."

"Tapi kata Birva lebih seru nggak ada aku. Lebih bebas katanya dan semua serba boleh kalo sama ayah." Lian terkekeh melihat wajah Salsa yang cemberut.

"Dia mah emang suka ngelawak anaknya. Nggak usah didengerin sayang." Jelas Lian. Tangannya mengusap lembut kepala Salsa. Mencium dahinya lalu perut istrinya.

"Mau ya jalan sama anak-anak? Kan udah lama kita nggak pernah keluar berenam Sa. Nanti kalo hamil kamu makin besar malah makin susah buat keluar yang jauh."

"Mau deh, tapi ke Bali." Ucap Salsa dengan entengnya. Berharap kalau terlalu jauh pasti Lian akan menggagalkannya. Tapi,

"Boleh, kalo ke Bali berarti berangkat nanti siang ya. Aku ke dalam dulu mau cari-cari tiket pesawat sama penginapannya. Kamu di sini ya, aku nitip anak-anak." Jelas Lian. Mengecup bibir Salsa lalu segera menuju ke ruang kerjanya.

Salsa? Membulatkan matanya, melongo melihat Lian yang langsung mendengarkan dan menuruti apa maunya.

***

Sementara, di kolam renang, Alin sedang diajari oleh Sekala dan Bilva. Birva? Duduk di pinggiran dengan mulut yang terus berbicara, meledek Alin yang masih belum lihai berenang.

"Ihhh sudah besar masih belum bisa berenang." Ucapnya. Tubuhnya sudah menggigil tapi masih betah untuk merecoki adik dan kakak-kakaknya.

"Abang, Kakak, kalo Alin masih belum bisa tenggelamkan saja, merepotkan." Birva tertawa, padahal Sekala dan Bilva sudah menatapnya dengan datar. Alin? Wajahnya sudah ketakutan.

"Adik mending ke Mamica sekarang, itu kamu sudah kedinginan." Perintah Sekala tetapi Birva menggeleng, menolak.

Lalu Sekala dan Bilva kembali mengajari Alin. Dari semua anak-anak Lian, Alin memang belum pernah les renang. Sekala sudah bisa sejak umur tiga tahun, saat Salsa dan Lian masih bersama. Begitu pun Bilva dan Birva, saat hidup di Bali bersama Salsa dan Aro, mereka memang sudah pandai berenang.

"Tidak mau, adik mau lihat Alin. Dia serba tidak bisa."

"Adik diam kalau tidak mau kakak laporkan ke ayah." Ancam Bilva.

Sedekat Detak dan Detik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang