Rumah Nenek

3.4K 461 57
                                    

Cuap cuapppp,-

buuubbb kalau dirasa cerita Salsa Lian terlalu melelahkan dan membosankan, boleh kok istirahat dulu buat nggak baca. kalau dirasa terlalu banyak permasalahan, ya memang itu yang udah aku konsepin. alur yang udah aku pikirkan sampai tamat nanti, nggak akan pernah aku ubah walaupun harus menelan komentar yang nggak enak dibaca.

bukan anti kritik ya buuubbbb, tapi setiap penulis pasti punya outline cerita dan alurnya ga akan pernah keluar dari outline yang udah dibuat.

tapi dari kata-kata di atas, tolong jangan langsung menyimpulkan kalau ceritanya sad ending wkwkwk

thankyou manissss! selamat membaca sayang-sayangkuuu...

———————————

Hari ini Lian mengajak anak-anaknya melihat keramaian lomba agustusan di rumah orang tua Lian. Sebenarnya karena orang tua Lian juga meminta cucu-cucunya untuk datang.

"Pake mobil aku aja." Ucap Salsa. Menyerahkan kunci mobil ke Lian.

Begitu semuanya siap, keempatnya memasuki mobil. Lian merasa beruntung karena ketika berempat, Salsa jadi lebih banyak bicara. Ketimbang hanya berdua, pasti Salsa lebih banyak diamnya.

"Ibu, Adek tuh lahirnya kapan?" Tanya Birva.

"Masih lama, tiga bulan lagi."

"Tapi kata Bu RT bulan depan lahirnya."

Salsa menengok ke belakang di mana Birva berada, "Itu karena kamu yang ditanya umur Adek berapa terus kamu jawab 8 bulan."

"Memangnya salah?"

"Ya salah dong."

Mobil mereka berjalan dengan kecepatan sedang. Ditemani dengan obrolan random dari Bilva dan Birva. Jalanan tampak sepi, sebab ini memang hari Sabtu dan kebanyakan orang pasti menghabiskan waktunya berlibur ke luar kota.

Begitu sampai, Salsa menitipkan kedua anaknya pada orang tua Lian.

"Mah, nitip anak-anak ya. Salsa mau ngajak Lian pergi."

"Ibu mau ke mana?" Tanya Bilva.

"Mau pacaran sebentar sama Ayah. Kakak di sini ya sama Adik. Nanti ikut lomba-lomba di depan." Jelas Salsa.

"Pacaran di mana?" Tanya Bilva lagi.

Birva menarik tangan Kakaknya agar cepat keluar rumah menyusul Mama Lian,

"Biar itu jadi urusan orang dewasa. Urusan kita ikut lomba saja, jangan bikin Oma sama Opa malu karena kita kalah."

"Lebay." Ketus Bilva.

***

Selama perjalanan, tentu Lian banyak bertanya. Namun Salsa tidak mau menjawabnya. Ia hanya mengarahkan kemana mobil itu harus melaju.

"Kamu ngajak aku pergi bukan kayak waktu itu kan? Bukan mau ngajak aku berantem kan?"

"Lampu merah depan belok kanan."

Obrolan yang sama sekali tidak nyambung. Mungkin kalau ada Birva, ia akan protes mengapa obrolan Ayah dan Ibunya seperti obrolan orang bolot. Ditanya apa lalu dijawab apa.

Tapi begitu sampai, kini Lian mengerti untuk apa istrinya mengajak pergi. Sempat terkejut juga saat Salsa memintanya untuk mengambil barang-barang di bagasi. Peralatan camping yang tak lengkap. Hanya ada meja lipat, kursi lipat, dan keranjang berisi makanan.

Salsa berjalan lebih dahulu mendekati danau, menghirup dalam-dalam udara di sana. Sangat segar dan tidak ada bedanya dengan bertahun lalu saat ia dan Lian masih pacaran. Ingatannya berputar pada masa-masa itu. Masa di mana Salsa tak pernah sekelebat pun memikirkan seramnya kehidupan setelah menikah.

Sedekat Detak dan Detik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang