Family Time

4.4K 483 123
                                    

Sepasang suami istri dan kedua anaknya duduk berempat di balkon kamar. Menyaksikan gemerlap bintang dan satu bulan yang nampak utuh. Menciptakan nyaman bagi siapa saja yang malam ini sedang kehausan tenang.

Posisinya berjajar mulai dari Lian, Salsa, Bilva dan Birva. Tangan Salsa terus bergerak menyuapi suami dan kedua anaknya. Tak ada obrolan yang serius, mungkin karena mereka hanya ingin menghabiskan waktu bercanda ria dengan Salsa sebelum perempuan itu pergi untuk berlibur esok pagi.

"Ada yang mau nambah nggak?" Tanya Salsa. Isi piringnya sudah mulai habis.

"Tidak. Adik sudah kenyang." Birva menyibakkan sedikit bajunya dan menunjukkan pada Salsa perut yang sedikit buncit sembari menepuknya pelan.

"Kakak juga tidak mau." Timpal Bilva.

"Ayah?" Salsa mengusap pipi Lian yang sedari tadi murung. Jelas Salsa paham apa sebabnya.

Laki-laki itu menggeleng pelan. Menyandarkan kepalanya pada bahu Salsa lalu memeluk istrinya. Biarkan kali ini Lian menunjukkan sisi lemahnya pada Bilva dan Birva. Tak peduli lagi kedua anaknya akan beranggapan seperti apa, yang jelas sedihnya kali ini karena tidak ingin ditinggal Salsa.

"Kenapa Li? Sakit?"

"Liburan berempat ya?" Bisik Lian dengan sangat pelan.

"Habis aku pulang liburan baru kita pergi berempat." Jawab Salsa.

Lian semakin mengeratkan pelukannya, "Kalo gitu kasih waktu tiga hari lagi, jangan besok perginya. Aku belum siap kamu tinggal."

Bukan menanggapi suaminya, Salsa justru meminta kedua anaknya untuk membawa piring kotor dan gelas bekas mereka ke dapur,

"Kak, Ibu minta tolong bawa piring sama gelas ini ke dapur. Terus adik ikut kakak ke bawah, bilang ke Mbak Jiah minta sikat gigi kakak sama adik. Malam ini tidur sama Ibu ya?"

"Okie dokkie." Bilva menerimanya lalu melenggang pergi.

"Sana ikut Kakak." Perintah Salsa pada Birva yang masih diam memperhatikan Lian. Laki-laki itu masih memeluk Salsa dari samping. Menggesek pelan hidungnya di pundak Salsa berulang-ulang.

"Ayah kenapa manja sekali ke Ibu?"

Perempuan itu terkekeh mendengar pertanyaan anaknya. Ia mengusap kepala Lian lalu menjawab pertanyaan itu,

"Kebiasaan bayi besar Ibu, kalo mau ditinggal suka rewel."

"Jangan rewel Ayah. Kakak sama Adik aja tidak masalah ditinggal Ibu. Cemen!" Ejek Birva yang sudah lari menyusul Bilva.

Lian berdecak kesal mendengarnya, terlebih saat Birva berteriak lagi,

"AYAH KAYAK ANAK KECIL."

Sementara tawa Salsa semakin pecah. Tetapi terus mengusap lembut punggung Lian yang kini sudah menenggelamkan wajahnya di dada Salsa.

"Nggak apa-apa ya aku besok pergi. Kalo pikiranku udah fresh kan moodnya bagus terus. Aku bisa melayani kamu dengan baik, ngurus Kakak sama Adik tanpa marah-marah, apalagi anak dikandungan juga nggak boleh ikut stres. Boleh ya Li?"

"Aku trauma Ca ditinggal kamu terus nggak balik lagi."

"Itu kan karena kita ada masalah Lian. Kalo sekarang kan nggak ada."

"Nggak ada masalah apanya, kamu pasti masih marah sama aku. Jangan bilang aku boleh manja gini karena buat yang terakhir kali?!"

Salsa menyingkirkan tangan Lian yang hendak membuka kancing dasternya, "Ngawur kalo ngomong."

"Yaudah aku izinin kamu, tapi janji balik lagi. Kalo nggak balik aku bakal cari kamu terus. Ngajak anak-anak biar mereka bolos sekolah buat cari kamu. Biarin mereka dikeluarin dari sekolah karena bolos terus."

Sedekat Detak dan Detik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang